Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Kembali Hermeneutik: Tradisi Ngaben di Bali dalam Cerpen "Mati Salah Pati" Karya Gde Aryantha Soethama

4 November 2021   09:03 Diperbarui: 4 November 2021   09:05 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tata cara yang dilakukan adalah mayat diletakkan di dalam sebuah menara. Tingginya menara dipengaruhi oleh varna dari orang yang meninggal. Menara yang paling tinggi adalah menara untuk orang dari golongan Brahmana, yang lebih rendah adalah menara untuk golongan Ksatria dan Wesia, lalu menara yang paling rendah adalah untuk golongan Sudra. Menara itu kemudian dibawa ke tempat yang sudah disiapkan sebelumnya di kuburan. Anggota keluarga, teman-teman, dan tentu saja anggota desa berjalan mengiringi menara dengan diiringi oleh seperangkat gamelan. Di tempat pembakaran itu mayat diletakkan di dalam sebuah bangunan yang berbentuk binatang, misalnya lembu. Kemudian menara serta bangunan berbentuk binatang yang berisi mayat itu dibakar.

  • Peralatan, di Bali jauh lebih banyak banten, sajen dan keperluan-keperluan lainnya serta lebih banyak makanan yang harus disiapkan mengingat jumlah orang yang membantu sangat banyak
  • Biaya, ngejomplang mak krompyang yaitu menghabiskan banyak dana.

         Di Pulau Bali, mungkin upacara yang paling menarik adalah upacara pembakaran mayat atau disebut juga dengan Ngaben. Untuk orang Bali upacara pembakaran mayat merupakan salah satu upacara yang paling penting. Di tempat-tempat lain di Indonesia mayat orang yang telah meninggal biasanya dikubur, tetapi menurut orang Bali, orang yang telah meninggal sebaiknya dibakar atau diaben agar lima unsur penyusun badan kasarnya cepat kembali dan menyatu dengan asalnya.

           Upacara pembakaran mayat atau Ngaben di Bali adalah waktu yang bahagia terutama bagi anak- anak yang telah dewasa. Dengan melakukan upacara Ngaben terhadap orang tua, anak-anak tersebut merasa lega karena berhasil memperlihatkan salah satu pernyataan terima kasih kepada orang tuanya. Tetapi tidak semua orang yang meninggal dibakar. Ada juga yang dikubur terlebih dahulu karena beberapa alasan, misalnya belum cukup biaya untuk melakukan upacara Ngaben. Upacara itu boleh dilakukan beberapa tahun setelah orang itu meninggal.

            Jika kita kembali pada teks, bahwa upacara ngaben yang diinginkan tokoh Pekak Landuh adalah sebuah kemustahilan karena Pekak Landuh termasuk dalam golongan paling rendah yaitu Sudra yang tidak mampu untuk membiayai upacara ngaben dirinya sendiri.

"Mana mungkin mengumpulkan uang jutaan untuk ngabenkan jasadku sendiri." (Paragraf 4)

            Dengan demikian dapat diketahui, penderitaan Pekak Landuh berawal dari keinginanya untuk mati 'salah pati' dikarenakan tidak memiliki biaya untuk mengadakan upacara ngaben jika Pekak Landuh telah mati. Meskipun upacara ngaben adalah hal terpenting dalam hidupnya, tetapi keadaan yang telah memaksanya untuk tidak mampu mengadakan upacara tersebut. Oleh sebab itu, Pekak Landuh hanya bisa berharap ada orang yang akan membantu untuk membiayai upacara ngabennya jika dirinya sudah mati.

Daftar Pustaka

Imelda, Dinar dkk. 2002. Memahami Perasaan Etnis Non Pribumi: Sebuah Analisis Hermeneutik Terhadap Cerpen Clara karaya Seno Gumira Ajidarma. Jakarta: Makalah Teori Sastra.

Soethama, Gde Aryantha. 1993. Cerpen Mati 'Salah Pati'. Jakarta: Kompas.

_______. 1993. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun