"Marko, Anda siapkan seluruh pasukan yang akan diberangkatkan ke Irak besok pagi."
"Baik, pak!"
Sebagai anggota TNI kami harus siap untuk ditugaskan di mana saja. Karena ini sudah menjadi tanggung jawab dan resiko kami sebagai pembela bangsa. Kelompok TNI kami selalu memlihara kesiapan parjurit untuk siap diberangkatkan kapan saja. Marko adalah salah satu dari prajurit itu. Pola penggelaran Marko merupakan pasukan TNI yang disebut PPRC yaitu Pasukan Pemukul Reaksi Cepat. Jadi ketika Irak sedang gencar-gencarnya ditindas Amerika, maka kami harus siap turun untuk membantunya.
"Semuanya cek! Dan nanti siang kumpulkan semua anggota di lapangan."
"Baik, pak!"
"Anda hubungi Yonif Linud 328 sekarang juga. Tanyakan kesiapan pesawat yang akan membawa kalian besok."
"Baik, pak!"
***
Malam pun mengundang rembulan untuk bertamu. Disuguhi suasana dingin yang mengerutkan kulit-kulitku. Aku tarik selimut tebal untuk meluruskan bulu-bulu romaku yang sempat kedinginan pula. Namun, aku seperti mendengar lekikan pintu yang terbuka dari ruang kamar ibu. Lalu aku pun keluar kamar secara diam-diam. Tetapi pintu kamar ibu tertutup dan lampu neonnya pun meredup.
Sudah dua minggu ayah pergi dari hitungan waktu ketika dia menengok ibu terakhir kali. Tidak ada kabarnya sama sekali. Yang aku lihat kekhawatiran ibu tentang ayah. Murung dan berdiam diri.
"Ibu, mengapa ibu selalu menangisi hal yang sudah biasa?"