Setiap orang penikmat kopi, mungkin punya pendapat dan kecenderungan untuk suka pada jenis kopi tertentu, misalnya arabika atau robusta. Juga mungkin cenderung pada kopi dari daerah tertentu.
Racikan Kopi
Tetapi, mungkin pendapat saya bahwa semua kopi itu nikmat, tidak terlalu salah. Soalnya, ketika ngobrol dengan pemilik toko penggiling biji kopi, dia mengatakan bahwa rasa kopi itu tegantung racikannya. Jadi bagaimana cara kita menyeduh dan komposisi kopinya, itu akan sangat menentukan rasa segelas kopi yang kita nikmati.
Sekali lagi, semua tetap saja tergantung selera. Selain jenis kopi, komposisi, cara menyeduhnya, tingkat kehalusan bubuk kopi, semua tergantung selera masing-masing.
Saya sendiri, cenderung menyukai kopi yang kental. Suatu saat, saya pernah berkunjung ke rumah teman yang berasal dari salah satu kabupaten di Aceh dan tinggal di Tangerang. Dia tau saya suka kopi.
Disuguhkanlah segelas kopi kental buat saya. Pertama saya hirup, langsung saya berkata, ini kopi paling enak yang pernah saya rasakan. Dan saya otomatis berpikir, pasti ini kopi Gayo karena dia orang Aceh.
Ternyata saya salah. Itu bukan kopi Gayo. Penasaran, saya bertanya, itu kopi apa? Jawabannya membuat saya kaget. Itu ternyata kopi yang umumnya ada dijual dari toko kelontong sekalipun. Malah, saya sendiri sering mengonsumsinya kalau kopi yang biasa saya minum lagi tak ada. Hanya kalau saya yang bikin, rasanya tak seenak itu.
Jadi, kesimpulan sang penjual kopi giling tadi, memang tepat. Tergantung bagaimana meracik kopinya. Mungkin karena teman ini asli dari Aceh, yang tradisi ngopinya sangat kental, dia tau bagaimana meracik kopi dengan jenis kopi apapun juga untuk menghasilkan rasa yang luar biasa di lidah penikmat kopi kental seperti saya.
Teman saya itu dan beberapa teman lain yang dulu pernah satu kantor, memang acap berkisah soal tradisi nongkrong di warung kopi di Aceh. Sebuah tradisi untuk sekadar ngobrol sampai bicara soal bisnis dan pekerjaan di warung kopi.
Tradisi Ngopi di Aceh
Ada keinginan untuk jalan dan membuktikan sendiri mengenai tradisi ngopi di warung kopi di Aceh. Tahun lalu saya beruntung dapat kesempatan melakukan perjalanan tugas ke Aceh. Akhirnya, kesampaian juga harapan itu. Aceh besar dan Banda Aceh, ternyata memiliki tradisi ngopi di warung kopi.
Saat sampai di sana, oleh teman di Aceh Besar, menjelang siang, saya diajak ke warung kopi. Kecil saja warungnya. Setelah mencari tempat duduk, saya dikenalkan dengan beberapa kenalannya di warung kopi tersebut.
Ternyata di warung kopi kecil itu, berkumpul kenalannya dari mulai anggota DPRD, sampai pihak pemda yang bertemu di warung kopi itu. Menarik, karena warung kopi kecil itu biasa menjadi tempat berkumpul pejabat dan masyarakat biasa.