Konsep Dasar & Ruang Lingkup Manajemen Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Berkonsep Merdeka Belajar di SMA IT Darul Fikri Boarding School Selatpanjang
Di Tulis Oleh :
Ulfah Zahiroh, S.Pd1, M. Rokim, S.Pd2, Deni Masdiana, S.Pd3
SMA IT Darul Fikri Boarding School1, SMA Negeri 1 Tapung Hulu2, SD Negeri 003 Sungai Paku3
Mahasiswa Program Studi Pedagogi Sekolah Pascasarjana Universitas Lancang Kuning123
Manajemen satuan pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap berbagai sumber daya yang ada di sekolah, seperti tenaga pendidik, sarana prasarana, dan peserta didik, dengan tujuan mencapai efektivitas dan efisiensi dalam proses pendidikan. Dalam konteks pendidikan berkonsep Merdeka Belajar, manajemen satuan pendidikan memfokuskan pada peningkatan kemandirian dan fleksibilitas sekolah dalam mengelola proses pendidikan.
Merdeka Belajar, yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, menekankan pada: 1) Kebebasan dalam Pembelajaran, dimana peserta didik dan guru diberikan keleluasaan untuk menentukan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan potensi dan minat peserta didik. Sekolah harus mampu menciptakan iklim yang mendorong kreativitas dan inovasi. 2) Pengembangan Kurikulum yang Fleksibel, yaitu manajemen sekolah harus mampu menyusun kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal dan peserta didik. Kurikulum Merdeka memungkinkan adaptasi terhadap situasi dan tantangan di lapangan, serta mengakomodasi beragam kecepatan belajar peserta didik. 3) Pemberdayaan Guru, Guru didorong untuk menjadi lebih mandiri dalam merancang pembelajaran, dan sekolah harus mendukungnya dengan menyediakan pelatihan, kesempatan kolaborasi, serta sarana dan prasarana yang memadai. 4) Pengelolaan Sarana Prasarana secara Efektif, dalam Merdeka Belajar, sekolah diberi otonomi untuk mengelola fasilitas dan anggaran sesuai dengan kebutuhan nyata, yang bertujuan untuk memaksimalkan pembelajaran. Manajemen yang baik memastikan bahwa sumber daya digunakan secara optimal dan inovatif. 5) Keterlibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan, dimana sekolah yang menerapkan konsep Merdeka Belajar juga diharapkan lebih terbuka dalam melibatkan masyarakat, terutama dalam pengembangan kurikulum berbasis kearifan lokal dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk menunjang pembelajaran yang lebih holistik.
Sedangkan Ruang Lingkup Manajemen Satuan Pendidikan dalam Merdeka Belajar meliputi: 1) Manajemen Kurikulum, dalam konsep Merdeka Belajar, kurikulum tidak bersifat statis. Kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan dan mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal, potensi peserta didik, dan perkembangan zaman. Manajemen kurikulum yang efektif harus bisa menyeimbangkan standar pendidikan nasional dengan kebutuhan khusus di lingkungan sekolah. 2) Manajemen Sumber Daya Manusia, tenaga pendidik dan kependidikan harus dikelola dengan baik untuk memastikan mereka memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan motivasi untuk menjalankan proses pendidikan yang inovatif. Pengelolaan ini termasuk rekrutmen, pengembangan profesional, dan pemberian penghargaan. 3) Manajemen Sarana dan Prasarana, Penerapan Merdeka Belajar menuntut sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan sarana dan prasarana. Sekolah perlu mengelola fasilitas fisik, teknologi informasi, dan media pembelajaran dengan efektif agar peserta didik dapat belajar dengan lebih leluasa dan fleksibel. 4) Manajemen Keuangan, sekolah diberikan keleluasaan untuk mengelola anggaran yang diberikan pemerintah. Dalam konsep Merdeka Belajar, manajemen keuangan harus transparan, akuntabel, dan responsif terhadap kebutuhan operasional sekolah serta pengembangan potensi peserta didik. 5) Manajemen Hubungan dengan Masyarakat, sekolah dituntut untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti orang tua peserta didik, komunitas lokal, dunia usaha, dan perguruan tinggi. Keterlibatan masyarakat penting dalam mendukung pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan dunia nyata dan kebutuhan lokal. 6) Manajemen Kualitas, untuk menjaga mutu pendidikan, sekolah harus memiliki mekanisme monitoring dan evaluasi yang konsisten. Dalam Merdeka Belajar, indikator keberhasilan tidak hanya diukur dari nilai ujian, tetapi juga dari pengembangan kompetensi, karakter, dan keterampilan hidup peserta didik.
Selanjutnya, terkait analisis konsep dan ruang lingkup manajemen satuan pendidikan pada pendidikan berkonsep Merdeka Belajar juga memiliki beberapa point penting, diantaranya: 1) Desentralisasi Pengambilan Keputusan, salah satu poin penting dalam Merdeka Belajar adalah desentralisasi, di mana sekolah memiliki kebebasan lebih dalam menentukan kebijakan internal yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan masing-masing. Manajemen satuan pendidikan harus responsif dan adaptif terhadap perubahan. 2) Fleksibilitas dan Keterbukaan, dalam manajemen satuan pendidikan berbasis Merdeka Belajar, fleksibilitas dan keterbukaan terhadap inovasi menjadi kunci utama. Ini mendorong sekolah untuk tidak hanya berfokus pada hasil akademis, tetapi juga pengembangan holistik peserta didik. 3) Tantangan dalam Implementasi, manajemen sekolah harus mampu mengatasi tantangan dalam mengimplementasikan Merdeka Belajar, seperti kurangnya pemahaman tentang kebijakan, keterbatasan anggaran, serta resistensi terhadap perubahan. Untuk itu, pelatihan manajemen yang memadai dan dukungan kebijakan yang kuat sangat diperlukan.
Sedangkan di SMA IT Darul Fikri Boarding School Manajemen Satuan Pendidikan mencakup beberapa aspek yang terkait dengan pelaksanaan konsep Merdeka Belajar, diantaranya: 1) Manajemen Kurikulum, di SMA IT Darul Fikri menekankan pengintegrasian nilai-nilai Islam dengan ilmu pengetahuan umum. Kurikulum yang dikembangkan memperhatikan kemampuan individu peserta didik, sehingga mereka dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar masing-masing, baik di bidang agama maupun akademis. 2) Manajemen Kesiswaan, dalam hal ini SMA IT Darul Fikri berfokus pada pengembangan karakter dan spiritual peserta didik. Dalam kebijakan Merdeka Belajar, manajemen kesiswaan tidak hanya sebatas administrasi, tetapi juga pembentukan kultur pembelajaran yang inklusif, kreatif, dan berbasis proyek (project-based learning). Program mentoring, halaqah, dan kegiatan boarding turut mendukung pembinaan kemandirian dan akhlak mulia. 3) Manajemen SDM (Tenaga Pendidik dan Kependidikan), guru di SMA IT Darul Fikri memiliki peran penting dalam menjalankan Merdeka Belajar, dengan lebih banyak otonomi dalam memilih metode pembelajaran dan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.Â
Pengembangan kompetensi guru secara berkelanjutan juga diutamakan, termasuk pelatihan dalam penggunaan teknologi pendidikan dan metode pembelajaran inovatif. 4) Manajemen Sarana dan Prasarana, fasilitas pendidikan, termasuk perpustakaan, dan infrastruktur boarding seperti asrama, disesuaikan dengan mendukung model pembelajaran yang beragam. Sekolah juga memfasilitasi pembelajaran berbasis teknologi informasi, di mana peserta didik dapat memanfaatkan perangkat digital untuk mendukung proses belajar mandiri. 5) Manajemen Keuangan, Â Pengelolaan keuangan di sekolah mendukung kebijakan Merdeka Belajar dengan memastikan alokasi dana yang memadai untuk program-program inovatif, seperti program proyek berbasis lokal dan kegiatan pengembangan bakat serta minat peserta didik. 6) Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat, SMA IT Darul Fikri menjalin kemitraan dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Dalam konsep Merdeka Belajar, keterlibatan masyarakat lokal, termasuk integrasi kearifan lokal, sangat penting untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Program pengabdian masyarakat dan kegiatan sosial juga diperkenalkan sebagai bagian dari proses pendidikan. Berikut beberapa kegiatan dan prestasi yang sudah di torehkan oleh SMA IT Darul Fikri diantaranya utusan Kabupaten Kepulauan Meranti di tingkat provinsi dalam lomba KSM, Tahfidz, Pencak Silat dan lain sebagainya.
Konsep Merdeka Belajar juga mengedepankan evaluasi yang lebih terbuka, di mana penilaian peserta didik tidak hanya diukur dari tes formal, tetapi juga dari proyek, portofolio, dan keterampilan yang mereka tunjukkan dalam berbagai bidang. Secara keseluruhan, manajemen satuan pendidikan di SMA IT Darul Fikri Boarding School Selatpanjang dalam kerangka Merdeka Belajar mencakup berbagai aspek yang mendukung pengembangan karakter, kemampuan akademis, dan kemandirian peserta didik dengan tetap mengacu pada nilai-nilai agama Islam.
Ulfah Zahiroh juga menjelaskan bahwa, konsep dasar dan ruang lingkup manajemen satuan pendidikan dalam Merdeka Belajar mencerminkan upaya signifikan dalam mentransformasi sistem pendidikan Indonesia. Ini merupakan langkah progresif yang memberikan ruang bagi sekolah untuk berinovasi dan lebih berorientasi pada peserta didik. Pendekatan ini, yang menekankan pada otonomi, fleksibilitas, dan penguatan kemandirian, sejalan dengan kebutuhan zaman yang dinamis, di mana kemampuan beradaptasi dan kreativitas sangat dibutuhkan.
Lebih lanjut dipaparkan secara konsep dasar, Merdeka Belajar menantang paradigma tradisional yang sering kali terlalu kaku dan terpusat. Pemberian kebebasan kepada sekolah dalam pengelolaan kurikulum, pengembangan sumber daya manusia, serta pengaturan sarana dan prasarana menunjukkan bahwa sekolah diberi kepercayaan untuk lebih peka terhadap kebutuhan lokal dan individual peserta didik. Ini menciptakan peluang untuk memaksimalkan potensi peserta didik dengan pendekatan yang lebih personal dan sesuai dengan konteks masing-masing sekolah. Namun, tantangan terbesar dalam pelaksanaannya terletak pada kesiapan manajemen sekolah. Kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana mengelola fleksibilitas ini tanpa kehilangan arah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Misalnya, kebebasan mengembangkan kurikulum bisa saja menciptakan perbedaan standar antar sekolah jika tidak didampingi dengan mekanisme pengawasan yang baik. Manajemen yang tidak siap atau kurang berpengalaman dalam menghadapi perubahan ini bisa berisiko menciptakan ketidak seimbangan kualitas pendidikan.
Selain itu, konsep keterlibatan masyarakat dalam Merdeka Belajar merupakan hal positif, karena sekolah bisa lebih mudah membangun kolaborasi yang relevan dengan kebutuhan lokal, seperti melibatkan kearifan lokal dalam kurikulum. Namun, hal ini juga memerlukan kepemimpinan sekolah yang mampu mengelola kolaborasi lintas sektor secara efektif, serta memastikan dukungan yang optimal dari semua pemangku kepentingan.
Bapak M. Rokim juga memaparkan Secara ruang lingkup, manajemen sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan prasarana di bawah payung Merdeka Belajar membutuhkan sistem yang transparan dan akuntabel. Otonomi yang diberikan harus disertai dengan tanggung jawab yang besar. Manajemen sekolah harus mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil, terutama dalam penggunaan dana dan fasilitas, agar tetap fokus pada peningkatan mutu pembelajaran.
Dalam pandangan saya, meskipun konsep ini sangat progresif, keberhasilan penerapannya akan sangat bergantung pada pembinaan manajemen sekolah yang konsisten dan dukungan kebijakan yang tepat. Pelatihan dan pendampingan intensif untuk kepala sekolah dan guru sangat diperlukan agar mereka benar-benar memahami dan dapat memanfaatkan kebebasan yang diberikan tanpa kehilangan arah. Selain itu, mekanisme evaluasi yang inklusif dan terus-menerus juga penting agar kebijakan Merdeka Belajar bisa mencapai tujuannya, yaitu memajukan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan individu peserta didik.
Ibu Deni Masdiana juga menambahkan bahwa manajemen satuan pendidikan dalam konsep Merdeka Belajar berperan penting dalam mendorong transformasi pendidikan yang lebih fleksibel dan individual. Untuk mencapai tujuan ini, sekolah harus mampu mengelola kurikulum, sumber daya, serta kegiatan belajar secara lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan pemerintah, sangat diperlukan agar konsep Merdeka Belajar dapat diterapkan dengan efektif di seluruh sekolah di Indonesia. Dalam penerapan manajemen satuan pendidikan yang sesuai dengan konsep Merdeka Belajar juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi termasuk keterbatasan sumber daya, terutama di sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil. Namun, di sisi lain, adanya kebebasan dan fleksibilitas ini memberikan peluang untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih personal, kreatif, dan kontekstual.
Ibu Yuliana juga sependapat dengan narasi yang sudah di sampaikan di atas, beliau secara pribadi sudah merasakan jika manajemen yang tidak siap akan menciptakan sejumlah masalah dan hambatan yang dapat berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah, menurut ibu Yuliana sekolah yang berada di wilayah kota belum tentu siap dan sekolah yang berada di perdesaan juga belum tentu tidak siap terkait manajemen ini. Sambungnya, satuan pendidikan khususnya di pelosok yang belum terjamah merdeka belajar itu sebenarnya mereka tau terkait merdeka belajar, tapi untuk implementasi dilapangan saja yang mereka memang belum melakukan atau belum maksimal pelaksanaannya. Sedangkan untuk kita yang berada di kota-kota atau kecamatan kita suda menggunakan lanjutkan merdeka belajar.
Pak khairul Amri juga menyampaikan bahwa pemerintah kita juga sudah meminta satuan pendidikan masing-msing untuk memilih siap atau tidak siapnya dalam pelaksanaan Merdeka Belajar. Karena sampai saat ini masih ada sekolah yang menerapkan kurikulum 13 (K13), padahal sudah difasilitasi oleh pemerintah. Beliau juga membahas sedikit terkait pendanaan bahwasannya setiap dana yang masuk disatuan pendidikan itu sudah ada jobdesnya masing-masing.
Dengan demikian, manajemen satuan pendidikan dalam konsep Merdeka Belajar memungkinkan sekolah untuk berinovasi dan menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Dengan prinsip kemitraan, partisipasi aktif, dan keterbukaan, sekolah dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih dinamis dan sesuai dengan kebutuhan masa depan. Namun, penerapan ini memerlukan dukungan dari semua pihak, baik internal maupun eksternal, untuk memastikan keberhasilannya. Sehingga konsep dasar dan ruang lingkup manajemen satuan pendidikan dalam Merdeka Belajar memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, asalkan dikelola dengan bijak, didukung oleh kapasitas manajemen yang mumpuni, dan dilaksanakan dengan komitmen tinggi dari seluruh pihak terkait.
Sumber:
Sherly. BAB 1 Konsep Dasar Manajemen Pendidikan. STIE Sultan Agung (https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/719601/mod_resource/content/1/BAB%201%20KONSEP%20DASAR%20MANAJEMEN.pdf)
BPMP D.I. Yogyakarta. Fleksibilitas Kurikulum Merdeka Butuh Inisiatif, Kreatif, dan percaya diri. (https://bpmpjogja.kemdikbud.go.id/fleksibilitas-kurikulum-merdeka-butuh-inisiatif-keaktifan-dan-percaya-diri-guru/)
KSPSTENDIK Kemedikbud. Artikel Tantangan Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka https://kspstendik.kemdikbud.go.id/artikel/detail/tantangan-dalam-penerapan-kurikulum-merdeka
Heni Setiana. Konsep Fleksibilitas dan Kebebasan DALAM Kurikulum merdeka (https://bdkjakarta.kemenag.go.id/konsep-fleksibelitas-dan-kebebasan-dalam-kurikulum-merdeka/)
Editor: Ulfah Zahiroh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H