Mohon tunggu...
Deni Masdiana
Deni Masdiana Mohon Tunggu... Guru - SD Negeri 003 Sungai Paku

Dengan menulis opini pada kompasiana ini tujuannya adalah untuk memberikan wawasan tentang dunia pendidikan pada pembaca dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Dasar & Ruang Lingkup Majanemen Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Berkosep Merdeka Belajar di SMA IT Darul Fikri Boarding School Selat Panjang

18 Oktober 2024   13:54 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba Ajang KSM / Ponpes Darul Fikri Selatpanjang

Konsep Merdeka Belajar juga mengedepankan evaluasi yang lebih terbuka, di mana penilaian peserta didik tidak hanya diukur dari tes formal, tetapi juga dari proyek, portofolio, dan keterampilan yang mereka tunjukkan dalam berbagai bidang. Secara keseluruhan, manajemen satuan pendidikan di SMA IT Darul Fikri Boarding School Selatpanjang dalam kerangka Merdeka Belajar mencakup berbagai aspek yang mendukung pengembangan karakter, kemampuan akademis, dan kemandirian peserta didik dengan tetap mengacu pada nilai-nilai agama Islam.

Ulfah Zahiroh juga menjelaskan bahwa, konsep dasar dan ruang lingkup manajemen satuan pendidikan dalam Merdeka Belajar mencerminkan upaya signifikan dalam mentransformasi sistem pendidikan Indonesia. Ini merupakan langkah progresif yang memberikan ruang bagi sekolah untuk berinovasi dan lebih berorientasi pada peserta didik. Pendekatan ini, yang menekankan pada otonomi, fleksibilitas, dan penguatan kemandirian, sejalan dengan kebutuhan zaman yang dinamis, di mana kemampuan beradaptasi dan kreativitas sangat dibutuhkan.

Lebih lanjut dipaparkan secara konsep dasar, Merdeka Belajar menantang paradigma tradisional yang sering kali terlalu kaku dan terpusat. Pemberian kebebasan kepada sekolah dalam pengelolaan kurikulum, pengembangan sumber daya manusia, serta pengaturan sarana dan prasarana menunjukkan bahwa sekolah diberi kepercayaan untuk lebih peka terhadap kebutuhan lokal dan individual peserta didik. Ini menciptakan peluang untuk memaksimalkan potensi peserta didik dengan pendekatan yang lebih personal dan sesuai dengan konteks masing-masing sekolah. Namun, tantangan terbesar dalam pelaksanaannya terletak pada kesiapan manajemen sekolah. Kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana mengelola fleksibilitas ini tanpa kehilangan arah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Misalnya, kebebasan mengembangkan kurikulum bisa saja menciptakan perbedaan standar antar sekolah jika tidak didampingi dengan mekanisme pengawasan yang baik. Manajemen yang tidak siap atau kurang berpengalaman dalam menghadapi perubahan ini bisa berisiko menciptakan ketidak seimbangan kualitas pendidikan.

Selain itu, konsep keterlibatan masyarakat dalam Merdeka Belajar merupakan hal positif, karena sekolah bisa lebih mudah membangun kolaborasi yang relevan dengan kebutuhan lokal, seperti melibatkan kearifan lokal dalam kurikulum. Namun, hal ini juga memerlukan kepemimpinan sekolah yang mampu mengelola kolaborasi lintas sektor secara efektif, serta memastikan dukungan yang optimal dari semua pemangku kepentingan.

Bapak M. Rokim juga memaparkan Secara ruang lingkup, manajemen sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan prasarana di bawah payung Merdeka Belajar membutuhkan sistem yang transparan dan akuntabel. Otonomi yang diberikan harus disertai dengan tanggung jawab yang besar. Manajemen sekolah harus mampu mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil, terutama dalam penggunaan dana dan fasilitas, agar tetap fokus pada peningkatan mutu pembelajaran.

Dalam pandangan saya, meskipun konsep ini sangat progresif, keberhasilan penerapannya akan sangat bergantung pada pembinaan manajemen sekolah yang konsisten dan dukungan kebijakan yang tepat. Pelatihan dan pendampingan intensif untuk kepala sekolah dan guru sangat diperlukan agar mereka benar-benar memahami dan dapat memanfaatkan kebebasan yang diberikan tanpa kehilangan arah. Selain itu, mekanisme evaluasi yang inklusif dan terus-menerus juga penting agar kebijakan Merdeka Belajar bisa mencapai tujuannya, yaitu memajukan pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan individu peserta didik.

Ibu Deni Masdiana juga menambahkan bahwa manajemen satuan pendidikan dalam konsep Merdeka Belajar berperan penting dalam mendorong transformasi pendidikan yang lebih fleksibel dan individual. Untuk mencapai tujuan ini, sekolah harus mampu mengelola kurikulum, sumber daya, serta kegiatan belajar secara lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, dan pemerintah, sangat diperlukan agar konsep Merdeka Belajar dapat diterapkan dengan efektif di seluruh sekolah di Indonesia. Dalam penerapan manajemen satuan pendidikan yang sesuai dengan konsep Merdeka Belajar juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa tantangan yang dihadapi termasuk keterbatasan sumber daya, terutama di sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil. Namun, di sisi lain, adanya kebebasan dan fleksibilitas ini memberikan peluang untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih personal, kreatif, dan kontekstual.

Ibu Yuliana juga sependapat dengan narasi yang sudah di sampaikan di atas, beliau secara pribadi sudah merasakan jika manajemen yang tidak siap akan menciptakan sejumlah masalah dan hambatan yang dapat berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah, menurut ibu Yuliana sekolah yang berada di wilayah kota belum tentu siap dan sekolah yang berada di perdesaan juga belum tentu tidak siap terkait manajemen ini. Sambungnya, satuan pendidikan khususnya di pelosok yang belum terjamah merdeka belajar itu sebenarnya mereka tau terkait merdeka belajar, tapi untuk implementasi dilapangan saja yang mereka memang belum melakukan atau belum maksimal pelaksanaannya. Sedangkan untuk kita yang berada di kota-kota atau kecamatan kita suda menggunakan lanjutkan merdeka belajar.

Pak khairul Amri juga menyampaikan bahwa pemerintah kita juga sudah meminta satuan pendidikan masing-msing untuk memilih siap atau tidak siapnya dalam pelaksanaan Merdeka Belajar. Karena sampai saat ini masih ada sekolah yang menerapkan kurikulum 13 (K13), padahal sudah difasilitasi oleh pemerintah. Beliau juga membahas sedikit terkait pendanaan bahwasannya setiap dana yang masuk disatuan pendidikan itu sudah ada jobdesnya masing-masing.

Dengan demikian, manajemen satuan pendidikan dalam konsep Merdeka Belajar memungkinkan sekolah untuk berinovasi dan menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Dengan prinsip kemitraan, partisipasi aktif, dan keterbukaan, sekolah dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih dinamis dan sesuai dengan kebutuhan masa depan. Namun, penerapan ini memerlukan dukungan dari semua pihak, baik internal maupun eksternal, untuk memastikan keberhasilannya. Sehingga konsep dasar dan ruang lingkup manajemen satuan pendidikan dalam Merdeka Belajar memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, asalkan dikelola dengan bijak, didukung oleh kapasitas manajemen yang mumpuni, dan dilaksanakan dengan komitmen tinggi dari seluruh pihak terkait.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun