Mohon tunggu...
DENI HARYADI
DENI HARYADI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi

NIM : 55522120022 | Program Studi : Magister Akuntansi | Fakultas : Ekonomi dan Bisnis | Jurusan : Akuntansi Perpajakan | Universitas : Universitas Mercu Buana | Dosen : Prof. Dr. Apollo, M.Si., Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Model Pemeriksaan Penagihan Pajak Trans Substansi Pemikiran Aristotle

6 Juni 2024   11:41 Diperbarui: 6 Juni 2024   11:52 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HKI Prof Apollo
HKI Prof Apollo

HKI Prof Apollo
HKI Prof Apollo

Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak merupakan salah satu bentuk pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi kewajiban pajak mereka dengan benar dan tepat waktu. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan ketentuan perpajakan, mengamankan penerimaan negara, dan memastikan kepatuhan wajib pajak. Berikut adalah penjelasan yang bisa kita uraikan mengenai pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak:

 Tujuan Pemeriksaan dalam Rangka Penagihan Pajak

1. Menilai Kepatuhan Pajak: Memastikan bahwa wajib pajak telah melaporkan, menghitung, dan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  

2. Mengidentifikasi Keterlambatan atau Kekurangan Pembayaran: Mengidentifikasi wajib pajak yang terlambat atau kurang membayar kewajiban pajak mereka.

  

3. Mengamankan Penerimaan Negara: Memastikan bahwa seluruh kewajiban pajak telah dipenuhi untuk mengamankan penerimaan negara.

4. Penegakan Hukum: Mengambil tindakan penegakan hukum terhadap wajib pajak yang tidak patuh atau melakukan pelanggaran perpajakan.

 Proses Pemeriksaan dalam Rangka Penagihan Pajak

1. Persiapan Pemeriksaan:

   - Penetapan Objek Pemeriksaan: Memilih wajib pajak yang akan diperiksa berdasarkan kriteria tertentu, seperti adanya tunggakan pajak atau ketidakpatuhan dalam pelaporan pajak.

   - Pengumpulan Informasi Awal: Mengumpulkan data dan informasi terkait wajib pajak dari berbagai sumber, termasuk laporan keuangan, SPT (Surat Pemberitahuan), dan data pihak ketiga.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan:

   - Pemeriksaan Dokumen: Melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan catatan keuangan wajib pajak untuk memastikan bahwa semua transaksi telah dilaporkan dan pajak telah dibayar.

   - Wawancara dan Klarifikasi: Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait di perusahaan atau wajib pajak untuk memperoleh klarifikasi mengenai transaksi yang tidak jelas.

   - Verifikasi dan Pengujian: Memverifikasi data dan melakukan pengujian terhadap bukti-bukti yang diberikan oleh wajib pajak.

3. Penilaian Hasil Pemeriksaan:

   - Penentuan Kewajiban Pajak: Menentukan jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksaan.

   - Perhitungan Sanksi dan Denda: Menghitung sanksi administrasi dan denda atas keterlambatan atau kekurangan pembayaran pajak.

4. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP):

   - Jika ditemukan kekurangan pembayaran, otoritas pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang menyatakan jumlah pajak yang harus dibayar beserta sanksi dan denda.

5. Penagihan Pajak:

   - Pemberitahuan kepada Wajib Pajak: Memberitahukan wajib pajak mengenai hasil pemeriksaan dan jumlah pajak yang harus dibayar melalui SKP.

   - Tindakan Penagihan: Jika wajib pajak tidak membayar kewajiban pajak dalam jangka waktu yang ditentukan, otoritas pajak dapat mengambil tindakan penagihan aktif, seperti penyitaan aset atau pemblokiran rekening bank.

6. Penyelesaian Keberatan dan Banding:

   - Keberatan: Wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan keberatan atas SKP jika tidak setuju dengan hasil pemeriksaan.

   - Banding: Jika keberatan tidak diterima, wajib pajak dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak.

 Jenis-Jenis Pemeriksaan dalam Rangka Penagihan Pajak

1. Pemeriksaan Kantor: Pemeriksaan yang dilakukan di kantor otoritas pajak dengan mengharuskan wajib pajak mengirimkan dokumen yang diminta.

2. Pemeriksaan Lapangan: Pemeriksaan yang dilakukan langsung di tempat usaha atau lokasi wajib pajak untuk memperoleh informasi dan bukti-bukti yang lebih akurat.

 Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak adalah langkah yang diambil oleh otoritas pajak untuk memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi kewajiban mereka dengan benar dan tepat waktu. Proses ini melibatkan persiapan, pelaksanaan, penilaian hasil, penerbitan SKP, dan tindakan penagihan jika diperlukan. Melalui pemeriksaan ini, otoritas pajak dapat mengidentifikasi dan mengatasi ketidakpatuhan, mengamankan penerimaan negara, dan menegakkan hukum perpajakan. Wajib pajak juga memiliki hak untuk mengajukan keberatan dan banding jika tidak setuju dengan hasil pemeriksaan, yang memastikan adanya mekanisme keadilan dalam proses perpajakan.

Sebagaimana kita ketahui, Aristotle, seorang filsuf Yunani kuno, memperkenalkan sebuah sistem klasifikasi yang dikenal sebagai "kategori" untuk membantu memahami berbagai aspek realitas. Kategori-kategori ini merupakan cara untuk mengelompokkan segala sesuatu yang ada dan segala sesuatu yang bisa dibicarakan dalam dunia ini. Dalam karyanya "Categories" (Kategori). Berikut adalah cara memahami sembilan kategori Aristotle:

 

1. Substansi (Substance)

Definisi: Substansi adalah entitas atau sesuatu yang ada secara mandiri dan merupakan dasar dari segala sesuatu. Contoh substansi adalah manusia, kuda, pohon, atau rumah.

Cara Memahami: Substansi adalah dasar utama yang tidak tergantung pada yang lain untuk eksistensinya. Misalnya, manusia bisa eksis tanpa atribut tertentu seperti warna kulit, tetapi warna kulit tidak bisa eksis tanpa ada manusia atau substansi lainnya.

 2. Kuantitas (Quantity)

Definisi: Kuantitas merujuk pada aspek numerik atau ukuran dari suatu substansi. Contoh kuantitas adalah panjang, berat, tinggi, atau jumlah.

Cara Memahami: Kuantitas menjawab pertanyaan "Berapa banyak?" atau "Seberapa besar?" Misalnya, panjang sebuah meja (2 meter), jumlah siswa di kelas (30 orang), atau berat sebuah apel (150 gram).

 3. Kualitas (Quality)

Definisi: Kualitas adalah sifat atau ciri yang menjelaskan bagaimana sesuatu itu. Contoh kualitas adalah warna, bentuk, atau kecerdasan.

Cara Memahami: Kualitas menjawab pertanyaan "Bagaimana sifatnya?" Misalnya, warna bunga (merah), bentuk meja (persegi), atau tingkat kecerdasan seseorang (cerdas).

 4. Relasi (Relation)

Definisi: Relasi menggambarkan hubungan antara dua atau lebih substansi. Contoh relasi adalah saudara, lebih besar dari, atau memiliki.

Cara Memahami: Relasi menjawab pertanyaan "Bagaimana hubungannya?" Misalnya, John adalah saudara Mary, meja ini lebih besar dari kursi itu, atau saya memiliki sebuah mobil.

 5. Tempat (Place)

Definisi: Tempat merujuk pada lokasi di mana suatu substansi berada. Contoh tempat adalah di rumah, di sekolah, atau di kota.

Cara Memahami: Tempat menjawab pertanyaan "Di mana?" Misalnya, buku ini di atas meja, dia tinggal di Jakarta, atau mereka sedang berada di taman.

 6. Waktu (Time)

Definisi: Waktu merujuk pada kapan suatu substansi berada atau suatu kejadian terjadi. Contoh waktu adalah kemarin, sekarang, atau tahun depan.

Cara Memahami: Waktu menjawab pertanyaan "Kapan?" Misalnya, pesta akan diadakan besok, saya bangun pagi tadi, atau kita akan berlibur tahun depan.

 7. Posisi (Position)

Definisi: Posisi adalah cara suatu substansi ditempatkan atau berada. Contoh posisi adalah duduk, berdiri, atau berbaring.

Cara Memahami: Posisi menjawab pertanyaan "Bagaimana letaknya?" Misalnya, dia sedang duduk, anak itu berdiri, atau anjing itu berbaring.

 8. Keadaan (State)

Definisi: Keadaan merujuk pada kondisi atau situasi sementara dari suatu substansi. Contoh keadaan adalah memakai baju, berselimut, atau basah.

Cara Memahami: Keadaan menjawab pertanyaan "Dalam keadaan apa?" Misalnya, orang itu sedang memakai jaket, buku itu dalam keadaan terbuka, atau jalanan basah setelah hujan.

 9. Aktivitas (Action)

Definisi: Aktivitas merujuk pada apa yang dilakukan oleh suatu substansi. Contoh aktivitas adalah berlari, membaca, atau menulis.

Cara Memahami: Aktivitas menjawab pertanyaan "Apa yang dilakukan?" Misalnya, dia sedang berlari, saya membaca buku, atau mereka menulis surat.

 Pemahaman tentang sembilan kategori ini membantu kita dalam menganalisis dan memahami berbagai aspek realitas dengan lebih terstruktur dan sistematis. Dengan mengklasifikasikan sesuatu ke dalam kategori-kategori ini, kita dapat lebih mudah membedakan dan mendeskripsikan berbagai aspek dari apa yang ada dan bagaimana sesuatu itu berada. Kategori-kategori Aristotle ini berfungsi sebagai alat konseptual yang mendasar dalam berbagai bidang, termasuk filsafat, ilmu pengetahuan, dan bahasa.

Mengaitkan proses pemeriksaan pajak atas kenaikan aset tetap sebesar 10 miliar dengan cara memahami sembilan objek kategori Aristotle dapat memberikan pendekatan sistematis untuk mengevaluasi berbagai aspek yang terlibat dalam transaksi dan pelaporan tersebut. Berikut adalah cara untuk mengaitkannya:

 1. Substansi (Substance)

Penerapan: Substansi dalam konteks ini adalah aset tetap itu sendiri, seperti gedung, mesin, atau peralatan.

Pertanyaan: Apa saja aset tetap yang mengalami kenaikan nilai? Apakah ada bukti fisik keberadaan aset tersebut?

 2. Kuantitas (Quantity)

Penerapan: Kuantitas merujuk pada nilai finansial kenaikan aset tetap.

Pertanyaan: Berapa besar kenaikan nilai aset tetap yang tercatat? Apakah jumlah 10 miliar ini didukung oleh dokumen pendukung yang valid?

 3. Kualitas (Quality)

Penerapan: Kualitas merujuk pada kondisi atau karakteristik aset tetap yang mengalami kenaikan nilai.

Pertanyaan: Bagaimana kondisi atau spesifikasi aset yang menyebabkan kenaikan nilai? Apakah peningkatan nilai wajar berdasarkan kualitas aset tersebut?

 4. Relasi (Relation)

Penerapan: Relasi dalam konteks ini bisa mencakup hubungan antara berbagai dokumen pendukung seperti faktur pembelian, bukti pembayaran, dan kontrak.

Pertanyaan: Apakah ada hubungan yang konsisten antara dokumen pembelian, pembayaran, dan pencatatan aset tetap? Bagaimana relasi antara kenaikan nilai aset tetap dengan kebijakan akuntansi perusahaan?

 5. Tempat (Place)

Penerapan: Tempat merujuk pada lokasi fisik aset tetap.

Pertanyaan: Di mana aset tetap tersebut berada? Apakah lokasi aset sesuai dengan laporan dan catatan perusahaan?

 6. Waktu (Time)

Penerapan: Waktu merujuk pada periode di mana kenaikan nilai aset tetap terjadi.

Pertanyaan: Kapan aset tetap tersebut dibeli atau diperbaiki sehingga nilainya meningkat? Apakah transaksi tercatat sesuai dengan periode fiskal yang benar?

 7. Posisi (Position)

Penerapan: Posisi dapat merujuk pada status kepemilikan atau penggunaan aset tetap.

Pertanyaan: Bagaimana posisi aset tersebut dalam laporan keuangan? Apakah aset tersebut sudah dalam keadaan siap digunakan atau masih dalam proses instalasi?

 8. Keadaan (State)

Penerapan: Keadaan merujuk pada kondisi sementara dari aset tetap yang mungkin mempengaruhi nilainya.

Pertanyaan: Apakah ada kondisi khusus yang mempengaruhi nilai aset pada saat pembelian atau setelahnya, seperti dalam perbaikan atau peningkatan nilai?

 9. Aktivitas (Action)

Penerapan: Aktivitas merujuk pada tindakan atau proses yang berkaitan dengan kenaikan nilai aset tetap.

Pertanyaan: Aktivitas apa saja yang menyebabkan kenaikan nilai aset tetap? Apakah ada pembelian, perbaikan, atau pengembangan aset yang dicatat dengan benar?

 Proses Pemeriksaan Pajak Menggunakan Kategori Aristotle

 Langkah 1: Identifikasi Substansi

- Aset Tetap: Identifikasi dan verifikasi aset tetap yang mengalami kenaikan nilai sebesar 10 miliar.

 Langkah 2: Evaluasi Kuantitas

- Nilai Kenaikan: Verifikasi apakah kenaikan sebesar 10 miliar tersebut didukung oleh dokumen yang sah dan wajar.

 Langkah 3: Analisis Kualitas

- Kondisi Aset: Periksa kualitas dan kondisi aset untuk memastikan bahwa kenaikan nilai tersebut wajar.

 Langkah 4: Verifikasi Relasi

- Dokumen Pendukung: Pastikan bahwa semua dokumen terkait (faktur, bukti pembayaran, kontrak) konsisten dan saling mendukung.

 Langkah 5: Konfirmasi Tempat

- Lokasi Fisik: Periksa lokasi fisik aset untuk memastikan bahwa aset tersebut benar-benar ada dan sesuai dengan catatan.

 Langkah 6: Tinjau Waktu

- Periode Transaksi: Pastikan bahwa transaksi kenaikan nilai aset tercatat pada periode fiskal yang tepat.

 Langkah 7: Analisis Posisi

- Status Aset: Verifikasi status kepemilikan dan penggunaan aset tetap dalam laporan keuangan.

 Langkah 8: Tinjau Keadaan

- Kondisi Khusus: Identifikasi jika ada kondisi khusus yang mempengaruhi nilai aset.

 Langkah 9: Evaluasi Aktivitas

- Proses Kenaikan Nilai: Periksa aktivitas yang menyebabkan kenaikan nilai aset tetap, seperti pembelian, perbaikan, atau pengembangan.

Dengan mengaplikasikan sembilan kategori Aristotle, pemeriksa pajak dapat melakukan evaluasi yang mendalam dan komprehensif terhadap kenaikan nilai aset tetap sebesar 10 miliar. Pendekatan ini membantu memastikan bahwa semua aspek yang relevan diperiksa secara sistematis, mulai dari keberadaan dan kondisi aset hingga dokumen pendukung dan konsistensi pencatatan. Hasilnya adalah proses pemeriksaan pajak yang lebih terstruktur, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk membuat kertas kerja audit kenaikan aktiva tetap sebesar 10 milyar dibandingkan tahun lalu berdasarkan pemikiran Aristotle, kita perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip filosofis yang diajarkan oleh Aristotle ke dalam kerangka audit. Aristotle menekankan pentingnya logika, etika, dan keteraturan dalam mencapai kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, kita akan merancang kertas kerja audit yang berfokus pada penalaran logis, etika profesional, dan metodologi yang teratur dan sistematis. selain dari pendekatan diatas, kita bisa lakukan pendekatan filosofis Aristotle sebagai berikut :

 Pendekatan Filosofis Aristotle

- Logika: Gunakan penalaran deduktif dan induktif untuk menguji keabsahan data.

- Etika: Pertahankan integritas dan objektivitas selama proses audit.

- Keteraturan: Terapkan prosedur yang terstruktur dan sistematis untuk mencapai hasil yang akurat.

Kertas kerja dirancang untuk memastikan bahwa proses audit dilakukan dengan cermat dan berdasarkan prinsip-prinsip etis yang kuat, sehingga memberikan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat oleh manajemen perusahaan.  Dengan mengikuti prosedur audit yang sistematis dan berdasarkan prinsip-prinsip filosofi Aristotle, kita dapat memastikan bahwa kenaikan aktiva tetap sebesar 10 miliar tersebut sah, wajar, dan telah dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Integritas, objektivitas, dan keteraturan dalam proses audit akan membantu mencapai hasil yang akurat dan dapat dipercaya.

Diolah Penulis
Diolah Penulis

Diolah Penulis
Diolah Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun