Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik "Last Minute" Ala Gerindra dan Peluang Jalan Ketiga

2 Maret 2018   20:52 Diperbarui: 2 Maret 2018   20:54 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kumparan.com

Jumat, 23 February 2018 lalu. PDIP secara resmi telah mengumumkan Jokowi yang kini menjabat Presiden RI untuk kembali diusung menjadi capres pertahana untuk Pilpres 2019 mendatang. secara langsung tentu keputusan PDIP tersebut semakin membuat gemuk Koalisi partai Pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.

Dukungan kembali PDIP terhadap Jokowi bukanlah hal yang mengejutkan, karena PDIP selama ini terus konsisten menjadi partai pengusung pemerintah yang utama, atau motor penggerak dari koalisi parpol pengusung pemerintah. Apalagi jokowi sendiri adalah kader PDIP.

Secara hitung-hitungan, kini Jokowi telah memiliki koalisi gemuk yang akan menjadi pendukungnya pada Pilpres 2019 mendatang. Dengan kekuatan dari PDIP-Golkar-PPP-Nasdem-Hanura. Itu berarti masih ada 5 partai lagi yang belum resmi menjadi pendukung Jokowi, yaitu Gerindra-PAN-PKB-Demokrat-PKS.

Secara peta Politik, yang sudah mengantongi dukungan yang lebih dari cukup baru hanya Jokowi, sehingga secara matematika politik Jokowi belum ada lawannya kini. Tetapi ada yang menarik, PKB yang biasa bersama Jokowi, hingga kini belum memutuskan untuk secara resmi mendukung Jokowi.

Jika diberikan kesempatan untuk menjawab, masa dilema PKB disebabkan karena posisi tawar PDIP dan Golkar yang kuat dalam poros pendukung Jokowi. Sehingga posisi cawapres yang selama ini diinginkan para kader PKB untuk diisi sang ketua Umum Cak Imin, mungkin akan tersalip oleh kekuatan Golkar dan PDIP sebagai partai dengan suara terbesar dalam poros pendukung Jokowi.

Sehingga posisi PKB saat ini masih berada ditengah-tengah,apalagi akan ada pertemuan antara Cak Imin dan Prabowo, sehingga tak juga menutup kemungkinan PKB berada dalam poros Prabowo.

Jika dilihat dari peta kini, poros penantang yang paling mungkin akan lahir adalah poros PAN-PKS-Gerindra, dengan melihat kedekatan ketiga partai ini setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Dan semua sudah pasti tahu, Prabowo menjadi motor penggerak koalisi ini.

Politik last Minute gerindra

Jika Jokowi sudah memiliki dukungan gemuk, bagaimana dengan Gerindra yang selama ini menjadi motor utama pihak oposisi?

Hingga kini Gerindra belum memiliki capres secara resmi seperti PDIP dan kawan-kawan, meskipun Gerindra selalu mendorong Prabowo untuk mendeklarasikan dirinya kembali pada pilpres 2019. Akan tetapi Prabowo seakan mengulur waktu dan enggan menjawabnya hingga kini.

Maka dari itu tak heran banyak yang berspekulasi Prabowo "King Maker" terus menggelora dikalangan pengamat politik karena ketidakpastian Prabowo terebut.

Tetapi ada poin yang cukup bisa membuka jelas kemana arah politik Gerindra kedepannya, karena berdasarkan keterangan dari Waketum Gerindra Ferry Juliantono. Pengumuman capres dan cawapres Gerindra akan berlangsung pada agustus 2018 mendatang, hal itu dikarenakan Prabowo dan Gerindra yang kini masih ingin fokus pada Pilkada serentak 2018.

Jika merujuk pada tahap pendaftaran Pilpres 2019 yang berlangsung pada 4-10 agustus 2018, maka peluang Gerindra akan mengumumkan didetik akhir sangat terbuka lebar. Apalagi semenjak Pilkada DKI Jakarta 2012 yang mengumumkan pasangan Jokowi-Ahok, Gerindra bersama PDIP juga mengumumkan pasangan tersebut pada detik akhir.

Dan tentu saja berulang pada pengusungan Anies-Sandi yang juga berlangsung pada detik akhir. Sehingga berbekal pengalaman dari dua Pilkada DKI Jakarta tersebut, pengumunan lasti minute akan menjadi identitas Gerindra.

Jalan ketiga dan Poros Prabowo

Pada salah satu acara tv Swasta, akademisi Prof. Rocky Gerung mengatakan, ada peluang munculnya jalan ketiga pada Pilpres 2019 mendatang, atau bahasa sederhananya adalah figur alternatif. Menurut saya pernyataan Rocky Gerung tersebut sangat logis.

Berdasarkan temuan dari lembaga survey Median pada februari 2018, ada peningkatan yang cukup signifikan dari para capres alternatif yang kini diisi oleh 3 nama. Yaitu Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono( AHY).

Berdasarkan keterangan dari Rico Marbun, sebagaimana yang saya kutip pada pemberitaan Republika, 23/02/2018. Elektabilitas Gatot Nurmantyo saat ini 5,5 persen, Anies 4,5 dan AHY 3,3 persen. Jika merujuk hasil survey Median pada oktober 2017 lalu, elektabilitas ketiganya naik.

Gatot Nurmantyo pada oktober 2017 lalu dibawah Anies dengan 2,8 persen, lalu naik 5,5 persen pada Februari 2018. Begitu juga Anies naik 4,5 persen pada februari 2018, dimana sebelumnya pada oktober 2017 lalu 4,4 persen. Begitu juga AHY yang pada survey oktober 2017 lalu dibawah 1 persen, kini Februari 2018 menjadi 3,3 persen.

Adapun dua teratas tetap Jokowi 35,0 persen, disusul Prabowo 21,2 persen. Tetapi ada yang menarik, karena berdasarkan data survey Median oktober 2017lalu, dimana Jokowi 36,2 sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas 23,3 persen. Ada penuruan elektabilitas Jokowi dan Prabowo

Itu berarti ada kenaikan pada capres alternatif pada survey Februari 2018 median, dan dibarengi penurunan elektabilitas Prabowo dan Jokowi. Memang saat ini dari data hampir mayoritas lembaga survey, hanya Jokowi dan Prabowo saja yang bisa menembus elektabilitas dua digit.

Sedangkan 3 figur alternatif seperti AHY, Anies dan Gatot Nurmantyo hanya memiliki elektabilitas dibawah 10 persen. Tetapi ada yang dilupakan, kenaikan dua kali lipat elektabilitas Gatot Nurmantyo dari 2,8 persen pada oktober 2017, menjadi 5,5 persen pada februari 2018. Serta kenaikan hampir 3 kali lipat yang dialami oleh AHY. Dimana berdasarkan survey Median oktober 2017, AHY dibawah 1 persen dan kini merangkak serta melambung menjadi 3,3 persen pada Februari 2018.

Meskipun angka elektabilitas ketiga capres alternatif masih jauh dibawah Jokowi-Prabowo, tetapi yang perlu diperhatikan adalah kenaikan yang cukup tajam, terutama yang dialami AHY dan Gatot Nurmantyo berdasarkan survey Median tersebut.

Sehingga kemungkinan jalan ketiga yang diprediksi oleh Prof. Rocky gerung pada salah satu acara tv swasta tadi malam, bisa saja mungkin terjadi.

Ada hal penting yang bisa saya tangkap pada pernyataan Prof. Rocky gerung pada salah satu acara tv swasta beberapa waktu lalu, yaitu tentang jalan ketiga. Jika seandainya Gatot Nurmantyo atau AHY, atau mungkin Anies yang elektabilitasnya naik akhir-akhir ini.

Maka peluang melonjak tajamnya elektabilitas ketiga figur alternati tersebut cukup besar kemungkinannya untuk terjadi. Karena kecilnya elektabilitas ketiga tokoh alternatif tersebut disebabkan belum adanya deklarasi yang ketiga tokoh itu lakukan.

Sehingga jika benar salah satu figur alternatif itu maju, maka pelonjakan elektabilitas bisa dialami salah satu figur alternatif tersebut. Apalagi elektabilitas Jokowi maupun Prabowo tak ada yang mencapai diatas 50 persen.

Maka itu figur alternatif seperti AHY, Gatot Nurmanto dan Anies Baswedan, bisa saja menjadi kuda hitam jika salah satu dari ketiganya diusung menjadi capres. Karena belum dideklarasikan menjadi capres saja, ketiganya terutama AHY dan Gatot Nurmantyo mengalami kenaikan elektabilitas berlipat-lipat dalam beberapa bulan terakhir.Bagaimana lagi jika benar maju sebagai capres?

 "Misteri jalan ketiga", mungkinkah politik last minute Gerindra kali ini, karena misteri jalan ketiga seperti yang telah diungkapkan oleh Porf. Rocky gerung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun