Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sentralisasi Pembangunan dan Kesenjangan Pembangunan antar Wilayah

17 Februari 2018   13:35 Diperbarui: 17 Februari 2018   13:37 4556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain pemidahan ibukota, membangun kota-kota metropolitan disetiap pulau-pulau utama seperti sulawesi, kalimantan dan papua adalah jalan yang paling ampuh mengatasi ketimpangan yang ada.

Jika dahulu Indonesia terpusat oleh jakarta, sebagai pusat ekonomi sekaligus politik Indonesia. Maka dengan konsep membangun metropolitan baru hampir setara atau bahkan menyamai kota jakarta disetiap pulau utama adalah solusinya.

Jadi setiap pulau-pulau utama memiliki kota metropolitan yang bisa menjadi pusat perdagangan disetiap pulau utama dan wilayah sekitarnya. Sehingga setiap kota metropolitan yang ada pada setiap pulau utama tersebut akan menjadi lokomotif perekonomian pulau utama dan wilayah sekitarnya.

Sebagai contoh, sumatera memiliki kota Medan sebagai metropolitan utama yang menjadi pusat perdagangannya. Sehingga dalam lokomotif ekonomi, seharusnya kota Medan sudah cukup baik untuk menjadi pusat perdagangan menggantikan peran kota jakarta selama ini jika memang diberikan dukungan infrastruktur ekonomi setara Jakarta.

Konsep membangun pusat ekonomi baru disetiap wilayah sudah lama diterapkan di negara besar sekelas amerika serikat. Dimana amerika serikat adalah salah satu negara di dunia yang menerapkan otonomi yang seluas-luasnya.

Sehingga tak heran peran perdagangan dan ekonomi tak hanya New York saja yang menopang. Akan tetapi kota-kota besar lainnya seperti Los Angeles, Seatlle, Houston juga memiliki perannya masing-masing dalam setiap wilayahnya.

Sedangkan politik, cukup Washington DC saja yang berperan, sehingga mengambil contoh pembangunan ala negara amerika serikat, memang tak sepenuhnya salah dan tak seperti semut yang mengidolakan langit.

Karena secara luas wilayah, Indonesia hanya layak disandingkan dengan negara-negara besar seperti AS, australia, china, Brazil dan india. Pemerintah saat ini memang tengah berupaya menghilangkan sentralisasi tersebut, kita perlu akui itu.

Terutama dalam hal infrastruktur, pemerintah saat ini selalu bekerja agar pembangunan infrastrutur merata diseluruh Indonesia. Tetapi membangun pusat-pusat ekonomi baru jauh lebih baik, karena dengan adanya pusat-pusat ekonomi baru disetiap wilayah di Indonesia. Maka pembangunan infrastruktur pun ikut menggeliat. Karena bagaimana kita membangun jalan tol, jika pengguna dan potensi ekonominya tak mendukung?

Maka itu, membangun pusat-pusat ekonomi baru dan meniru konsep pembangunan pusat ekonomi baru ala negara-negara besar seperti AS, Brazil, india, china dan australia. Adalah langkah yang tepat.

Rio De Janeiro bukanlah Ibukota negara Brazil, karena Ibukota Brazil adalah Brasilia. Meskipun begitu, Nama Rio De Janeiro jauh lebih terkenal dibandingkan sang Ibukota Brasilia. Bersama Sao Paulo, Rio menjadi pusat ekonomi dan perdagangan utama Brazil (flightcentre.ca)
Rio De Janeiro bukanlah Ibukota negara Brazil, karena Ibukota Brazil adalah Brasilia. Meskipun begitu, Nama Rio De Janeiro jauh lebih terkenal dibandingkan sang Ibukota Brasilia. Bersama Sao Paulo, Rio menjadi pusat ekonomi dan perdagangan utama Brazil (flightcentre.ca)
Coba bayangkan, jika suatu saat ada langkah pemerintah yang menyulap kota Makassar menjadi besar dan maju seperti Los Angeles atau tak usah jauh-jauh, seperti kota Penang di Malaysia saja. Bukan tidak mungkin peran Kota Jakarta sebagai pusat ekonomi dan perdagangan selama ini, akan tergantikan oleh Makassar sebagai penopang ekonomi wilayah Indonesia Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun