Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Figur Militer Selalu "Seksi" di Mata Masyarakat?

8 Januari 2018   20:09 Diperbarui: 8 Januari 2018   20:17 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto .facebook/prabowo subianto/ Merdeka.com

Figur militer dan politik, kedua itu seperti tak terpisahkan, karema memang dunia politik Indonesia seperti tak pernah ketinggalan diisi oleh figur militer yang ternyata masih memiliki tempat dalam hati masyarakat.

Saya teringat akan kata salah seorang pengamat Militer yang mengatakan, pangkat tertinggi di Militer itu adalah Kolonel. Karena setelah dirinya mencapai pangkat Brigade Jenderal keatas (Bintang 1), maka ia sudah menjadi salah satu tingkatan tertinggi dalam tubuh TNI.

Dan jabatan Brigjen keatas, tentu menurut saya berdasarkan keterangan salah satu pengamat Militer tersebut, maka ketika seorang tentara sudah berada dalam kepangkatan bintang, maka kemampuan politik dan strateginya sudah pasti mumpuni.

Maka tak heran, banyak para pensiunan jenderal masuk kedalam dunia politik, di Aceh saja yang pernah menjadi wilayah yang menyebabkan rakyat sipil dan militer sempat menjaga jarak. Pernah memiliki kandidat calon Gubernur dari kalangan militer yaitu Mayjen. Djali Yusuf yang pernah menjadi pangdam Iskandar Muda, yang berkedudukan di Aceh. Meskipun pada akhirnya Mayjen. Djali Yusuf kalah oleh Cagub Aceh lainnya.

Tetapi ada yang paling fenomenal hingga kini, sosok militer yang paling menarik perhatian adalah Prabowo Subianto. Sosok yang pernah membuat nama Kopassus berjaya dan diakui dunia tersebut, seakan menjadi sosok paling populer dan fenomenal hingga kini.

Bahkan Jenderal Wiranto yang merupakan seniornya di akademi militer dan atasannya dahulu, tak mampu menandingi kepopuleran Prabowo sebagai pensiunan Jenderal bintang 3 tersebut.

Berbagai prestasi yang diraihnya ketika menjadi seorang militer, tentu sedikit banyak menarik perhatian publik, dimana ketika menjabat Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Prabowo pernah membebaskan sandera di Mapenduma, Papua.

Ketika itu, Prabowo sebagai Danjen. Kopassus berhasil membebaskan sandera yang merupakan ilmuwan dari "Tim Ekspedisi Lorentz" yang meneliti dipedalaman papua.

Tentu saja secara langsung pembebasan sandera yang dilakukan Prabowo pada Mei 1996 silam tersebut membuat seluruh mata dunia tertuju pada TNI. Karena memang peneliti sebagian besar merupakan warga negara asing.

Padahal awalnya tentara asing telah menyebut langkah Prabowo adalah "Mission Imposible" alias sebuah langkah yang berkemungkinan berhasil tipis, tetapi memang didikan kopassus telah membentuk Prabowo menjadi orang yang pantang menyerah. Dengan pasukan terbaik yang berasal dari Kopassus yang bermodalkan kekuatan analisa, tanpa peralatan yang memadai seperti yang dimiliki oleh tentara AS dalam film-film Hollywood.

Prabowo dan pasukannya berhasil membebaskan ke-24 sandera dari tangan OPM, dan tentu saja Prabowo selalu mengedepankan sisi negosiasi dan kemanusiaan dalam operasi tersebut, karena melihat masalah dari dua sisi adalah cara terbaik membebaskan sandera.

Baik dari sisi permintaan OPM maupun keselamatan para sandera, kedua hal tersebut menjadi pertimbangan Prabowo dalam pembebasan sandera dikala itu. Yang mana penyanderaan tersebut juga diawali OPM yang menuntut kemerdekaan tanah Papua.

Prabowo dikala itu menjadi Rissing Star dalam dunia militer, dimana pembebasan sandera yang awalnya dibilang mustahil oleh tentara-tentara barat, ternyata mampu dilakukan Prabowo dengan korban seminimal mungkin dan selalu mengedepankan sudut pandang kemanusiaan. Karena masalah konflik Papua selalu tak jauh dari masalah keadilan sosial dan ekonomi.

Mungkin karena itulah, dalam usia 45 tahun Prabowo sudah merengkuh jabatan Jenderal bintang 3, yang dimasa jabatan terakhir Prabowo adalah Pangkostrad.

Antara Prabowo, SBY, Gatot Nurmantyo, dan Edy Ramayadi

Jika berbicara figur militer yang populer hingga kini, dan munculnya beberapa nama baru figur militer yang menarik hati masyarakat. Tentu kita tidak bisa melepaskan dari keempat nama yaitu. Prabowo, SBY, Gatot Nurmantyo, dan Edy Ramayadi.

Keempat figur militer yang kini masih memiliki tempat dihati publik maupun yang tengah naik daun tersebut, bagaikan sosok yang membangkitkan kerinduan masyarakat akan figur militer.

Meskipun masyarakat pernah trauma akan masa Orde baru, dimana dikala itu pemerintahan terkesan sentralistik dan militerisme. Tetapi entah kenapa figur militer tetap menjadi "Rissing Star" hingga kini.

Para Jenderal yang kini dalam status pensiun tersebut seolah menjadi magnet yang kuat menarik mata publik kini. Saya masih ingat bagaimana melejitnya nama SBY yang pada 2004 silam, namanya langsung loncat merajai lembaga survey melompati Megawati yang akan maju sebagai capres pertahana.

Sehingga sudah dalam prediksi awal, Pilpres 2004 yang merupakan Pilpres langsung pertama bagi Indonesia tersebut dimenangkan oleh sosok militer, yaitu SBY. Meskipun seorang militer, tetapi dapat saya sebut SBY adalah militer yang berpandangan sipil. Karena selama SBY menjadi Presiden, Demokrasi terus berkembang dan SBY tentu adalah salah satu tokoh yang menjunjung tinggi proses demokrasi.

Begitu juga sosok Prabowo, meskipun bukanlah sosok yang pernah menjadi bagian dalam pemerintahan. Tetapi entah kenapa dalam beberapa masa lalu tangan dinginnya telah berhasil melahirkan banyak pemimpin-pemimpin berkualitas terutama pemimpin-pemimpin daerah. Anies, Ahok, dan Ridwan Kamil adalah contoh 3 tokoh daerah yang berhasil ia lahirkan dan besarkan.

Sebagai pelahir pemimpin dan dengan tangan dinginnya yang selalu berhasil memenangkan jagoan yang diusungnya. Tentu saja Prabowo tetap menjadi "Rissing Star" dihati masyarakat kini yang mulai merindukan sosok militer dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa yang begitu kompleks hingga kini.

Jika kita kembali kemasa lalu ketika Prabowo berhasil membebaskan sandera di Mapemduma Papua pada mei 1996 silam. Langkah Mabes TNI yang mengirim pasukan kopassus ke Papua untuk membebaskan sandera yang awalnya diremehkan militer Amerika sebagai Mission Imposible (pekerjaan yang tidak mungkin). Tetapi dengan kesungguhan Brigjen.Prabowo yang dikala itu sebagai Danjen kopassus, yang terjun memimpin langsung operasi tersebut.

Pada akhirnya sandera berhasil selamat dan jumlah korban pun ditekan seminimal mungkin, baik dari pihak OPM maupun TNI. Bahkan Prabowo menghendaki tak ada korban jiwa sama sekali dari dua pihak. Hal tersebur tentu saja merupakan wujud Prabowo juga mengedepankan sisi kemanusiaan dalam pembebasan sandera tersebut.

Prabowo dikala itu tentu saja tetap melihat dari dua sisi, karena masalah Konflik Papua tak terlepas dari masalah keadilan sosial dan ekonomi. Mungkin karna inilah Prabowo bisa menganalisis segala kemungkinan terburuk, dalam hal apapun itu. Sehingga jiwa pantang menyerah Prabowo tercermin dari dunia politik yang telah ditempuhnya kini.

Jika diawal artikel saya mengutip pernyataan salah satu pengamat militer yang mengatakan jabatan tertinggi dimiliter adalah kolonel. Saya rasa pendapat tersebut benar adanya, seorang jenderal sudah pasti seorang ahli strategi, apalagi jika pensiunan jenderal tersebut adalah seorang prajurit yang berprestasi.

Beda SBY dan Prabowo, berbeda pula dengan Jenderal Gatot Nurmantyo, sosok yang fenomenal dan memiliki kedekatan dengan rakyat dan ulama tersebut belakangan ini terlihat kembali menambah deretan tokoh militer populer dimasyarakat.

Bahkan banyak yang berpendapat, popularitas Jenderal gatot bisa saja menyaingi Prabowo. Karena serupa dengan Prabowo, sosok tegas, humanis, dan pro demokrasi ada pada diri Jenderal Gatot Nurmantyo.

jokowi prabowo sby gatot. 2017 Merdeka.com
jokowi prabowo sby gatot. 2017 Merdeka.com
Sosok Jenderal bintang 4 yang pernah menjabat panglima TNI ini, tentu bagaikan "Oase lain" akan kerinduan masyarakat akan figur militer selain SBY dan Prabowo. Miiter yang selain dikenal sebagai ahli strategi, miiter juga dikenal sebagai sosok pemersatu bangsa.

Sosok pemersatu bangsa dan berjiwa Nasionalisme tinggi, ada pada sosok Jenderal Gatot, apalagi kedekatan sang jenderal dengan ulama dan rakyat tercermin dari beberapa pernyataan sang Jenderal.

Jenderal Gatot bahkan disebut sebagai militer yang demokratis yang selalu dekat dengan rakyat. Maka itu, nama Jenderal Gatot melambung bak roket, yang mana banyak rakyat yang memuja sosok Jenderal gagah nan kharismatik tersebut.

Mengekor dibelakang Jenderal Gatot, sosok Letjen. Edy Ramayadi pun kini juga telah meroket namanya. Memang sejak awal mantan Pangkostrad dan Ketua PSSI ini namanya selalu populer karena kedua jabatan strategis yang disandangnya.

Apalagi semenjak dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Pangkostrad beberapa waktu lalu, dan maju sebagai calon Gubernur sumatera utara 2018. Nama letjen. Edy melambung bak roket baik dimata masyarakat Indonesia pada umumnya dan rakyat Sumatera Utara khususnya.

Keputusan letjen. Edy meninggalkan keprajuritannya dan masuk kedalam dunia politik, tentu saja akan menambah nama-nama baru dari figur militer kini. Sebagai sosok militer "Zaman now" yang terbaru terjun dalam dunia politik.

Sepertinya Letjen. Edy tengah mengikuti jejak karier para seniornya, yaitu prabowo dan SBY yang telah lebih dulu masuk kedalam dunia politik, dan ternyata langkah Letjen.Edy tersebut mendapat respon positif dari masyarakat. Kekuatan elektabilitas Letjen. Edy pada Pilkada Sumatera Utara 2018 memang tak bisa dipandah remeh, karena ia adalah salah satu sosok Cagub Sumut yang berpeluang besar menang.

Letjen. Edy Ramayadi ketika Menjadi Pangkostrad 2016 Merdeka.com
Letjen. Edy Ramayadi ketika Menjadi Pangkostrad 2016 Merdeka.com
Apalagi banyaknya parpol besar mulai mendekatkan dirinya kepadanya dalam hal ini Golkar sebagai salah satu pendukung utama Gubenur Sumut pertahana Tengku Ery, ternyata diluar dugaan malah berbalik mendukung Letjen. Edy.

Kerinduan masyarakat akan figur militer ternyata seakan memberikan sedikit jalan untuk saat ni bagi letjen. Edy memasuki persaingan memperebutkan kursi Sumut-1 tersebut.

Masuknya nama baru Figur militer dalam dunia politik seperti Edy Ramayadi, tentu akan menambah sosok militer dalam dunia politik, bahkan bukan hal yang tidak mungkin sosok Edy bisa menjadi SBY atau Prabowo selanjutnya. Jika ia memang berhasil memenangkan pilkada sumut 2018. Karena menginggat figur militer masih memiliki tempat istimewa dihati masyarakat hingga kini.

Pilpres 2019, adalah pilpres nya figur militer?

Pipres 2019 memang terus semakin berada didekat mata, karena tahapan Pilpres 2019 akan dimulai pada agustus 2018 yang tentu sudah pasti dimulai pada tahun ini. Jika melihat naiknya nama baru di dunia politik dari figur militer seperti Jenderal Gatot dan Letjen. Edy, rasanya seperti melihat gambaran kedepan bahwa bukan tidak mungkin Pilpres 2019 kedepannya adalah Pilpresnya figur militer.

Oh iya, ada satu nama yang saya lupakan, sosok AHY yang juga berpotensi pada maju pada Pilpres 2019. Sehingga tentu saja dengan saya tambah satu sosok figur militer ini, maka sudah semakin kuat dugaan saya bahwa 2019 bisa saja menjadi pilpres nya figur militer.

Itu berarti ada 3 tokoh militer yang diprediksi berpotensi masuk menjadi kuda hitam pilpres 2019, yaitu Jenderal Gatot, Prabowo dan AHY. Tetapi AHY saya rasa terlalu junior dibandingkan dua namanya lainnya seperti Prabowo dan Gatot yang berpangkat Jenderal.

Sehingga posisi AHY yang paling pantas yaitu cawapres, karena seperti yang saya sebut diawal, kemampuan strategi AHY karena belum pernah berstatus jenderal, tentu belum semumpuni Jenderal Gatot dan Prabowo secara strategi.

Karena seorang jenderal sudah pasti pernah melalui pendidikan Lembahas yang tentu saja memperluas wawasannya tentang strategi dan politik kawasan. Karena jenderal adalah pimpinan militer.

Tetapi tetap saja, jika AHY terus belajar, bisa saja kemampuannya bisa menyamai Prabowo dan Jenderal Gatot yang telah lama dan pernah menduduki posisi sebagai pimpinan tinggi dimiliter.

Sehingga dengan populernya nama figur militer baru seperti Jenderal Gatot, AHY, maupun Letjen.Edy. Pilpres 2019 bisa saja menjadi ajang "kebangkitan" kembalinya figur militer, karena tak hanya Prabowo dan SBY, sosok figur militer lainnya seperti mendapatkan momentum semenjak naiknya nama Jenderal Gatot Nurmatyo selama menjabat panglima TNI lalu.

Figur Militer dan Politik, keduanya bagaikan hal yang tak terpisahkan kini, karena sepertinya demokrasi Indonesia kini telah berkembang. Dimana antara militer dan Demokrasi kini telah bersahabat dan bersatu.

Menginggat semenjak kita menghendaki demokrasi langsung, sosok figur militer merebut hati masyarakat melalui jalan demokrasi. Tentu adalah sebuah fenomena pendewasaan demokrasi. Dimana tak selamanya sosok militer itu tidak demokratis. Dan tentu saja fenomena demokrasi dan figur militer menjadi fenomena pendewasaan demokrasi yang luar biasa bagi Indonesia, yang kini telah memilih jalan demokrasi dalam bernegaranya.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun