Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada 2018 dan Kesadaran Politik Masyarakat Sumatera Utara

6 Januari 2018   19:23 Diperbarui: 6 Januari 2018   19:37 5489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Djarot dan Edy berpotensi "head to head"?

Aroma menginginkan pemimpin baru dari kalangan masyarakat Sumatera utara mulai tercium setelah masuknya nama kedua tokoh nasional yaitu Letjen. Edy dan Djarot dalam Radar Pilgub Sumut 2018.

Mengapa? Jika melihat peta Politik yang ada pada saat ini, peralihan dukungan Golkar dan Nasdem kepada Letjen. Edy Ramayadi adalah contoh dimana sepertinya parpol mencium masyarakat Sumut menginginkan pemimpin baru.

Jika melihat peta politik dukungan parpol saat ini, Hanya Letjen. Edy yang sudah mengantongi dukungan gemuk untuk melaju pada Pilkada Sumut 2018. Letjen Edy telah mengantongi dukungan Gerindra 13 Kursi DPRD, PKS 9 Kursi, PAN 6 Kursi. Serta tambahan dari Nasdem 5 kursi dan Golkar 17 kursi.

Peralihan dukungan Nasdem dan Golkar tentu berpotensi membuat Tengku Ery Nuradi tak bisa melaju jika melihat peta saat ini. Apalagi Nasdem adalah partai tempat Tengku Ery bernaung, tentu hal yang mengejutkan Nasdem dan Golkar yang selama ini memiliki kedekatan dengan Tengku Ery mengalihkan dukungannya kepada Letjen. Edy.

Itulah mengapa saya sebut ada suara masyarakat Sumut ingin memiliki pemimpin baru diluar Pertahana (sedang menjabat). Sehingga tidak bermaksud mendahului, bisa saja Tengku Ery batal melaju.

Jika memang benar peta politik kedepan seperti saat ini, dan Tengku Ery tak bisa meraih parpol lain untuk berkoalisi, maka peluang "head to head"antara Djarot-Edy cukup besar. Apalagi kedua tokoh ini makin populer namanya belakangan ini.

Djarot memang lebih mudah memenuhi dukungan untuk maju, karena PDIP yang memiliki 16 kursi DPRD akan lebih mudah mencari kursi tambahan dari parpol lain. Dimana hanya butuh 4 kursi lagi untuk Djarot maju secara aman agar genap 20 kursi.

Sehingga tidak berlebihan jika saya sebut, head to head Djarot- Edy bepeluang besar terjadi, apalagi sepertinya Djarot dan Edy memiliki akar massa yang kuat. Djarot memiliki akar massa loyalis Ahok pada masyarakat Sumut dan tak ketinggalan masyarakat keturunan Jawa yang bermukin di Sumut semenjak lahir. Serta Edy memiliki akar rumput masyarakat Sumut yang rindu akan figur militer untuk memimpin Sumut.

Jika benar head to head ini terjadi, maka Pilgub Sumut akan sangat bergairah karena kedua tokoh tersebut sama-sama tokoh nasional, yang tentu memiliki catatan rekam jejak dan pengalaman yang mumpuni dan populer di tingkat nasional.

Masyarakat Sumut adalah masyarakat yang terbuka dan apa adanya, dan saya yakin siapapun calonnya dan apapun perbedaan pandangan politiknya. Jika sudah berdendang bersama di kedai dan bernyanyi (Kalau Nyanyi orang-orang asal Sumut Juaranya) sudah pasti rasa perdamaian dan persatuan terjalin kembali. Apapun suku dan agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun