Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada 2018 dan Kesadaran Politik Masyarakat Sumatera Utara

6 Januari 2018   19:23 Diperbarui: 6 Januari 2018   19:37 5489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letjen. Edy Ramayadi dan Djarot Saiful Hidayat. Foto Istimewa (waspada.co.id

Padahal sebagai kota terbesar ke-3 di indonesia, Medan seharusnya tidak seperti itu, sungguh sangat ironis dengan fakta tersebut dimana dengan kota berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa dan kini telah beranjak maju. Seharusnya Medan tak kalah dengan kota-kota besar di Pulau Jawa.

Apalagi sejak 2008 beberapa kali Gubernur Sumut terkena kasus korupsi, belum lagi Walikota Medan yang juga pernah terkena kasus korupsi. Mungkin hal-hal tersebut lah yang membuat warga Sumut agak apatis dengan kondisi Sumut setiap pilkada berlangsung.

Tetapi tidak dengan tahun ini, kemunculan Ltetjen. Edy dan Djarot seakan membuat Pilgub Sumut 2018 terasa berbeda dan mulai bergairah. Dengan masuknya nama Djarot dan Letjen. Edy, ternyata membuat Pilgub Sumut mulai bergelora.

Tetapi ada suatu catatan, dengan tidak bermaksud mengkerdilkan Djarot, masuknya nama Djarot sebagai calon "non putra daerah" masih menyisakan tanda tanya. Apakah tak ada orang Batak atau Melayu yang berkualitas sebagai Putra Daerah?

Jika saya diberikan kesempatan untuk menjawab, jika PDIP ingin berkomitmen memajukan Sumut melalui tangan putra daerahnya. Maaf bukannya rasis, saya rasa memilih calon dari Suku Batak atau Melayu jauh lebih tepat, jikalau pun bersuku Jawa, ambillah Puja Kesuma alias putra Jawa Kelahiran Sumatera.

Karena hanya putra daerahlah yang jauh lebih mengerti watak dan segala permintaan masyarakat Sumut. Akan lebih tepat jika Nama-nama kader PDIP seperti Maruarar Sirait, atau Efendi Simbolon saya rasa cocok dimajukan. Karena mereka adalah putra daerah asli Sumut yang mengerti permasalahan dan kultur budaya masyarakat Sumut. Apalagi keduanya adalah salah satu tokoh daerah yang mumpuni.

Kemunculan nama Djarot memang menarik dan membuat Pilkada Sumut lebih berwarna dan saya yakin warga Sumut, adalah masyarakat yang paling prural dan siap menerima pemimpin dari kalangan manapun.

Tetapi kemunculan nama Djarot juga bisa menjadi suatu ganjalan, karena itu tadi karena Djarot bukanlah putra daerah. Apalagi untuk Sumut masih banyak tokoh-tokoh daerah yang mumpuni. Coba bayangkan dan hitung ada berapa tokoh-tokoh asal Sumut yang sukses pada pentas nasional.

Kemunculan Letjen. Edy dan Djarot memang sangat menarik, karena seakan membuat warga Sumut hilang dari rasa apatisnya karena ada 2 tokoh nasional yang bertarung. Sehingga ada sedikit harapan untuk perubahan Sumut kedepannya.

Djarot memang bagus rekam jejaknya karena pernah menjadi Wagub DKI Jakarta dan Gubernur Defenitif selama 6 bulan DKI Jakarta menggantikan Ahok. Selain itu Letjen. Edy Ramayadi juga sangat baik karena lebih mengerti rakyat Sumut sebagai putra daerah Sumut. Apalagi ia pernah menjabat Panglima Kodam I Bukit Barisan yang bermarkas di Kota Medan, serta kepopuleran namanya dalam pentas nasional beranjak ketika menjabat Pangkostrad sekaligus Ketua Umum PSSI.

Masuknya nama kedua tokoh nasional tersebut dalam pilkada Sumut, tentu akan berpengaruh besar terhadap kesadaran politik masyarakat Sumut yang selama ini meluntur karena apatis terhadap Gubernur-Gubernurnya terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun