Tak lama berselang, setelah beberapa waktu lalu menarik dukungan dari Ridwan Kamil, partai Golkar telah secara sah menetapkan Dedi Mulyadi yang merupakan Bupati Purwakarta sekaligus ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat sebagai Cagub Jabar 2018.
Hal tersebut tentu secara langsung menyiratkan Golkar membuka peluang koalisi dengan Deddy Mizwar yang kini masih memiliki partai Demokrat yang masih setia bersamanya.
Duet Dedi Mulyadi-Deddy Mizwar pun menguat beberapa saat berselang setelah PKS dan PAN membelokkan dukungannya kepada Sudrajat. Demokrat yang kini menjadi perahu tunggal bagi Deddy Mizwar, saat ini tengah berupaya untuk menjalin koalisi dengan Partai Golkar dan tentu saja berujung pada duet Dedi Mulyadi-Deddy Mizwar.
Keputusan siapa yang menjadi Gubernur atau wakil masih akan menjadi pertimbangan antara Demokrat dan Golkar.
Keputusan PAN dan PKS yang secara tiba-tiba membelokkan dukungannya pada Sudrajat, tentu sangat berpengaruh besar terhadap peta Politik Jawa Barat. Kuatnya duet Dedi Mulyadi-Deddy Mizwar adalah bukti peta Politik Jabar sangat begitu dinamis.
Ibarat film Hollywood, Pilkada Jawa Barat 2018 tidak tertebak, dan diluar dugaan semua prediksi. Dan kemunculan Sudrajat dalam peta Politik Jawa Barat seakan membuyarkan peta politik yang awalnya telah terpetakan.
Prabowo Effect di Jawa Barat adalah contoh, bagaimana peta Politik seakan langsung buyar seketika ketika Prabowo secara yakin memunculkan tokoh baru pilihannya yang sebelumnya tidak diduga.
Berkaca pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, siapakah yang menyangka jika Prabowo memajukan Anies Baswedan. Gerindra adalah satu-satunya partai saat ini yang berani memunculkan figur baru yang tidak terduga semenjak Pilkada DKI Jakarta 2017.
Duet Dedi Mulyadi yang tidak terkira sebelumnya pada akhirnya terbentuk, sehingga habis Deddy Mizwar-Ahmad-Syaikhu terbitlah Dedi-Demiz.
Arah PDIP yang bimbang antara poros Dedi Mulyadi atau Ridwan Kamil
PDIP adalah satu-satunya partai di Pilgub Terpanas setelah DKI Jakarta tersebut yang belum menentukan sikap. Partai besutan Megawati Soekarno Putri yang kini menjadi partai penguasa secara nasional tersebut, seakan menghadapi dilema.