Ada yang mengejutkan pada hari sabtu 9 Desember 2017 lalu . Prabowo mengusung Mayjen TNI (Purn) Sudrajat sebagai calon Gubernur Jawa Barat 2018. Mayjen TNI (Purn) Sudrajat adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1971, yang memiliki jabatan terakhir sebelum pensiun pada tahun 2005 adalah Dirjen Strategi Pertahanan di Kementerian Pertahanan pada 2003.
Tentu saja keputusan Prabowo kali ini cukup mengejutkan, karena dalam Bursa Pilgub Jawa Barat 2018, nama Sudrajat tidaklah diperhitungkan. Prabowo selalu penuh kejutan di detik akhir, saya rasa prediksi saya pada artikel-artikel sebelumnya berdasar. Karena tidak ada yang bisa menebak langkah dan manuver politik mantan Danjen Kopassus tersebut.
Padahal dalam bursa Cagub Jawa Barat 2018 nama Sudrajat tidak lah sepopuler bahkan masih kalah jauh dari dua nama, yaitu Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Yang kini masih bertengger pada dua besar pada survey calon Gubernur Jawa Barat 2018.
Memang Hubungan antara Gerindra dengan Deddy Mizwar terlihat kurang harmonis belakangan ini. Deddy Mizwar memilih menjadi kader Demokrat dibandingkan memenuhi tawaran Gerindra untuk menjadi kadernya.
Apalagi Ridwan kamil yang memang semenjak menerima pinangan Nasdem pada maret 2017 lalu, Membuat Gerindra dan Ridwan Kamil berbeda kubu hingga saat ini.
Mungkin karena hubungan yang kurang harmonis terhadap kedua tokoh tersebutlah yang pada akhirnya membuat Gerindra membuat kubu baru mengusung Mayjen (Purn) Sudrajat.
Tetapi mengapa Sudrajat? Padahal nama Sudrajat senyap dan kurang begitu populer di Jawa Barat, apalagi dibandingkan dengan Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar. Padahal secara matematika politik, peluang Gerindra akan lebih besar menang jika mengusung Deddy Mizwar.
Rasanya bukan Prabowo namanya jika tidak menimbang strategi sebelum memutuskan. Meskipun nama Sudrajat kurang diperhitungkan hingga akhirnya  Prabowo mengusungnya pada 9 desember lalu. Tetapi entah kenapa secara tiba-tiba nama Sudrajat menarik perhatian besar media massa.
Nama Sudrajat yang dahulu kurang diperhitungkan, kini menjadi buah bibir masyarakat di Jawa Barat bahkan seluruh Indonesia. Perlahan tapi pasti, media massa dan masyarakat pun akan terus mencari rekam jejak dari Sudrajat, dan tentu peluang Sudrajat untuk populer ada disitu.
Dan benar saja, jika bicara rekam jejak, Sudrajat adalah urang sunda asli, lulusan Harvard University, pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, dan tentu saja yang menjadi rekam jejak terpenting bagi masyarakat Jawa Barat adalah kedekatan dengan ulama dan tokoh masyarakat.
Secara langsung rekam jejak yang termasuk baik tersebut mengemuka ke publik, dan perlahan tapi pasti nama Sudrajat akan terus melonjak Popularitasnya. Prabowo adalah sang ahli strategi dan sudah pasti dengan mengusung Sudrajat akan mengalami banyak tantangan ketimbang mengusung tokoh populer seperti Ridwan Kamil dan Demiz.
Sudrajat, Prabowo Effecet dan Pilpres 2019
Seperti diketahui, Jawa Barat adalah basis massa terbesar Prabowo pada Pilpres 2014 lalu. Kemenangan Prabowo dengan hasil 60 persen suara, adalah bukti bahwa Jawa Barat adalah basis massa pendukung Prabowo terbesar.
Menurut saya, ini yang akan menjadi modal Sudrajat untuk menatap Pilgub Jabar, coba bayangkan Nama Sudrajat yang awalnya tidak pernah diperbincangkan di Jawa Barat. Namun secara tiba-tiba namanya mengemuka ke publik setelah Prabowo mengumumkan Sudrajat sebagai jagoannya di Jawa Barat.
Itu adalah bukti Prabowo effect masih lumayan kuat di Jawa Barat, sehinggga Sudrajat akan mengandalkan nama besar prabowo. Dan menurut saya Prabowo ingin memiliki jagoan yang sejalan dalam mengusung cagub Jabar kali ini.
Hubungan yang retak antara Gerindra dengan Demiz akhir-akhir ini, apalagi setelah Demiz memutuskan masuk sebagai kader Demokrat, mungkin adalah alasan Prabowo untuk membuat kubu baru dengan memunculkan nama Sudrajat. Dan tentu saja sudah pasti PAN dan PKS bisa saja beralih ke kubu baru ini karena kedekatan Prabowo dengan PAN dan PKS.
Pernyataan prabowo bahwa akan merangkul PAN dan PKS untuk mendukung Sudrajat adalah bukti bahwa Prabowo ingin membentuk kubu baru. Sehingga bisa saja ini akan menjadi ancaman bagi Demiz, karena Demiz bisa saja ditinggalkan oleh PKS dan PAN yang sudah mengusungnya bersama Demokrat beberapa waktu lalu.
Prabowo effect di Jawa Barat adalah yang bisa dijual Gerindra dalam mengusung calonnya di Jawa Barat. Apalagi prabowo sampai turun tangan melobi PAN dan PKS untuk ikut bersama Gerindra mengusung Sudrajat.
Kekuatan basis massa Prabowo di Jawa Barat, saya rasa berpeluang untuk membuat PAN dan PKS akan mengikut langkah politik Prabowo. Sama seperti Jawa Tengah, dimana siapapun calon yang di usung PDIP sudah pasti akan menang. Hal itu yang terjadi di Jateng selama 15 tahun belakangan ini.
Jawa Barat ibaratnya kandang Prabowo dan PKS, sehingga jika benar PKS kembali bersama Gerindra, maka jelas sudah kekuatan barisan kubu baru Prabowo. Apalagi PKS adalah sekutu terdekat Gerindra, maka kemungkinan PKS kembali ke sekutunya lumayan besar.
Bagaimana dengan Demiz jika itu terjadi? Demiz bisa saja akan juga mengikuti langkah politik Prabowo atau tetap bersama Demokrat. Jika bersama Demokrat dan PAN atau PKS beralih ke kubu Prabowo. Maka pilihan Demiz adalah bergabung ke kubu Gerindra entah menjadi Calon wakil Gubernur dari Sudrajat atau mungkin akan menjadi Cagub dan Sudrajat akan menjadi Cawagubnya. Hal itu tentu sesuai kesepakatan bersama nantinya, karena politik sudah pasti dinamis.
Tetapi jika PAN tetap bersama Demorat, dan bisa merangkul partai lainnya yang memiliki kedekatan dengan Demokrat seperti menarik PKB dari kubu Ridwan Kamil. Maka Demiz juga memiliki peluang besar untuk menang, karena Demokrat dan Demiz juga memiliki nama besar di Jabar,
 Karena kader Demokrat Dede Yusuf dan Deddy Mizwar sama-sama pernah menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat. Atau mungkin bisa saja mereka berdua bersanding? Jika benar, semakin beratlah langkah Sudrajat atau mungkin Ridwan Kamil, karena Dede Yusuf dan Demiz yang sama-sama memiliki elektabilitas tinggi jika digabung akan menjadi kekuatan luar biasa.
Sehingga tentu saja pengusungan Mayjen (Purn) Sudrajat, bisa saja suatu langkah test soundbagi Prabowo dan Gerindra yang ingin test sound, apakah pendukung akar rumputnya masih setia dengan nama besar Prabowo?
Selain itu, langkah membuat kubu baru ini juga menjadi langkah Prabowo untuk mencari jagoan yang benar-benar menjadi loyalis Prabowo, dan Sudrajat inilah mungkin loyalis itu. Apalagi sudrajat dan Prabowo adalah sahabat dekat semenjak di akademi militer. Hal itu tentu saja menjadi pertimbangan Prabowo mengusung nama Sudrajat yang selama ini tak begitu populer.
Prabowo sepertinya ingin menjadikan Pilkada Serentak 2018 sebagai pintu awal menatap pilpres 2019 mendatang. Dan tentu menjagokan calon yang loyal terhadap Prabowo itu sendiri. Karena sepertinya dengan mengusung Sudrajat, Prabowo seperti ingin memetakan basis suaranya di Jabar, sekaligus test soundapakah rakyat Jawa Barat masih menjadi loyalisnya meskipun mengusung calon yang sebelumnya tak populer?
Apapun itu, Politik itu selalu dinamis dan bisa saja akan berubah. Ibaratnya politik ibarat air yang mengalir akan mengikuti kemana arah yang memungkinkan.
Salam Damai Selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H