Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis yang Duduk di Kursi Paling Depan (3)

12 November 2017   23:15 Diperbarui: 12 November 2017   23:43 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hapeku  tiba-tiba berbunyi dengan kencangnya, aku melihat nomor tak dikenal tertera dalam hapeku. Dalam hati aku bertanya-tanya. Nomor siapakah gerangan yang menghubungiku kali ini? dengan ragu-ragu aku mengangkat handphoneku, terdengar suara wanita diseberang sana. Sepertinya aku mengenal suara itu, lalu aku bertanya kepada penelpon yang saat ini masih aku anggap misterius.

Ini aku Lisa don, seketika rasa raguku pun hilang, setelah mengetahui suara siapa diseberang sana. Aku lantas bertanya dari mana ia mendapatkan nomer handphone ku? lalu ia menjawab dari temannya yang bersama dirinya kemarin.

Dalam hatiku berpikir, pasti Novi atau Ria yang merupakan teman lisa yang juga mengenalku. Lalu aku tak memperpanjang obrolan tentang darimana ia peroleh nomerku. Aku jujur sempat kaget ketika ia dengan tiba-tiba menghubungiku. Lisa bercerita banyak tentang dirinya dan latar belakangnya, lalu aku pun juga bercerita tentang latar belakangku.

Dalam obrolan melalui udara malam itu, lisa seperti curhat tentang hubungan cintanya dengan kekasihnya beberapa waktu lalu. Malam itu lisa bercerita panjang lebar tentang hubungan cintanya yang kandas ditengah jalan. Sebagai sahabat dekat lisa dikala itu, aku tetap memberikan saran kepadanya agar tetap berpikiran jernih pada kekasihnya. Yang dikala itu telah membuat hatinya menjadi patah.

Aku merasa Lisa sepertinya sangat menyayangi dan mencintai kekasihnya itu, karena aku mengetahui seberapa pedihnya luka yang ia rasakan ketika ia harus putus hubungan cintanya dengan pria itu. Lisa sudah beberapa bulan putus dengan kekasihnya itu, tetapi sepertinya ia masih terbayang oleh kenangan mantan kekasihnya tersebut.

Beberapa hari belakangan ini, ada hal yang berbeda dalam hidupku. Aku seperti sibuk sendiri dengan hape ku, dikala itu aku sangat intens ber-sms dengan lisa. Aku bagaikan orang yang lupa waktu ketika sudah ber-sms dengan bertelpon ria dengan dengan lisa.

Tidak hanya melalui udara, aku dan lisa sudah semakin dekat, meskipun kami masih sebatas teman dekat. Akan tetapi hubungan aku dan lisa sudah semakin dekat saja. Lisa sepertinya nyaman berada didekatku, begitu juga aku.

Bahkan pada beberapa kesempatan aku pergi bersamanya, dengan mengitari Kota Jakarta bersama dengannya. Lisa banyak curhat denganku tentang hubungannya yang baru saja berakhir, serta masalah keluarganya. Sepertinya lisa ingin aku lebih dekat dengannya, karena lisa sudah menceritakan semua perjalanan hidupnya kepadaku.

Lisa sang Gadis yang duduk didepan kelas yang selalu aktif dikelas, dengan berbagai pemikirannya dalam menganalisa setiap materi yang diberikan oleh dosen, ternyata memiliki hati yang rapuh. Lisa yang terkadang terkesan sebagai wanita yang kokoh dan tomboy karena memang ia adalah pegiat Taekwondo wanita. Ternyata setelah aku mengetahui tentang dirinya sebenarnya, lisa adalah wanita yang rapuh dan cepat tersentuh hatinya.

Disaat aku dan lisa berjalan bersama, Tak sadar Lisa menyenderkan kepalanya dibahuku. sepertinya lisa merasa nyaman ketika aku mendengarkan berbagai curhatan dalam hatinya, baik mengenai cintanya maupun masalah keluarganya. Benar saja, dalam hatiku aku sepertinya jatuh cinta dengan wanita ini.

Didalam mobil lisa selalu menyenderkan bahunya kepadaku, hingga suatu ketika lisa meminta maaf kepadaku karena tiba-tiba menyenderkan kepalanya dibahuku. Sebagai pria yang tentu kurang memiliki keberanian menghadapi seorang wanita. Tentu saja aku hanya bisa diam serta terpaku ketika lisa secara tak sengaja menyenderkan kepalanya dibahu ku.

Tetapi tentu dalam hatiku tak bisa menyembunyikan bahwa aku benar-benar mencintai dan menyayangi lisa dikala itu. 2 minggu sudah aku dekat dengan lisa, dan rasanya seperti ada rasa yang ingin kusampaikan kepada lisa. Karena selama 2 minggu belakangan ini aku sepertinya jatuh cinta dengan wanita itu.

Sebagai laki-laki yang kurang berbakat dalam percintaan, aku berusaha mengumpulkan keberanian untuk berkata langsung kepada lisa. Tetapi keberanian itu rasanya tak kunjung terkumpul dan menguat. Karena sepertinya aku memang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan kepadanya bahwa aku benar-benar mencintainya. Dan ingin memjadikannya sebagai kekasihku.

Perlu waktu beberapa hari untuk mengumpulkan segenap keberanian itu, hingga pada akhirnya aku menemui Novi dan Ria, yang merupakan teman Lisa yang juga kenal baik denganku. Novi dan Ria merasa kaget dan gembira, karena mereka sangat senang jika seandainya aku dan lisa menjadi sepasang kekasih. Mereka berpendapat aku dan lisa adalah teman baik mereka, jadi jika aku dan lisa jadian alias menjadi sepasang kekasih, mereka tentu akan sangat senang.

Mereka menyarankan kepadaku, jika tidak berani secara langsung aku bisa menungkapkan perasaanku kepada lisa melalui telepon atau sms. Saran mereka aku pertimbangkan, dan kembali mereka menyarankan untuk aku yakin bahwa lisa juga menyukaiku.

Meskipun aku tau lisa sudah memberikan lampu Hijau kepadaku, aku masih tidak yakin lisa akan menerima jika aku mengungkapkan perasaan ku secara jujur. Karena aku merasa, mungkinkah aku bisa melunturkan kenangan mantan kekasihnya yang selalu ia kenang. Tetapi aku tetap ingin mengungkapkannya kepadanya, karena apapun itu baik diterima maupun tidak. Setidaknya aku sudah mengungkapkan perasaan ku.

Setelah keberanian berhasil aku kumpulkan dalam dirimu, aku mencoba menelpon Lisa, tetapi ketika nada tunggu pada hapeku mulai terdengar. Lagi-lagi keberanian tersebut meluntur. Pada akhirnya aku hanya berani mengungkapkan perasaanku melalui sms, karena hanya melalui sms lah aku berani mengungkapkan perasaan ku yang sesungguhnya pada lisa.

Setelah aku mengatakan yang sesungguhya melalui sms yang kukirim kepada lisa, hanya ada jawaban singkat dari lisa. Yaitu dia membutuhkan waktu beberapa hari untuk berpikir. Dengan jawaban singkat itu, aku sejenak terdiam seraya berkata dalam hati. Apakah itu cara lisa untuk menolakku secara halus? Atau mungkin aku yang terlalu cepat mengungkapkan perasaan ku padanya? Atau mungkin juga dia hanya ingin menjadi sebatas teman dengan ku?

Aah sudahlah (Pikirku dalam hati) yang penting aku sudah mengungkapkan semua perasaanku padanya. Mau diterima atau engga yang penting aku sudah berusaha, toh juga aku tetap bisa menjadi temannya meskipun dia tidak menerimaku menjadi kekasihnya.

Tetapi ada yang ganjil, selama dua hari belakangan ini lisa tidak pernah lagi menghubungiku, apalagi ketika di kampus aku jarang melihatnya. Mungkinkah lisa menghindar dariku karena kelancanganku yang menyatakan cinta kepadanya?

Jika memang benar seperti itu, berarti benar. Aku telah lancang terhadapnya karena mungkin saja selama ini dia hanya ingin menjadi teman saja denganku, tidak lebih. Itu berarti aku telah benar-benar lancang.

Keesokan harinya lisa tiba-tiba mengirim sms kepadaku, ia ingin bertemu denganku di depan kampus. Dengan sedikit keheranan aku mengiyakan ajakannya. Kebetulan pada saat itu aku baru saja keluar kelas. Mungkinkah lisa mau membicarakan perihal sms-ku beberapa hari yang lalu?

Didepan kampus lisa memberikanku sebuah nomor perdana, aku menjadi bingung, apa maksud lisa mengajakku bertemu didepan kampus dan memberikan nomor perdana ini kepadaku?

Untuk menjawab kebingunganku, lisa berucap, kalau nomor itu merupakan nomer dengan provider yang sama dengan yang dimiliki olehnya. Lalu lisa kembali meyakinkan aku yang tengah kebingungan saat itu. Bahwa nomor itu ia berikan padaku agar aku dan dia dapat berhubungan lebih mudah dan efisien. Karena lisa juga memakai provider yang sama dengan kartu perdana yang ia berikan padaku.

Lalu aku baru mengerti, itu tandanya lisa menerima cintaku, mungkin dengan memberikanku kartu perdana tersebut. Adalah simbol bahwa ia menerima cintaku dan berharap aku dan dia memiliki nomor dari Provider yang sama.

Setelah ia memberikanku nomor perdana tersebut, lisa lalu pergi bersama Novi yang merupakan teman lisa yang kenal baik denganku. Pertemuan hari itu diakhiri oleh senyuman lisa kepadaku sambil ia berlalu menggunakan motor bersama Novi.

Pada saat lisa memberikan nomor perdana itu kepadaku, tentu itu adalah hari dimana aku dan lisa telah menjadi sepasang kekasih. Ternyata lisa menghindar dariku karena dia benar-benar ingin berpikir, antara menerima ku atau tidak. Dan jawabannya adalah dia memberikan nomer perdana itu kepadaku.  Aku tidak menyangka lisa ternyata menerima cintaku.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun