Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis yang Duduk di Kursi Paling Depan (3)

12 November 2017   23:15 Diperbarui: 12 November 2017   23:43 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tetapi tentu dalam hatiku tak bisa menyembunyikan bahwa aku benar-benar mencintai dan menyayangi lisa dikala itu. 2 minggu sudah aku dekat dengan lisa, dan rasanya seperti ada rasa yang ingin kusampaikan kepada lisa. Karena selama 2 minggu belakangan ini aku sepertinya jatuh cinta dengan wanita itu.

Sebagai laki-laki yang kurang berbakat dalam percintaan, aku berusaha mengumpulkan keberanian untuk berkata langsung kepada lisa. Tetapi keberanian itu rasanya tak kunjung terkumpul dan menguat. Karena sepertinya aku memang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan kepadanya bahwa aku benar-benar mencintainya. Dan ingin memjadikannya sebagai kekasihku.

Perlu waktu beberapa hari untuk mengumpulkan segenap keberanian itu, hingga pada akhirnya aku menemui Novi dan Ria, yang merupakan teman Lisa yang juga kenal baik denganku. Novi dan Ria merasa kaget dan gembira, karena mereka sangat senang jika seandainya aku dan lisa menjadi sepasang kekasih. Mereka berpendapat aku dan lisa adalah teman baik mereka, jadi jika aku dan lisa jadian alias menjadi sepasang kekasih, mereka tentu akan sangat senang.

Mereka menyarankan kepadaku, jika tidak berani secara langsung aku bisa menungkapkan perasaanku kepada lisa melalui telepon atau sms. Saran mereka aku pertimbangkan, dan kembali mereka menyarankan untuk aku yakin bahwa lisa juga menyukaiku.

Meskipun aku tau lisa sudah memberikan lampu Hijau kepadaku, aku masih tidak yakin lisa akan menerima jika aku mengungkapkan perasaan ku secara jujur. Karena aku merasa, mungkinkah aku bisa melunturkan kenangan mantan kekasihnya yang selalu ia kenang. Tetapi aku tetap ingin mengungkapkannya kepadanya, karena apapun itu baik diterima maupun tidak. Setidaknya aku sudah mengungkapkan perasaan ku.

Setelah keberanian berhasil aku kumpulkan dalam dirimu, aku mencoba menelpon Lisa, tetapi ketika nada tunggu pada hapeku mulai terdengar. Lagi-lagi keberanian tersebut meluntur. Pada akhirnya aku hanya berani mengungkapkan perasaanku melalui sms, karena hanya melalui sms lah aku berani mengungkapkan perasaan ku yang sesungguhnya pada lisa.

Setelah aku mengatakan yang sesungguhya melalui sms yang kukirim kepada lisa, hanya ada jawaban singkat dari lisa. Yaitu dia membutuhkan waktu beberapa hari untuk berpikir. Dengan jawaban singkat itu, aku sejenak terdiam seraya berkata dalam hati. Apakah itu cara lisa untuk menolakku secara halus? Atau mungkin aku yang terlalu cepat mengungkapkan perasaan ku padanya? Atau mungkin juga dia hanya ingin menjadi sebatas teman dengan ku?

Aah sudahlah (Pikirku dalam hati) yang penting aku sudah mengungkapkan semua perasaanku padanya. Mau diterima atau engga yang penting aku sudah berusaha, toh juga aku tetap bisa menjadi temannya meskipun dia tidak menerimaku menjadi kekasihnya.

Tetapi ada yang ganjil, selama dua hari belakangan ini lisa tidak pernah lagi menghubungiku, apalagi ketika di kampus aku jarang melihatnya. Mungkinkah lisa menghindar dariku karena kelancanganku yang menyatakan cinta kepadanya?

Jika memang benar seperti itu, berarti benar. Aku telah lancang terhadapnya karena mungkin saja selama ini dia hanya ingin menjadi teman saja denganku, tidak lebih. Itu berarti aku telah benar-benar lancang.

Keesokan harinya lisa tiba-tiba mengirim sms kepadaku, ia ingin bertemu denganku di depan kampus. Dengan sedikit keheranan aku mengiyakan ajakannya. Kebetulan pada saat itu aku baru saja keluar kelas. Mungkinkah lisa mau membicarakan perihal sms-ku beberapa hari yang lalu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun