Kecerdikan Prabowo memilih Calon Wakil Presiden tentu akan menjadi penentu kemenangannya pada Pilpres 2019 mendatang. Sehingga tentu saja wacana siapa saja yang akan bersanding dengan Prabowo adalah isu yang sangat menarik. Apalagi bagi peta Politik Nasional pada Pilpres 2019 mendatang.
Wacana Prabowo-Yusril sepertinya terus menguat di berbagai media massa dan opini publik pada saat ini. Karena tentu hal yang sangat menarik ketika kedua tokoh yang selalu menjadi oposisi bagi rezim Jokowi ini dipersatukan. Yusril, seperti yang kita ketahui selalu konsisten membela HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Tampaknya tengah memanfaatkan simpati dari umat islam politik yang kecewa dengan rezim Jokowi. Yang dinilai sebagian kalangan Berjarak dengan umat muslim.
Suka atau tidak suka, pengaruh umat islam politik ini termasuk salah satu penentu kemenangan pilpres 2019 mendatang. Karena bukannya saya bermaksud SARA, di Amerika pun. Pengaruh pemilih ideologis (Memilih berdasarkan Ras, agama, maupun suku) masih terjadi. Yusril memiliki kelebihan di sini. Karena dengan adanya momentum keluarnya Perppu pembubaran ormas anti Pancasila yang secara langsung menyasar Ormas HTI. Bagaikan peluang bagi Yusril untuk menarik kelompok pemilih ideologis ini.
Apalagi Yusril memiliki kesamaan dengan Prabowo. Yaitu sama-sama merupakan tokoh tempat berkumpulnya masyarakat yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintahan Jokowi. Terutama Perppu ormas.
Sehingga dengan kesamaan tersebut. Tentu saja tidak berlebihan Pangi Syarwi Chaniago berpendapat kedua pasangan tersebut berpeluang memenangi Pilpres 2019. Yusril dengan manuvernya membela mati-matian HTI. Tentu saja akan memiliki basis kuat pada massa Pemilih Ideologis. Sedangkan Prabowo kuat di dua lini masa pendukung, yaitu pemilih Ideologis plus pemilih Nasionalis. Karena ideologi partai Gerindra yang beraliran Nasionalis. Prabowo tentu memiliki dobel segmentasi pemilih. Karena prabowo memiliki tempat tersendiri pada massa Nasionalis dan Religius.
Duet Kedua tokoh yang populer dan dekat dengan kalangan masyarakat yang tidak sejalan dengan pemerintahan Jokowi tersebut bisa saja menggerus elektabilitas jokowi. Apalagi dengan berbagai kebijakan Jokowi yang dinilai jauh dari kesan merakyat ala Jokowi pada Pilkada 2012 dan Pilpres 2014. Bisa menjadi senjata yang digunakan kedua tokoh tersebut untuk menggerus elektabilitas Jokowi kedepannya. Jika duet Prabowo-Yusril benar-benar terjadi.
Karena dari manuver politik keduanya selama ini terlihat jelas tak ada satupun yang mendukung apapun kebijakan dari Presiden Jokowi. Prabowo dan Yusril sepertinya ingin tetap menjadi oposisi yang selalu bersebrangan paham dengan pemerintahan Jokowi. Berbeda dengan SBY yang selama ini terlihat "Melunak: terhadap pemerintahan Jokowi. Menginggat manuver SBY berkunjung ke istana pada acara perayaan hari kemerdekaan Indonesia ke-72 beberapa waktu lalu. SBY dan AHY sepertinya tidak terlalu serius pada Pilpres 2019. Karena dengan pernyataan AHY tentang Kemajuan Indonesia pada tahun 2045 Seakan memberikan sinyal. AHY akan bertanding secara serius pada Pilpres 2024. Tentunya setelah Jokowi memimpin dua periode jika terpilih kembali.
Berbeda dengan Prabowo dan Yusril. Sepertinya kedua tokoh ini bersungguh-sungguh ingin menatap Pilpres 2019 secara serius. Yaitu dengan menarik simpati dari pemilih idelogis dan pemilih yang anti terhadap presiden Jokowi. Duet tersebut bisa saja menjadi ancaman besar terhadap Presiden Jokowi. Karena dengan kekuatan Pemilih ideologis, ditambah Prabowo yang memiliki dobel segmentasi pemilih. Tentu saja akan menjadi lawan yang bisa memudarkan elektabilitas Jokowi kedepannya.
Apapun itu, Pilpres 2019 merupakan pertarungan terakhir bagi Prabowo. Mungkin Prabowo sedang mempertimbangkan mencari pendamping yang bukan saja populer, akan tetapi bisa menjadi pendongkrak elektabilitasnya ke depan. Karena seperti yang kita ketahui, seorang militer tempur seperti Prabowo. Pasti memiliki strategi matang dalam mencari berbagai peluang dan kesempatan. Anies dan Ahok adalah kedua tokoh nasional yang ia besarkan dengan strateginya. Sehingga kalaupun kalah pada pilpres 2019, bisa saja Prabowo akan mendorong Anies Baswedan sebagai calon Presiden pada pilpres 2024 mendatang. Dan tentu saja mungkin akan menjadi lawan berat AHY ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H