Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilema Indonesia, Antara "Menekan" Myanmar dan Hubungan Diplomatik

4 September 2017   16:09 Diperbarui: 4 September 2017   17:16 5102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan tentu saja Indonesia memiliki sumber daya yang jauh lebih dari cukup, untuk memberikan penekanan pada Myanmar. Dan saya yakin Myanmar pun pasti akan takut dengan tekanan Indonesia. Apalagi dengan populasi yang mayoritas muslim yang selalu menjadi identitas negara Indonesia. Dapat menjadi alasan ketika Myanmar mengatakan "Jangan campuri urusan negara kami". Alasan tersebut adalah solidaritas sesama Muslim.

Bukan bermaksud SARA. Akan tetapi dengan cara pendekatan ideologis tersebutlah dapat menjadi senjata Indonesia untuk menekan Myanmar. Karena merasa memiliki persamaan Ideologis antara Muslim Rohingya dan masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam. Tentu saja Indonesia memiliki daya tawar cukup kuat untuk menekan myanmar.

Akan tetapi, ada rasa dilema dan ketakutan akan hubungan diplomatik antara Indonesia-Myanmar yang telah terjalin selama ini. Ditambah lagi Indonesia pernah menjadi salah satu negara penengah dalam perseteruan antara Kelompok Demokratis Aung San Suu Kyi, dengan kelompok Junta Militer Myanmar.

Sehingga tentu saja Indonesia seperti takut kehilangan hubungan Diplomatik dengan negara Myanmar. Apalagi Indonesia adalah salah satu negara yang mengakui keberadaan Junta Militer Myanmar. Menginggat masih ada beberapa negara Eropa yang menjunjung tinggi Demokrasi. Yang hingga saat ini tidak mengakui keberadaan pemerintahan Junta Militer Myanmar. Bahkan mereka masih memanggil Myanmar dengan sebutan "Burma". Karena merasa nama Myanmar adalah nama hasil ciptaan Junta Militer.

Sikap Indonesia yang lebih memilih Soft Diplomasi, atau langkah Lunak dalam mendorong Myanmar mengakhiri Konflik yang diskriminatif tersebut. Seakan membuat Myanmar merasa tidak bersalah. Dan tentu saja akan melakukan pembenaran akan mobilisasi kekuatan pasukan pemerintah untuk menekan etnis Rohingya. Dengan alasan memerangi militan Rohingya yang dianggap ekstrimis dan teroris.

Padahal selain merupakan negara Mayoritas muslim. Indonesia juga bisa menjadi contoh bagi negara Myanmar dalam hal toleransi dan kebhinekaan. Dimana Umat Mayoritas dan Minoritas bisa saling hidup berdampingan tanpa adanya konflik yang berarti.

Kekuatan diplomasi Indonesia khususnya untuk kawasan Asia Tenggara sudah tidak diragukan lagi. Harus kah dengan kekuatan yang besar dalam kawasan Asia tenggara tersebut Indonesia masih harus memilih jalan lunak terhadap Myanmar. Dan seakan-akan Indonesia merasa Dilema dipersimpangan Jalan yang harus memilih antara Hubungan diplomatik dengan Myanmar. Atau tragedi kemanusiaan yang menimpa Minoritas Muslim Rohingya pada saat ini.

Seharusnya pemerintah Indonesia menyadari betapa besarnya pengaruh Indonesia terhadap negara Myanmar. Karena jika Indonesia melakukan penekanan yang lebih keras terhadap Myanmar. Pastinya Indonesia bisa menjadi negara penengah Konflik yang terjadi antara dua kelompok yang bersebrangan meskipun berada dalam satu negara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun