Mohon tunggu...
Dendinar
Dendinar Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis yang hobi nulis.

Aktivis , Penulis dan Perasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda dalam Wacana Patriotisme Progresif

24 Februari 2019   14:12 Diperbarui: 24 Februari 2019   14:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata "Pemuda" dalam bahasa Persia adalah berarti segala sesuatu yang belum banyak berlalu umurnya. Adapun dalam kamus bahasa arab ada dua kata yang banyak digunakan untuk pemuda, yaitu kata fata dan syabab.

Poin penting yang perlu di perhatikan adalah bahwa masa muda tidak dapat ditentukan secara pasti kapan dimulai dan kapan berakhir. Berkenaan dengan hal ini dikatakan, "Dari sisipandangan hukum hanya ada dua masa kehidupan yang dikenal secara resmi masa kanak kanan dan masa dewasa. Disini, masa remaja dan masa muda tidak dikenal. Karena itu, tidak dapat idak dapat dikemukakan secara pasti definisi tentang remaja dan pemuda.

"Istilah pemuda mempunyai berbagai arti yang berbeda. Sebagai contoh perbedaan itu dapat dilihat dalam laporan ini. Pada bagian pertama dari laporan ini disebutkan bahwa yang disebut pemuda adalah manusia yang berada rentang usia 15 sampai 24 tahun. Pembagian ini dengan tujuan untuk memudahkan perbandingan. Karena kelompok manusia yang berada dalam rentang waktu usia ini adalah kelompok yang paling banyak diketahui.

Namun pada dasarnya pemuda memiliki arti yang luas. Pemuda bukan hanya dikatakan seseorang yang diukur dari rentang umur 15 sampai 29 namun lebih jauh dari itu, pemuda adalah suata pandangan terhadap kehidupan yang selalu bergerak dengan tumbuh dari ide-ide yang realistis dan juga berani dalam mengambil berbagai macam resiko untuk mencapai tujuannya.

Dalam Islam, Al-Qur'an telah mengabadikan kisah pemuda yaitu nabi Ibrahim As. yang berani melawan status quo untuk memperbaiki tatanan sistem masyarakat yang telah rusak. Kisah Ash-Habul Khafi (para pemuda penghuni gua) yang menceritakan peran pemuda dalam merubah kondisi suatu bangsa yang tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa. Dan masih banyak lagi tercatat dalam Islam pemuda-pemuda yang telah menorehkan tinta emas dalam panggung sejarah.

Allah Swt telah memilih para nabi dari kalangan pemuda. Nabi terakhir yaitu nabi Muhammad Saw memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pemuda agar bias enarik kalangan pemuda kedalam agama Islam. Karena itu pada awal bi'tsah (diangkat sebagai  nabi dan rasul) mayoritas pengikutnya adalah pemuda. Utusan pertama rasul dalam bidang budaya dan politik adalah Mush'ab Bin Umair, seorang pemuda yang masih belia. Dan setelah penaklukan Mekah gubernur  Mekah Pertama adalah Attab bin Usaid yang pada saat itu berusia 21 tahun.

Peran pemuda dalam perjalan kenabian Muhammad Saw dalam menyebarkan agama islam selalu yang terdepan. Hal itu dapat dibuktikan bahwa Ali bin Abi Thalib yang kala itu salah satu Assabiqunal Awwalun pada saat itu ia masih berusia 10 tahun. Ali adalah sepupu Rasul sekaligus sahabat yang paling setia menemani kemanapun perjalanan dalam menyebarkan agama islam dalam keadaan apapun ia selalu menemani rasul, bahkan perannya sangat besar ketika rasul akan hijrah dari mekah ke madinah, yang pada saat itu ia sampai mengorbankan keselamatan dirinya guna melindungi rasul dengan menyamar tidur dikamar rasul sedangkan rasul melakukan perjalanan hijrah.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, pemuda selalu ambil bagian. Kaum intelektual ini tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap Republik ini. Jika dikatakan ada 3 tahap dalam sejarah perjuangan bangsa ini (prakemerdekaan, proklamasi, paskaproklamasi), maka pemuda selalu ikut. Pertama pada masa prakemerdekaan, ketika teman-teman pemuda dari berbagai suku dan daerah berkumpul dan berikrar maka munculah sumpah pemuda pada tgl 28 oktober 1928.

Masa Penjajahan Belanda

Murid-murid STOVIA mencoba memulai gerakan dengan mendirikan Trikoro Dharmo di tahun 1915. Gerakkannya dalam konsep pemuda, dan juga belum memiliki konsep nasionalisme yang jelas (kedaerahan) atau tujuannya: Djawa Raya. Dalam hal ini jelas bahwa walaupun konsep tentang nasionalisme ataupun keadilan sosial sudah bisa masuk ke tanah jajahan Hindia Belanda, namun pada konteks jamannya semua idealisme konsep-konsep tersebut belum bisa dirumuskan dan terwujud sebagai artikulator problem-problem konkrit masyarakat pada waktu itu ; Kolonialisme, kapitalisme dan sisa-sisa feodalisme. Dan yang lebih parah: belum bisa menggerakkan massanya sesuai dengan artikulasinya tersebut.

Masa Penjajahan Jepang

Semua organisasi pemuda yang ada di bubarkan, dan pemuda di masukkan kedalam, yang utama Seinendan-Keibondan (Barisan Pelopor) dan Pembela Tanah Air (PETA) untuk dididik politik dan kegiatan-kegiatan menunjang fasisme: latihan militer untuk membela kepentingan ekonomi-politik Asia Timur Raya

Masa Kemerdekaan 1945-1950

Suatu momentum yang tidak disia-siakan oleh gerakan pemuda dan pelajar: selain mereka melucuti senjata Jepang, juga memunculkan kembali organisasi-organisasi mereka, misalnya Angkatan Pemoeda Indonesia (API), Pemuda Repoeblik Indonesia (PRI), Gerakan Pemoeda Repoeblik Indonesia (GERPRI), Ikatan peladjar Indonesia (IPI), Pemoeda Poetri Indonesia (PPI dan lain-lainnya).

Pada masa paskakemerdekaan, pemuda juga masih terus memperjuangkan hak-hak kaum mustadh'afin. Beberapa peristiwa besar yang melibatkan pemuda antara lain periode 1966, 1974, 1978, 1998, dan 2001.

Berbincang tentang pemuda dan perubahan tentu saja tak bisa dilepaskan dari peran serta kaum Intelektual Organik. Menurut Antonio Gramsci, intelektual organik adalah mereka yang mampu merasakan emosi, semangat dan apa yang dirasakan kaum buruh, memihak kepada mereka, dan mengungkapkan apa yang dialaminya dan kecenderungan-kecenderungan objektif masyarakat. Bagi Gramsci, intelektual organik adalah para intelektual yang tidak sekedar menjelaskan kehidupan sosial dari luar berdasarkan kaidah-kaidah saintifik, tapi juga memakai bahasa kebudayaan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman real yang tidak bisa diekspresikan oleh masyarakat sendiri.

Dapat kita simpulkan bahwa peran pemuda dari masa ke masa sangatlah penting baik dalam perkembangan ajaran islam maupun dalam perjuangan bangsa Indonesia. akan tetapi di zaman milenial ini pemuda seakan sibuk dengan urusan-urusan pribadi dibandingkan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan agama. Mereka lebih tertarik dengan hal-hal yang sifatnya eksistensialisme dibandingkan dengan pengabdian yang berbasis kemasyarakatan. Sehingga pemuda yang seharusnya menjadi pelopor dari perubahan kearah yang lebih baik namun karena misi pribadi masing-masing gerakan pemuda seakan terparsialkan dan mudah untuk di pecah belah.

Maka dari itu kita selaku pemuda zaman now harus kembali merefleksikan perjuangan-perjuangan pendahulu kita agar kita mampu mendefinisikan zaman kita sendiri tanpa di definisikan oleh orang lain. Kita harus bersatu dalam sebuah gerakan yang massif demi mencapai kepentingan bersama bukan menunjukan ego masing-masing agar ketika Indonesia mendapat bonus demografi pada tahun 2045 peran pemuda lah yang harus membuat Indonesia Berjaya di tanah sendiri dan Berjaya di seluruh dunia. Namun dalam melampaui masa lalu pemuda memerlukan konsepsi patriotisme yang lebih progresif. Patriotisme yang tidak Cuma bersandar apa yang bisa dilawan, tetapi juga apa yang bisa ditawarkan. Proyek historisnya bukan hanya mempertahankan melainkan memperbaiki keadaan negeri untuk menyelamatkan bangsa dari kubangan krisis, patriotisme progresif dituntut menghadirkan kemandirian bangsa tanpa terperosok dari kepicikan xenophobia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun