Mohon tunggu...
Dendinar
Dendinar Mohon Tunggu... Penulis - Aktivis yang hobi nulis.

Aktivis , Penulis dan Perasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda dalam Wacana Patriotisme Progresif

24 Februari 2019   14:12 Diperbarui: 24 Februari 2019   14:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua organisasi pemuda yang ada di bubarkan, dan pemuda di masukkan kedalam, yang utama Seinendan-Keibondan (Barisan Pelopor) dan Pembela Tanah Air (PETA) untuk dididik politik dan kegiatan-kegiatan menunjang fasisme: latihan militer untuk membela kepentingan ekonomi-politik Asia Timur Raya

Masa Kemerdekaan 1945-1950

Suatu momentum yang tidak disia-siakan oleh gerakan pemuda dan pelajar: selain mereka melucuti senjata Jepang, juga memunculkan kembali organisasi-organisasi mereka, misalnya Angkatan Pemoeda Indonesia (API), Pemuda Repoeblik Indonesia (PRI), Gerakan Pemoeda Repoeblik Indonesia (GERPRI), Ikatan peladjar Indonesia (IPI), Pemoeda Poetri Indonesia (PPI dan lain-lainnya).

Pada masa paskakemerdekaan, pemuda juga masih terus memperjuangkan hak-hak kaum mustadh'afin. Beberapa peristiwa besar yang melibatkan pemuda antara lain periode 1966, 1974, 1978, 1998, dan 2001.

Berbincang tentang pemuda dan perubahan tentu saja tak bisa dilepaskan dari peran serta kaum Intelektual Organik. Menurut Antonio Gramsci, intelektual organik adalah mereka yang mampu merasakan emosi, semangat dan apa yang dirasakan kaum buruh, memihak kepada mereka, dan mengungkapkan apa yang dialaminya dan kecenderungan-kecenderungan objektif masyarakat. Bagi Gramsci, intelektual organik adalah para intelektual yang tidak sekedar menjelaskan kehidupan sosial dari luar berdasarkan kaidah-kaidah saintifik, tapi juga memakai bahasa kebudayaan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalaman real yang tidak bisa diekspresikan oleh masyarakat sendiri.

Dapat kita simpulkan bahwa peran pemuda dari masa ke masa sangatlah penting baik dalam perkembangan ajaran islam maupun dalam perjuangan bangsa Indonesia. akan tetapi di zaman milenial ini pemuda seakan sibuk dengan urusan-urusan pribadi dibandingkan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan agama. Mereka lebih tertarik dengan hal-hal yang sifatnya eksistensialisme dibandingkan dengan pengabdian yang berbasis kemasyarakatan. Sehingga pemuda yang seharusnya menjadi pelopor dari perubahan kearah yang lebih baik namun karena misi pribadi masing-masing gerakan pemuda seakan terparsialkan dan mudah untuk di pecah belah.

Maka dari itu kita selaku pemuda zaman now harus kembali merefleksikan perjuangan-perjuangan pendahulu kita agar kita mampu mendefinisikan zaman kita sendiri tanpa di definisikan oleh orang lain. Kita harus bersatu dalam sebuah gerakan yang massif demi mencapai kepentingan bersama bukan menunjukan ego masing-masing agar ketika Indonesia mendapat bonus demografi pada tahun 2045 peran pemuda lah yang harus membuat Indonesia Berjaya di tanah sendiri dan Berjaya di seluruh dunia. Namun dalam melampaui masa lalu pemuda memerlukan konsepsi patriotisme yang lebih progresif. Patriotisme yang tidak Cuma bersandar apa yang bisa dilawan, tetapi juga apa yang bisa ditawarkan. Proyek historisnya bukan hanya mempertahankan melainkan memperbaiki keadaan negeri untuk menyelamatkan bangsa dari kubangan krisis, patriotisme progresif dituntut menghadirkan kemandirian bangsa tanpa terperosok dari kepicikan xenophobia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun