Sebagai seorang guru disalah satu Sekolah Menengah Pertama saya sering menemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar khususnya dalam hal membaca. Salah satu gangguan pembelajaran yang kerap saya jumpai adalah disleksia. Untuk itu penulis mencoba berbagi agar guru dan orang tua dapat memahami apa itu disleksia dan beberapa kesulitan yang dihadapi anak disleksia dalam membaca.Â
Disleksia adalah gangguan baca tulis yang dialami oleh sekitar 5-10% anak usia sekolah. Disleksia bukan karena ketidakmampuan intelektual atau minimnya perhatian. Anak-anak dengan disleksia justru memiliki kemampuan kognitif yang normal atau di atas rata-rata. meskipin demikian, anak-anak disleksia mengalami kesulitan dalam mempelajari dan mengingat huruf serta kata. Mereka sering membalik huruf seperti a-d, p-q, atau m-w. Anak disleksia juga kesulitan membedakan huruf yang bentuknya mirip seperti p-b, d-p, m-n. Akibatnya, anak disleksia mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami teks tulis. Mereka sering melakukan kesalahan membaca kata secara sistematis. Beberapa kesulitan membaca yang dialami anak disleksia usia 7-12 tahun antara lain :
1. Â Kesulitan membaca kata yang panjang
Anak disleksia sering bingung saat membaca kata yang terdiri dari banyak suku kata. Mereka tidak mampu mengingat urutan huruf dalam kata panjang seperti "dinosaurus" , " televisi", atau " keseimbangan". Akibatnya, mereka membuat kesalahan membaca kata tersebut. Misalnya, kata "dinosaurus" dibaca menjadi daunisaurus".
2. Membalik urutan huruf dalam kata
Ciri khas anak disleksia adalah sering membalik urutan huruf saat membaca. Misalnya, kata "kuda" dibaca "duka", kata "sepeda" dibaca "pesepeda". Kesalahan ini disebut metatesis.
3. Tidak bisa membedakan kata yang mirip
Anak disleksia kesulitan membedakan yang bunyinya hampir sama seperti "raja-aja", "tari-rati", atau "bantal-mantal". mereka mudah bingung saat menemukan kata yang mirip, lalu melakukan kesalahan membaca.
4. Menghilangkan suku kata dalam kata
Beberapa anak disleksia terkadang menghilangkan satu suku kata saat membaca kata panjang. Misalnya kata "bermain" dibaca menjadi"main", kata "sepeda" menjadi "peda". ini terjadi karena mereka kurang teliti dan terburu-buru saat membaca.
5. Menambah suku kata yang tidak ada
Sebaliknya, beberapa anak justru menambah suku kata pada sebuah kata saat kata membaca. Misalnya kata "main" ditambah suku kata menjadi "memain". Kata "batu" ditambah awalan "ke" menjadi"kebatu".
6. Sulit membedakan huruf yang bentuknya mirip
Huruf b dan d, p dan q, atau m dan n memiliki bentuk yaang hampir sama. Anak disleksia mudah bingung membedakan huruf-huruf tersebut saat membaca. Misalnya, kata "badut" dibaca "dadut" karena b dan d tertukar.
7. Tidak lancar membaca teks
Akan disleksia membaca dengan terputus-putus dan tidak pernah lancar. Mereka sering berhenti ditengah kalimat atau berpikir. Kecepatan membaca anak disleksia juga lebih lambat dibandingkan anak-anak seusianya.
8. Kesulitan memahami bacaan
Akibat kesulitan membaca di atas, anak disleksia mengalami masalah dalam memahami makna keseluruhan teks tulis. Mereka juga mudah lupa isi bacaan karena terlalu fokus pada kesulitan membaca kata per kata.
9. Membeci aktifitas membaca
Banyak anak disleksia yang menghindari membaca karena dianggap sebagai aktivitas yang membosankan dan melelahkan. Mereka enggan membaca bukupelajaran maupun buku cerita karena frustasi dengan kesulitan yang dialami.
10. Rendah diri dan putus asa
Kesulitan membaca yang berlarut dapat memicu perasaan rendah diri dan putus asa pada anak disleksia. Mereka merasa bodoh dan malu karena tidak mampu membaca lancar seperti teman-temannya. Padahal sebenarnya mereka tidak bodoh, hanya mengalami fungsi otak dalam memproses bahasa tulis.
Itulah 10 kesulitan membaca yang sering dialami anak disleksia usia 7-12 tahun. Untuk mengatasinya dibutuhkan terapi membaca khusus dari guru atau psikolog yang sudah terlatih menangani anak berkesulitan belajar. Metode pembelajaran membaca untuk anak disleksia berbeda dengan anak normal. Orang tua juga perlu ekstra sabar dalam memberikan motivasi agar anak tidak putus asa. Dengan upaya komprehensif dari berbagai pihak, anak disleksia akan dapat mengatasi masalah membacanya. Kita semua diharapkan dapat mengenali lebih awal anak yang mengalami disleksia. semoga artikel ini dapat membatu dalam hal tersebut.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H