Mohon tunggu...
Dendi Pribadi Pratama
Dendi Pribadi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Saya adalah seorang pengamat politik dan penikmat produk pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Israel Serangan Sekolah Pengungsi di Tabeen, Gaza saat Shalat Subuh, 100 Orang Tewas!!!

14 Agustus 2024   08:54 Diperbarui: 14 Agustus 2024   09:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Dendi Pribadi P, Mahasiswa Administrasi Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Serangan Israel tersebut dilancarkan pada Sabtu (10/8/2024) saat para pengungsi sedang melangsungkan salat Subuh, mengutip dari Reuters pada (11/8/2024) pukul 05:21 GMT+7 (sama dengan WIB). Kerusakan terjadi di sekitar kompleks sekolah Tabeen, Kota Gaza, yang telah menjadi tempat penampungan bagi sekitar 350 keluarga Palestina.

Melalui platform X, Juru Bicara Internasional Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letkol Nadav Shoshani menyatakan tanpa memberikan bukti, kalau komplek termasuk masjid yang diserang merupakan fasilitas militer Hamas dan organisasi Islamic Jihad yang aktif.

Palestina menganggap Amerika Serikat bertanggung jawab atas penyerangan ini akibat dukungan finansial, militer, dan politik bagi Israel. Serangan ini pun telah telah mendapat kecaman dari beberapa negara seperti Arab, Turki, dan Inggris.

Menurut laporan dari kantor media pemerintah Gaza yang dikelola oleh Hamas, serangan Israel menargetkan pusat komando dan kontrol yang digunakan sebagai tempat persembunyian bagi pejuang Hamas. Namun, serangan ini tidak hanya menimpa objek militer, melainkan juga menelan korban sipil yang tidak terduga.

Lebih dari 100 orang Palestina tewas dalam serangan ini, sementara puluhan lainnya menderita luka-luka. Serangan ini telah memicu kecemasan dan kemarahan di seluruh dunia, dengan banyak negara mengutuk tindakan Israel.

Sekretaris Jenderal PBB juga mengutuk serangan ini, menyoroti kehilangan nyawa yang tidak perlu, termasuk wanita dan anak-anak. PBB telah menekankan pentingnya menjaga keamanan sipil dan menghindari kerusakan pada infrastruktur sipil.

Serangan terjadi tepat ketika para pengungsi yang berlindung di sekolah tersebut sedang melaksanakan shalat subuh. Sekolah tersebut, yang dikelola oleh United Nations Relief and Works Agency (UNRWA), telah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan warga sipil yang mengungsi akibat konflik yang berlangsung selama berminggu-minggu antara Israel dan kelompok militan di Gaza.

"Ini adalah tindakan kejam yang tidak bisa diterima," ujar seorang saksi mata yang selamat dari serangan tersebut. "Kami sedang berdoa ketika tiba-tiba suara ledakan menghancurkan bangunan di sekitar kami. Teriakan dan tangisan orang-orang memenuhi udara, itu adalah pemandangan yang mengerikan."

Serangan ini merupakan bagian dari konflik yang telah berlangsung lama antara Israel dan Hamas, dengan kedua belah pihak saling menuduh melakukan tindakan agresi. Namun, serangan terhadap sekolah pengungsi telah menimbulkan kebencian dan solidaritas di kalangan masyarakat internasional.

Insiden ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pemimpin dunia dan organisasi internasional. Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres, dalam pernyataannya, mengecam serangan tersebut dan menyerukan segera diakhirinya kekerasan di wilayah tersebut. "Serangan terhadap warga sipil, terutama terhadap tempat-tempat perlindungan yang seharusnya aman, tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Semua pihak harus menahan diri dan mencari jalan damai untuk menyelesaikan konflik ini."

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, juga mengutuk keras serangan ini dan menyebutnya sebagai kejahatan perang yang harus segera diselidiki oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC). "Israel harus bertanggung jawab atas serangan ini. Kami akan membawa kasus ini ke hadapan komunitas internasional untuk mendapatkan keadilan bagi para korban."

Dalam pernyataan resmi, kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa serangan Israel menunjukkan ketidakpedulian terhadap kehidupan manusia dan hak-hak asasi sipil. Mereka menekankan bahwa sekolah tersebut bukanlah target militer, melainkan tempat perlindungan bagi warga sipil yang tidak berdaya.

Serangan ini juga telah meningkatkan tekanan internasional untuk menyelesaikan konflik Gaza dan menjaga keamanan sipil. Negara-negara dunia telah dipanggil untuk mengambil tindakan yang lebih tegas untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memastikan keamanan bagi warga sipil.

Dengan meningkatnya tekanan internasional, komunitas global kini dihadapkan pada tantangan besar untuk meredakan ketegangan di Gaza. Respons Amerika Serikat terhadap tuduhan Palestina dan kecaman dari sekutu-sekutu internasionalnya akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah kebijakan berikutnya dan upaya menuju perdamaian yang berkelanjutan. Sementara itu, warga Gaza terus hidup di bawah bayang-bayang kekerasan yang seakan tak berujung, berharap dunia akan mendengar jeritan mereka dan bertindak untuk menghentikan penderitaan yang mereka alami.

Respons Israel

Pihak Israel, melalui juru bicaranya, menyatakan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari operasi militer untuk menargetkan anggota militan yang bersembunyi di kawasan tersebut. "Kami telah memberikan peringatan kepada warga sipil untuk mengungsi dari daerah-daerah yang mungkin menjadi target serangan. Namun, kami sangat menyesali adanya korban sipil dalam operasi ini," kata juru bicara militer Israel.

Namun, pernyataan ini tidak banyak meredakan kemarahan internasional. Banyak pihak yang menilai bahwa serangan terhadap sekolah pengungsi adalah tindakan yang tidak proporsional dan melanggar hukum humaniter internasional.

Situasi di Gaza

Sejak eskalasi kekerasan terbaru di Gaza, ribuan warga sipil telah menjadi korban dan ratusan ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka. Fasilitas kesehatan di Gaza juga kewalahan menghadapi banyaknya korban yang membutuhkan perawatan, sementara pasokan medis semakin menipis.

Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan akses terbatas ke air bersih, makanan, dan obat-obatan. Seruan untuk gencatan senjata terus bergema, tetapi prospek perdamaian tampak semakin jauh di tengah situasi yang semakin memburuk.

Serangan terhadap sekolah pengungsi di Tabeen ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan di Gaza. Dunia internasional kini menghadapi tantangan besar untuk mengakhiri kekerasan dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang diadili. Sementara itu, warga Gaza terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah situasi yang semakin memburuk.

Upaya Bantuan Kemanusiaan Terhambat

Seiring dengan memburuknya situasi di Gaza, organisasi kemanusiaan internasional berupaya keras untuk memberikan bantuan kepada warga sipil yang terkena dampak. Namun, upaya tersebut menghadapi banyak hambatan, termasuk blokade ketat yang diberlakukan oleh Israel di perbatasan Gaza. Blokade ini membatasi akses masuk untuk pasokan penting seperti makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan.

"Kami mengalami kesulitan luar biasa untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. Kondisi di lapangan sangat sulit, dengan serangan udara yang terus berlanjut dan akses yang terbatas," kata seorang pejabat dari Palang Merah Internasional. "Kami menyerukan kepada semua pihak untuk memfasilitasi akses kemanusiaan dan memastikan bahwa warga sipil mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan."

Selain itu, fasilitas kesehatan di Gaza yang sudah kekurangan sumber daya kini berada di ambang kehancuran. Banyak rumah sakit dan klinik yang hancur atau rusak akibat serangan, sementara yang masih beroperasi dipenuhi dengan korban luka-luka yang terus bertambah setiap hari. Tenaga medis bekerja tanpa henti, sering kali dalam kondisi yang sangat tidak aman dan tanpa perlengkapan yang memadai.

Panggilan untuk Penyelesaian Diplomatik

Konflik di Gaza telah memicu seruan dari berbagai negara dan organisasi internasional untuk mencari solusi diplomatik yang dapat menghentikan kekerasan dan mengakhiri penderitaan warga sipil. Amerika Serikat, melalui Departemen Luar Negeri, menyatakan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan sekutu-sekutu di Timur Tengah untuk mendorong gencatan senjata segera.

"Keselamatan warga sipil harus menjadi prioritas utama. Kami menyerukan semua pihak untuk segera mengakhiri permusuhan dan kembali ke meja perundingan," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Sementara itu, Uni Eropa juga mendesak diadakannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas krisis ini. Beberapa negara anggota Uni Eropa telah menyerukan sanksi terhadap Israel jika serangan terhadap warga sipil terus berlanjut.

Krisis Pengungsi dan Trauma Berkepanjangan

Serangan ini telah memicu gelombang baru pengungsi internal di Gaza, dengan ribuan orang melarikan diri dari rumah mereka untuk mencari perlindungan di tempat-tempat yang dianggap lebih aman, meskipun keamanan tersebut sering kali bersifat sementara. Banyak dari mereka yang kini tinggal di tenda-tenda darurat dengan akses terbatas ke layanan dasar.

Anak-anak, yang merupakan sebagian besar dari populasi pengungsi, menghadapi trauma yang mendalam akibat kekerasan yang mereka saksikan dan alami. Menurut organisasi Save the Children, banyak anak di Gaza yang menunjukkan tanda-tanda gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan kebutuhan akan dukungan psikososial sangat mendesak.

"Anak-anak di Gaza telah hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian selama bertahun-tahun. Serangan seperti ini hanya memperburuk trauma yang sudah ada dan akan memiliki dampak jangka panjang pada generasi mendatang," kata perwakilan Save the Children di Gaza.

Tragedi yang terjadi di Tabeen, Gaza, adalah pengingat yang menyakitkan tentang dampak brutal dari konflik yang tak kunjung usai. Dunia internasional dihadapkan pada tugas mendesak untuk menengahi perdamaian dan memberikan bantuan yang diperlukan bagi mereka yang paling menderita. Namun, dengan eskalasi kekerasan yang terus berlanjut, harapan untuk gencatan senjata dan penyelesaian damai tampak semakin suram.

Dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan kesedihan ini, kebutuhan akan solusi yang adil dan berkelanjutan semakin mendesak. Hanya melalui dialog dan kerjasama internasional, kemungkinan untuk mengakhiri penderitaan warga Gaza dan mencapai perdamaian yang berkelanjutan dapat terwujud. Sementara itu, warga Gaza terus berjuang, bertahan hidup di tengah reruntuhan, dan berdoa untuk hari esok yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun