Mohon tunggu...
Dendi Pribadi Pratama
Dendi Pribadi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Saya adalah seorang pengamat politik dan penikmat produk pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jusuf Hamka Mundur dari Partai Golkar: Politik Terlalu Keras dan Kasar

12 Agustus 2024   19:36 Diperbarui: 12 Agustus 2024   19:37 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Dendi Pribadi P, Mahasiswa Administrasi Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Jusuf Hamka adalah seorang pengusaha dan tokoh masyarakat Indonesia yang dikenal luas, terutama dalam bidang infrastruktur dan filantropi. Ia merupakan salah satu sosok yang aktif dalam kegiatan sosial, termasuk mendirikan berbagai lembaga amal dan kegiatan bantuan kemanusiaan. Jusuf Hamka dikenal sebagai pendiri dan pengelola jalan tol, terutama Jalan Tol Wiyoto Wiyono di Jakarta, yang dikelola melalui perusahaannya, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.

Jusuf Hamka juga dikenal karena kontribusinya dalam berbagai proyek infrastruktur dan keterlibatannya dalam kegiatan sosial, termasuk memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu. Selain itu, Jusuf Hamka adalah seorang mualaf yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan sering terlibat dalam dialog lintas agama.

Di ranah politik, Jusuf Hamka pernah bergabung dengan Partai Golkar, namun ia lebih dikenal sebagai pengusaha dan dermawan daripada sebagai politisi. Keputusan Jusuf Hamka untuk mundur dari Partai Golkar baru-baru ini menyoroti sikapnya terhadap dinamika politik yang ia anggap terlalu keras dan kasar, yang menunjukkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip moral dan kemanusiaan.

Pada Senin, 12 Agustus 2024, Jusuf Hamka, yang dikenal dengan julukan "Bos Jalan Tol," yang juga seorang pengusaha, menyebut pengunduran dirinya karena politik terlalu keras dan kasar. Ia juga menyinggung mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Golkar pada 10 Agustus 2024 lalu.

"Tidak pantas dengan karakter saya, tidak pantas, dan saya lihat dengan Airlangga mundur. Ini satu momentum karena Airlangga mundur pasti ada satu alasan besar, yang kita enggak tahu. Akan tetapi, buat saya, ya, saya cukup tahu dan saya cukup mengerti, saya tidak ingin main kasar dan saya tidak ingin main keras," jelasnya, dikutip dari Antara, Minggu (11/8/2024).

Setelah mengundurkan diri, Jusuf menyebut tak akan menginjakkan kaki di dunia politik dalam waktu yang lama. Ia mengaku akan fokus dalam kerja sosial seperti memberi bantuan makanan pada rakyat miskin hingga membangun masjid di 38 provinsi.

"Saya akan bantu pemerintah untuk masalah penanganan sosial dan membantu pemerintah untuk masalah infrastruktur," ujarnya, Senin (12/8/2024).

Pengunduran diri Jusuf Hamka ini juga disebabkan oleh perasaan bahwa politik di partai terlalu keras dan kasar. "Saya tidak boleh berpolitik lagi oleh keluarga saya dan oleh guru-guru saya," tuturnya.

Dalam surat pengunduran diri yang diterima Tempo, Jusuf Hamka memutuskan untuk keluar secara penuh dari Partai Golkar sejak 11 Agustus 2024. Salinan surat tanda terima pengunduran diri itu juga telah diterima Hamka. Hamka meninggalkan kantor Golkar pada pukul 10.50.

Jusuf Hamka mengumumkan pengunduran dirinya dari kepengurusan Partai Golkar dengan alasan yang beragam. Berikut adalah beberapa alasan yang dia sebutkan:

  • Keluarga: Jusuf Hamka menyatakan bahwa keluarganya telah memberinya dorongan untuk tidak terlibat dalam politik. Ia mengatakan bahwa keluarganya telah mengatakan bahwa sudah waktunya untuk tidak berpolitik lagi.
  • Mau Punya Cucu: Jusuf Hamka juga menyebutkan bahwa ia akan segera memiliki cucu dan ingin lebih fokus pada keluarga daripada politik.
  • Istri: Istri Jusuf Hamka juga memberinya saran untuk menghabiskan masa tuanya dengan jalan-jalan dan bersenang-senang bersama keluarga.
  • Anak-Anak: Anak-anak Jusuf Hamka juga memberinya saran untuk fokus pada pembangunan masjid di seluruh provinsi, terutama di 38 provinsi.

Selain itu, Jusuf Hamka juga menilai bahwa Airlangga Hartarto, yang telah mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, sedang terzalimi. Ia takut bahwa ia sendiri juga akan mengalami hal yang sama jika terus terlibat dalam politik.

Reaksi Partai Golkar

Keputusan Jusuf Hamka untuk mundur dari Partai Golkar menimbulkan berbagai reaksi dari dalam partai. Beberapa kader partai menyayangkan keputusannya, mengingat kontribusi yang telah ia berikan selama ini. "Jusuf Hamka adalah sosok yang dihormati di Partai Golkar. Keputusan ini tentu menjadi kehilangan besar bagi kami," kata seorang anggota senior Golkar.

Namun, ada juga yang memahami alasan di balik keputusannya, mengakui bahwa dinamika politik saat ini memang semakin sulit diprediksi dan kadang-kadang melewati batas-batas yang seharusnya dijaga. "Kami menghormati keputusan beliau dan mendoakan yang terbaik untuk langkah selanjutnya. Politik memang tidak mudah, dan setiap orang berhak untuk memilih jalan yang menurutnya terbaik," ungkap salah satu petinggi partai.

Pengaruh Mundurnya Jusuf Hamka

Pengunduran diri Jusuf Hamka diperkirakan akan membawa dampak bagi Partai Golkar, terutama dalam hal dukungan dari kalangan pengusaha dan masyarakat luas. Sebagai sosok yang dikenal luas di berbagai kalangan, Jusuf Hamka memiliki jaringan yang kuat dan pengaruh yang signifikan, terutama dalam komunitas bisnis dan filantropi.

Di sisi lain, keputusannya ini juga dapat memicu refleksi internal di Partai Golkar mengenai dinamika politik yang sedang berlangsung. Bisa jadi, langkah Jusuf Hamka akan mendorong partai untuk lebih memperhatikan etika politik dan cara berinteraksi dengan publik dan sesama politisi.

Keputusan Jusuf Hamka untuk mundur dari Partai Golkar karena merasa politik saat ini terlalu keras dan kasar adalah cermin dari kegelisahan yang dirasakan oleh banyak orang di dunia politik. Langkah ini mengingatkan bahwa etika, moralitas, dan kemanusiaan harus tetap menjadi landasan dalam setiap aktivitas politik. Dengan mundurnya Jusuf Hamka, dunia politik Indonesia kehilangan salah satu tokoh yang dikenal berpegang teguh pada prinsip-prinsip tersebut, dan Partai Golkar kini menghadapi tantangan untuk menjaga stabilitas dan integritas internalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun