Jusuf Hamka mengumumkan pengunduran dirinya dari kepengurusan Partai Golkar dengan alasan yang beragam. Berikut adalah beberapa alasan yang dia sebutkan:
- Keluarga: Jusuf Hamka menyatakan bahwa keluarganya telah memberinya dorongan untuk tidak terlibat dalam politik. Ia mengatakan bahwa keluarganya telah mengatakan bahwa sudah waktunya untuk tidak berpolitik lagi.
- Mau Punya Cucu: Jusuf Hamka juga menyebutkan bahwa ia akan segera memiliki cucu dan ingin lebih fokus pada keluarga daripada politik.
- Istri: Istri Jusuf Hamka juga memberinya saran untuk menghabiskan masa tuanya dengan jalan-jalan dan bersenang-senang bersama keluarga.
- Anak-Anak: Anak-anak Jusuf Hamka juga memberinya saran untuk fokus pada pembangunan masjid di seluruh provinsi, terutama di 38 provinsi.
Selain itu, Jusuf Hamka juga menilai bahwa Airlangga Hartarto, yang telah mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, sedang terzalimi. Ia takut bahwa ia sendiri juga akan mengalami hal yang sama jika terus terlibat dalam politik.
Reaksi Partai Golkar
Keputusan Jusuf Hamka untuk mundur dari Partai Golkar menimbulkan berbagai reaksi dari dalam partai. Beberapa kader partai menyayangkan keputusannya, mengingat kontribusi yang telah ia berikan selama ini. "Jusuf Hamka adalah sosok yang dihormati di Partai Golkar. Keputusan ini tentu menjadi kehilangan besar bagi kami," kata seorang anggota senior Golkar.
Namun, ada juga yang memahami alasan di balik keputusannya, mengakui bahwa dinamika politik saat ini memang semakin sulit diprediksi dan kadang-kadang melewati batas-batas yang seharusnya dijaga. "Kami menghormati keputusan beliau dan mendoakan yang terbaik untuk langkah selanjutnya. Politik memang tidak mudah, dan setiap orang berhak untuk memilih jalan yang menurutnya terbaik," ungkap salah satu petinggi partai.
Pengaruh Mundurnya Jusuf Hamka
Pengunduran diri Jusuf Hamka diperkirakan akan membawa dampak bagi Partai Golkar, terutama dalam hal dukungan dari kalangan pengusaha dan masyarakat luas. Sebagai sosok yang dikenal luas di berbagai kalangan, Jusuf Hamka memiliki jaringan yang kuat dan pengaruh yang signifikan, terutama dalam komunitas bisnis dan filantropi.
Di sisi lain, keputusannya ini juga dapat memicu refleksi internal di Partai Golkar mengenai dinamika politik yang sedang berlangsung. Bisa jadi, langkah Jusuf Hamka akan mendorong partai untuk lebih memperhatikan etika politik dan cara berinteraksi dengan publik dan sesama politisi.
Keputusan Jusuf Hamka untuk mundur dari Partai Golkar karena merasa politik saat ini terlalu keras dan kasar adalah cermin dari kegelisahan yang dirasakan oleh banyak orang di dunia politik. Langkah ini mengingatkan bahwa etika, moralitas, dan kemanusiaan harus tetap menjadi landasan dalam setiap aktivitas politik. Dengan mundurnya Jusuf Hamka, dunia politik Indonesia kehilangan salah satu tokoh yang dikenal berpegang teguh pada prinsip-prinsip tersebut, dan Partai Golkar kini menghadapi tantangan untuk menjaga stabilitas dan integritas internalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H