Biografi Joseph M.Juran
Joseph M. Juran dilahirkan di Brailia, Rumania, tahun 1904. Pada usia 5 tahun Juran bersama  keluarganya  meninggalkan  Rumania  dan  transmigrasi  ke  Amerika  Serikat. Pada tahun 1924, Joseph Juran menerima gelar sarjana (BSc.) di bidang teknik elektro. Dia pertama kali memperoleh pengalaman dalam kualitas dan manajemen mutu tidak lama setelah bergabung dengan Bell Telephone Laboratories. Juran menerima gelar Master of Laws (LL.M.) pada tahun 1935, namun ia tidak pernah berpraktek hukum selama karirnya. Sebelum akhir Perang Dunia II, Juran memulai karir baru sebagai konsultan lepas, menggabungkan pekerjaan ini dengan posisi sebagai asisten profesor di Universitas New York. Kombinasi ini memungkinkan dia untuk mengajar kursus manajemen mutu, mengadakan seminar meja bundar dengan para eksekutif, dan menjalankan berbagai proyek dengan klien besar seperti Gillette, Hamilton Watch Company, dan BorgWarner.
 Jepang merupakan negara yang menarik perhatian Juran setelah Perang Dunia II. Edisi pertama Manual Pengendalian Mutu datang ke Jepang pada tahun 1951 atas undangan Persatuan Ilmuwan dan Insinyur Jepang (JUSE). Setelah tiba di Jepang, Joseph Juran bekerja di berbagai perusahaan manufaktur dan mengajar manajemen mutu di Hakone, Universitas Waseda, Osaka, dan Koyasan. William Edwards Deming fokus pada pengendalian proses statistik, sementara Joseph Juran dan Kaoru Ishikawa fokus pada manajemen mutu. Julan mempersiapkan sesi pelatihan untuk manajer menengah dan senior. Pelatihannya terhadap para manajer senior menemui perlawanan di Amerika Serikat, namun para manajer Jepang dengan sepenuh hati menerima ide-idenya. Bahkan, hal ini berdampak pada Jepang dan Amerika Serikat. Â
Dua puluh tahun setelah Joseph Juran tiba di Jepang, karyanya mulai membuahkan hasil. Pabrikan Jepang menjadi pemimpin dalam kualitas dan menyebabkan krisis di Amerika Serikat pada tahun 1980 karena masalah kualitas. Joseph Juran tetap menjadi konsultan aktif hingga tahun 1990-an. Beliau telah memberikan jasa konsultasi ke berbagai organisasi di Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat, seperti Philips, Xerox, Volkswagen, Toyota dan lain-lain. Joseph juga pendiri Juran Institute dan Juran Foundation. Dia meninggal pada usia 103 tahun karena stroke.Â
Konsep Mutu ( Joseph M. Juran)
Juran mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian use), yang berarti bahwa produk atau layanan tersebut harus sesuai dengan esensinya dibutuhkan atau diharapkan oleh pengguna. Zhu Lan selanjutnya memperkenalkan ketiganya . Proses Pengembangan Mutu atau biasa dikenal dengan Trilogi Juran. Manajemen mutu memanfaatkan tiga proses manajemen tersebut secara ekstensif:Â
a) Perencanaan mutuÂ
b) Pengendalian mutuÂ
c) Peningkatan kualitasÂ
Menurut Juran, inilah proses pencapaian kualitas Termasuk tiga tahap: perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, dan pengendalian kualitas perbaikan mutu.
 A) Perencanaan Mutu/Quality PlanningÂ
Perencanaan nilai menjadikan suatu daya upaya secara tertata kepada melebarkan peranti (muatan dan jasa) yang bisa mengesahkan kebutuhan konsumen terpenuhi. Alat dan petunjuk ancangan nilai digabungkan bersama tambah perlengkapan teknologi kepada peranti terpaku yang sedang dikembangkan dan disampaikan. Perencanaan nilai menjadikan sealiran gelagat usul bagian dalam daya upaya menjemput sealiran nilai tuntunan. Perencanaan yang masak dan saksama sangat diperlukan agar pertambahan dan pemecahan nilai tuntunan bisa dilakukan tambah baik. Sehingga nilai pendidikkan yang berperan sealiran target dari daya upaya penyelenggaraan tuntunan bisa diraih.
B) Pengendalian nilai (quality control)
Terjalin berasal mengidas pokok pengendalian, mengidas rupa pengukuran, menata normal kerja, dan mengais kinerja yang sesungguhnya.Â
C) Perbaikan dan kenaikan nilai (quality improvement)
Terjalin berasal: men catat ralat khusus, mengorganisasi peraturan kepada 9 mendiagonis cacat, menyematkan alasan cacat kenaikan dorongan kepada mewujudkan ralat. Peningkatan nilai edukasi bisa dilakukan tambah beberapa langkah, sirat-sirat lain:Â
1. Peningkatan kehendak menjelang menjadikan revisiÂ
2. Mengidentifikasi skedul-skedul revisi khususÂ
3. Mengorganisir skedulÂ
4. Mengorganisir menjelang menyelidik alasan kesalahanÂ
5. Menemukan alasan kesalahanÂ
6. Mengadakan revisi-revisiÂ
7. Proses yang ramal diperbaiki tersua bagian dalam tentang operasional yang efektifÂ
8. Menyediakan penyelesaian menjelang menjaga revisi atau kenaikan yang ramal dicapai
Informasi ini di ambil dari Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam UIN Malang dan Mahasiswa Pascasarjana PAI FITK UIN Sumatera Medan
Model Pengembangan Manajemen Mutu Pendidikan Menurut ( Joseph M. Juran )
Konsep  peluasan  jenis  menurut  Joseph  M.  Juran  memang  bertolak berusul peluasan jenis ambang bumi perusahaan. Tetapi bagan tersebut  bisa diadopsi bagian dalam  mengembangkan  jenis  bagian dalam  bumi  kursus.  Seperti  yang  telah  disampaikan diatas  bahwa  jenis  kursus  di  Indonesia  masih  dikatakan  rendah,  hal  ini  bekerja cambuk  bagi  masyarakat  Indonesia,  hal  ini  bukan  berarti  bekerja  lebih  pesimis,  tetapi bekerja  sebuah  pandangan  yang  mendalam  bagi  pemerintah  tempuh  pengelola  kursus bagaimana  usaha  bagian dalam  memperbarui  kualitas  kursus  di  Indonesia.  Oleh  karena  itu tidak  bisa  dipungkiri  bahwa  di  Indonesia  masih  membutuhkan  dan  mencontoh  bagan pandangan Negara-jagat tumbuh tempuh pandangan karet tokoh  yang lengan bagian dalam bermanfaat kualitas  kursus  di  Indonesia.  Salah  satunya  bagan  jenis  berusul  Joseph  M.  Juran. Diharapkan  dengan  adanya  sumbangan  bagan  jenis berusul  beberapa  lengan  bagian dalam  hal  ini bagan  peluasan  jenis  Joseph  M.  Juran  bisa  mentransformasikan  bekerja kursus yang lebih tunduk dan lebih bermutu lagi. Informasi ini di ambil dari Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Kendal Ngawi
Upaya pertambahan nilai latihan dipengaruhi oleh anggota majemuk. Faktor yang tunggal saling berharta terhadap anggota yang lainnya. Guru dikenal seperti `hidden currickulum' atau kurikulum tersembunyi, karena aktivitas dan kelakuan laku, prestasi profesional, fitrah individual, dan apa saja yang belengket muka diri sang pelatih, akan dikabulkan oleh anggota didiknya seperti tonggak-tonggak kepada diteladani atau dijadikan tampang pembelajaran. Menurut pilar biji 14 hari 2015 peri pelatih dan dosen : "Guru mesti mempunyai kemampuan akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, konstruktif jasad dan rohani, tempuh mempunyai fitrah kepada menjadikan objek latihan nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H