Mohon tunggu...
Dena Mustika
Dena Mustika Mohon Tunggu... Dosen - Social Studies Education

Do hard as you can for your life well

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Sosial

11 April 2020   16:37 Diperbarui: 11 April 2020   16:42 2635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan dasar tersebut tidak cukup didefinisikan hanya dengan mengacu kepada kebutuhan fisik individu saja, melainkan harus melibatkan syarat-syarat fisik serta layanan lainnya yang dibutuhkan oleh komunitas. Penguraian kebutuhan dasar tersebut bergantung pada beberapa asumsi mengenai berfungsi dan berkembangnya masyarakat.

Penyebaran Covid-19 terjadi secara masif di Indonesia membuat penurunan pada kegiatan ekonomi. Hal ini tentu terjadi pada berbagai sektor lembaga keuangan di Indonesia, seperti perbankan hingga konsumsi rumah tangga yang menurun. Gangguan aktivitas bisnis juga akan menurunkan kinerja bisnis sehingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja dan bahkan mengalami ancaman kebangkrutan. Sedangkan, berdasarkan kajian ilmu politik, telah banyak sekali isu-isu sosial kontemporer di masyarakat luas, baik melalui teori konspirasi, teori politik normatif, dan lain sebagainya. Hendaknya selalu mengacu pada politik yang bermartabat. Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi mengalahkan Covid-19 ini, bukan saling menyalahkan, namun saling membangun satu sama lainnya.

Adapun menurut Stephen W. Littlejohn, dalam bukunya Theories of Human Communication (Sendjaja, 2014), terdapat tiga pendekatan dalam berkomunikasi antarmanusia, antara lain pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanistic (humaniora interpretatif), dan pendekatan social sciences (ilmu sosial). Dalam aliran pendekatan scientific yaitu berlaku di kalangan ahli ilmu eksakta.

Cara pandang ini menekankan unsur objektivitas dan pemisahan antara obyek yang ingin diketahui dan diteliti serta subyek pelaku atau pengamat. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan humanistic, yang mengasosiasikan dengan prinsip subyektivitas. Melalui metode ini, manusia mengamati sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang di lingkungannya.

Adapun pendekatan ilmu sosial yaitu gabungan dari pendekatan scientific dan humanistic, dimana obyek studinya adalah kehidupan manusia, termasuk di dalamnya memahami tingkah laku manusia. Sesuai dengan kajian pendidikan IPS yaitu harus secara komprehensif dan integral, dimana manusia sejatinya butuh kesempatan secara langsung untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan di sekitarnya.

Untuk dapat berpartisipasi aktif di lingkungan masyarakat tentunya harus memahami dulu psikologi diri sendiri. Kajian psikologi yaitu mengenai proses perilaku dan proses mental. Sebagaimana yang diungkapkan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil bahwa, "Siapakah aku di era Covid-19?".

Kita berada di zona ketakutan, yang membeli stok barang berlebihan, sering mengeluh, dan lain sebagainya, atau berada di zona belajar yang mulai menyadari situasi dan berpikir untuk bertindak, ataukah di zona bertumbuh yang memikirkan, membantu orang lain, yang menjalin relasi dan kreativitas dengan baik, serta mampu beradaptasi dengan perubahan. Karena sebenarnya yang terpenting adalah tanggung jawab moral individu masing-masing. Bagaimana melaksanakan work from home menjadi work from heart, melakukan segala sesuatu yang produktif, dan tidak hanya memenuhi kebutuhan diri sendiri, namun bisa bermanfaat bagi manusia lainnya.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hakikat ilmu itu bukan tujuan, tetapi sarana.

Karena, hasrat akan kebenaran itu berimpit dengan etika pelayanan bagi sesama manusia dan tanggung jawab secara agama. Mulailah tanggung jawab moral dari diri sendiri dan bagaimana mengamalkan ilmu dan akhlak tersebut kepada orang lain. Mulailah terbiasa melakukan aktivitas yang produktif, beresensi, serta mengimplementasikan kemampuan di abad-21 ini.

Kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi lah yang menjadi kunci utama perubahan yang baik. Semoga Covid-19 ini cepat berlalu dan proses sosial bisa terjalin kembali sebagaimana mestinya. Aamiin YRA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun