Mohon tunggu...
Denalia Puspita Ayu
Denalia Puspita Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

TETAP SEMANGAT SAMPAI TAMAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Perkembangan Psikososial Anak Erik Erikson

19 November 2024   16:58 Diperbarui: 19 November 2024   17:01 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mataram-Perkembangan anak tidak hanya melibatkan aspek fisik dan kognitif, tetapi juga perkembangan psikososial. Teori psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson menjadi salah satu kerangka kerja yang penting untuk memahami tahapan perkembangan ini. Erikson mengemukakan delapan tahap perkembangan psikososial, yang masing-masing memiliki tantangan atau konflik yang harus diatasi individu. Setiap tahap membentuk fondasi bagi tahap berikutnya, sehingga perkembangan yang sehat di masa kanak-kanak menjadi kunci untuk keberhasilan di masa dewasa. 

Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson 

Erikson membagi perkembangan psikososial menjadi delapan tahap, tetapi pada artikel ini kita akan lebih fokus pada tahap-tahap yang berkaitan dengan masa kanak-kanak: 

  1.   Tahap Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0--1 tahun) 

        Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai dunia di sekitarnya berdasarkan bagaimana kebutuhan dasarnya terpenuhi. Respons yang penuh kasih sayang dari orang tua, seperti memberikan makanan dan kenyamanan, membantu bayi mengembangkan rasa percaya diri. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, bayi mungkin mengembangkan rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya. 

  2.   Tahap Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu (1--3 tahun) 

        Anak-anak mulai belajar mengendalikan tubuh dan aktivitas mereka, seperti berjalan, makan sendiri, atau menggunakan toilet. Dukungan dari orang tua dalam eksplorasi ini membantu anak mengembangkan rasa otonomi. Sebaliknya, kritik yang berlebihan dapat membuat anak merasa malu atau ragu dengan kemampuannya. 

  3.  Tahap Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3--6 tahun) 

       Anak-anak mulai menunjukkan inisiatif dalam bermain, bertanya, dan mencoba hal-hal baru. Orang tua yang mendorong kreativitas dan memberikan kebebasan yang sehat membantu anak membangun rasa percaya diri. Namun, jika anak sering dihukum atau diabaikan, mereka bisa merasa bersalah atas tindakan atau keinginan mereka. 

  4.  Tahap Kerajinan vs. Rasa Rendah Diri (6--12 tahun)
        Pada tahap ini, anak mulai memasuki dunia sekolah dan bekerja sama dengan teman sebaya. Mereka mengembangkan rasa kompetensi melalui keberhasilan dalam tugas-tugas sekolah atau aktivitas lain. Jika mereka merasa tidak mampu atau dibanding-bandingkan secara negatif, anak dapat mengembangkan rasa rendah diri. 

Penerapan Teori Erikson dalam Pengasuhan 

Pemahaman tentang teori Erikson membantu orang tua dan pendidik untuk mendukung perkembangan anak dengan cara: 

  • Memberikan Kasih Sayang dan Rasa Aman
    Pada tahun-tahun pertama kehidupan, orang tua perlu memastikan kebutuhan anak terpenuhi dengan konsisten, sehingga anak merasa dunia adalah tempat yang aman.

  • Mendorong Eksplorasi
    Memberi kebebasan kepada anak untuk mencoba hal-hal baru sambil tetap memberikan pengawasan. Jangan terlalu membatasi, tetapi hindari membiarkan anak merasa gagal terlalu sering.

  • Membantu Anak Membangun Percaya Diri
    Hargai usaha anak, bukan hanya hasilnya. Misalnya, ketika anak belajar menggambar, berikan pujian atas upayanya, bukan hanya keindahan gambarnya.

  • Menghindari Kritik Berlebihan
    Kritik yang berlebihan dapat mematahkan semangat anak. Fokuslah pada bagaimana anak bisa belajar dari kesalahan, bukan pada kesalahan itu sendiri.

Teori psikososial Erikson menekankan pentingnya setiap tahap perkembangan dalam membentuk kepribadian dan kemampuan sosial anak. Dengan memahami tahapan ini, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan yang sesuai, sehingga anak mampu mengatasi tantangan psikososial dan tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan kompeten. Setiap tahap memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dan tumbuh dengan lebih baik, jika dukungan yang tepat diberikan.

Dengan memperhatikan perkembangan psikososial ini, kita tidak hanya mendukung perkembangan anak, tetapi juga meletakkan dasar yang kokoh untuk kesuksesan mereka di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun