Hari Raya Idul Adha tidak hanya dikenal sebagai hari raya kurban, tetapi juga sebagai momen penting untuk mempererat tali silaturahmi. Salah satu tradisi yang masih dijaga oleh banyak keluarga di Indonesia adalah "nyungkem" ke mertua. Tradisi ini memiliki makna mendalam dalam budaya Jawa, yang secara luas juga diadopsi oleh berbagai suku dan komunitas di tanah air.
Makna "Nyungkem"
"Nyungkem" adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti bersujud atau mencium tangan sebagai bentuk penghormatan. Di hari-hari besar seperti Idul Adha, tradisi ini dilakukan sebagai tanda bakti dan hormat kepada orang tua, terutama mertua. Tindakan ini melambangkan penghormatan yang tinggi dan rasa terima kasih dari menantu kepada mertua atas segala bimbingan dan doa yang telah diberikan.
Persiapan Menuju Momen "Nyungkem"
Pada pagi hari Idul Adha, setelah melaksanakan shalat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban, banyak keluarga yang meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah mertua. Persiapan untuk "nyungkem" biasanya dilakukan dengan penuh kesungguhan. Menantu akan mengenakan pakaian yang rapi dan sopan, membawa buah tangan atau hidangan khusus sebagai bentuk penghormatan tambahan.
Suasana di rumah mertua biasanya penuh kehangatan. Keluarga besar berkumpul, bercengkrama, dan berbagi cerita. Momen "nyungkem" menjadi puncak dari kunjungan tersebut, di mana menantu akan bersujud di hadapan mertua, mencium tangan mereka, dan memohon doa serta restu.
Proses "Nyungkem"
Proses "nyungkem" dimulai dengan menantu yang mendekat dan bersimpuh di depan mertua. Dengan penuh rasa hormat, menantu mencium tangan mertua sebagai tanda pengabdian dan penghormatan. Mertua kemudian memberikan doa dan nasihat sebagai balasan, yang biasanya diiringi dengan ungkapan kasih sayang dan harapan agar keluarga tetap harmonis dan sejahtera.
Tradisi ini tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tetapi juga mempererat ikatan antara menantu dan mertua. Mertua merasa dihargai dan dihormati, sementara menantu merasa mendapatkan dukungan dan restu untuk menjalani kehidupan rumah tangga.
Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi "Nyungkem"
Penghormatan dan Bakti: "Nyungkem" merupakan bentuk nyata dari penghormatan dan bakti seorang menantu kepada mertua. Ini menunjukkan bahwa dalam budaya Indonesia, rasa hormat kepada orang tua dan mertua sangat dijunjung tinggi.
Keikhlasan: Tradisi ini mengajarkan keikhlasan dalam memberikan penghormatan dan menerima nasihat. Tindakan bersujud dan mencium tangan dilakukan dengan penuh ketulusan, tanpa paksaan.
Kebersamaan dan Kekeluargaan: "Nyungkem" mempererat hubungan kekeluargaan. Kegiatan ini memperkuat ikatan emosional antara anggota keluarga, menciptakan suasana yang hangat dan harmonis.
Pelestarian Budaya: Melalui tradisi "nyungkem", nilai-nilai budaya dan adat istiadat tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Ini penting untuk menjaga identitas dan kekayaan budaya bangsa.
Penutup
Tradisi "nyungkem" ke mertua di hari raya Idul Adha adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang sarat makna. Di tengah modernisasi dan perubahan zaman, menjaga dan melestarikan tradisi ini menjadi penting untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh leluhur. Momen ini tidak hanya menjadi ajang untuk memperkuat hubungan keluarga, tetapi juga untuk memperdalam makna penghormatan dan keikhlasan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi "nyungkem" sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang penuh nilai dan makna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H