Mohon tunggu...
Abdillah
Abdillah Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Hataman Jum'at Manis (legi) di Prenduan: Menghidupkan Keberkahan dan Kebersamaan

11 Juni 2024   22:25 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Prenduan, sebuah desa di Kabupaten Sumenep, Madura, terkenal dengan tradisi keagamaannya yang kaya dan unik. Salah satu tradisi yang menonjol adalah Hataman Jumat Manis (Legi), sebuah ritual keagamaan yang dilaksanakan setiap hari Jumat Legi menurut penanggalan Jawa. Tradisi ini bukan hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan bagi masyarakat setempat.

Sejarah dan Makna Hataman Jumat Manis

Tradisi Hataman Jumat Manis berakar dari kebiasaan masyarakat Prenduan dalam memperingati hari-hari baik dalam kalender Jawa. Hari Jumat Legi dianggap istimewa karena dipercaya membawa keberkahan dan keberuntungan. Hataman, atau pembacaan Al-Qur'an secara bersama-sama hingga khatam, dilaksanakan sebagai bentuk syukur dan permohonan berkah kepada Allah SWT.

Sejarah tradisi ini dimulai dari para ulama dan tokoh agama di Prenduan yang mengajarkan pentingnya membaca dan mengamalkan Al-Qur'an. Mereka memilih hari Jumat Legi sebagai waktu yang tepat untuk mengumpulkan masyarakat dalam rangka memperkuat keimanan dan kebersamaan. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Prenduan.

Pelaksanaan Hataman

Hataman Jumat Manis dimulai sejak pagi hari dengan persiapan di masjid-masjid dan surau di seluruh Prenduan. Masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa, berkumpul dengan membawa Al-Qur'an mereka. Acara dimulai dengan salat Dhuha bersama, dilanjutkan dengan pembacaan Al-Qur'an secara bergiliran.

Setiap peserta membaca satu juz, sehingga dalam satu kali pertemuan, seluruh Al-Qur'an dapat selesai dibaca. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh seorang kyai atau tokoh agama setempat yang memberikan arahan dan memastikan kelancaran acara. Setelah hataman selesai, acara diakhiri dengan doa bersama, memohon keselamatan, rezeki, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Kebersamaan dan Solidaritas

Tradisi Hataman Jumat Manis juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. Setelah acara hataman, masyarakat biasanya mengadakan makan bersama dengan hidangan khas Madura, seperti nasi serpang dan rujak selingkuh. Makan bersama ini melambangkan rasa syukur dan kebersamaan, serta memperkuat ikatan sosial di antara mereka.

Selain itu, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk saling berbagi. Masyarakat yang lebih mampu seringkali menyumbangkan makanan atau bantuan finansial kepada mereka yang kurang beruntung. Dengan demikian, Hataman Jumat Manis tidak hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai wujud nyata dari nilai-nilai sosial yang tinggi.

Pelestarian Tradisi

Di era modern ini, menjaga dan melestarikan tradisi Hataman Jumat Manis menjadi tantangan tersendiri. Globalisasi dan perkembangan teknologi sering kali membuat generasi muda kurang tertarik dengan tradisi lokal. Oleh karena itu, para tokoh agama dan pemimpin masyarakat Prenduan terus berupaya untuk mengedukasi dan melibatkan anak-anak muda dalam setiap kegiatan keagamaan dan budaya.

Sekolah-sekolah di Prenduan juga berperan aktif dalam melestarikan tradisi ini. Pendidikan agama dan budaya lokal diajarkan secara intensif, termasuk pentingnya Hataman Jumat Manis. Dengan begitu, diharapkan generasi mendatang tetap menghargai dan menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

Kesimpulan

Tradisi Hataman Jumat Manis (Legi) di Prenduan adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat lokal menjaga dan merayakan warisan budaya mereka. Melalui kegiatan ini, nilai-nilai keagamaan, kebersamaan, dan solidaritas terus hidup dan berkembang. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, semangat untuk melestarikan tradisi ini tetap kuat, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Prenduan yang patut diapresiasi dan dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun