Cinta disertai nurani sedangkan hasrat disertai oleh rasa kekurangan. Setiap eksisten melindungi eksistensinya melalui cinta dan mencari sesuatu yang hilang melalui hasratnya yang tersembunyi
Jadi cinta dapat sematkan pada semua eksisten , bahkan pada kebenaran tertinggi. Karena cinta merupakan sifat eksistensi sedangkan hasrat bukan. Dalam komentarnya terhadap hadist yang dikutip Sadra dalam As syawahid Ar Rububiya  berbunyi ' Barangsiapa mencari-Ku,akan menemukan-Ku, dan barangsiapa menemukan-Ku akan mencintai-Ku' Sabzawari berusaha membuktikan bahwa menyematkan sifat cinta kepada Tuhan diperbolehkan, karena Tuhan pun memiliki sifat  Al Hubb yaitu pecinta.
Hasrat dipergunakan ketika berurusan dengan eksisten yang bersifat material yang memiliki sifat dan watak dan bermasalah dengan berbagai jenis kehilangan dan kekosongan material. Jadi hasrat  terhadap kesempurnaan terdapat dalam eksisten.
Oleh karenanya hasrat untuk mewujudkan potensi menjadi aktual dimiliki oleh semua eksisten yang bersifat material. Gerak kualitatif sebuah apel untuk mengubah rasanya yang asam dan tak enak menjadi manis dan lezat berasal dari hasratnya untuk mecapai kesempurnaan dan memperbaiki kekurangan.Â
Migrasi  burung dari tempat yang tidak kondusif ke tempat yang lebih baik untuk kelangsungan habitatnya pun adalah hasrat mereka untuk menuju kesempurnaan.Bahkan Gerak alam semesta dan benda benda planet juga berasal dari hasrat yang sama.
Sadra menyimpulkan bahwa hadirnya cinta dalam semua eksisten berasal dari premis dan dasar pemikiran yang sama.Ia menyatakan bahwa cinta adalah semangat dan intuisi intelektual bawaan yang menyebabkan eksistensinya menjadi subsisten (hidup).Kebijakan ilahiah yang memestikan agar cinta intrinsik ini hadir sebagai karunia didalam semua keberadaan di alam kontingen ini, sehingga mereka bisa bergerak dari ketidaksempurnaan menuju kesempurnaan, menghindari keburukan dan beralih kepada kebaikan.
b. Cinta dan Gradasi Eksistensial
Dengan menggunakan istilah potensialitas dan aktualitas, Sadra berkata bahwa semua "kebaikan" berasal dari fakta bahwa mereka aktual, sedangkan "keburukan " berasal dari fakta bahwa mereka bersifat potensial.Ia menyatakan bahwa mahluk adalah realitas , kesempurnaan, kemewahan eksistensial, kelengkapan, keparipurnaan, kehidupan, keajegan, cahaya, kejelasan, kebaikan dan keteraturan.Â
Sebaliknya adalah ketidaksempurnaan, kebingungan, kegelapan, kefanaan dan ilusi. Sifat sifat pertama dipandang berasal dari aktualiatas mahluk dan sifat sifat terakhir dipandang sebagai sifat potensialitas mahluk yang perlu menjadi aktual dan berubah menuju kesempurnaan. Berdasarkan hal tersebut, maka pengetahuan, kebijakan, cinta dan aspek aspek yang lain dalam jiwa manusia tidak hanya dipandang sebagai sarana dan alat untuk menata kehidupan saja, melainkan sebagai instrumen nyata bagi kesempurnaan eksistensi jiwanya.
Sadra menyatakan bahwa membicarakan cinta secara eksistensial tak dapat dipisahkan dari pembahasan tentang gradasi eksistensi (altashkik al wujud). Dia berpendapat bahwa sesuatu itu tunduk pada penguatan (tashaddud) dan penyusutan (tadhauf),sesuai dengan keadaan ontologisnya. Prinsip gradasi ini menghasilkan  sebuah tata hirarki mahluk, dimana substansi bisa menempuh perjalanan keatas maupun kebawah.Ketika substansi mengalami penyempurnaan maka kediriannya mengalami penguatan.dan begitupun sebaliknya.
Berikut adalah tingkatan teofani yang ada dalam diri manusia dan sifat sifatnya.Mula mula adalah Akal Aktif, kemudian jiwa umat manusia,sifat sifat hewani,sifat sifat tumbuhan dan akhirnya sifat benda tak bergerak.Eksisten eksisten itu mencari kesempurnaan eksistensial berdasarkan tingkat eksistensinya. Setiap penampakkan ini berhasrat u ntuk mencapai tingkatan kebaikan lebih tinggi.Gerak naik menuju kesempurnaan akan mengakibatkan eksisten menjadi lebih sempurna dan kediriannya meningkat secara eksistensial.