Mohon tunggu...
Deden Firdaus
Deden Firdaus Mohon Tunggu... Buruh - pecinta kearifan

Sang Rajawali..Pengarung Kesunyian..Pecinta Kehampaan...!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Real dan Cinta Metafora

23 Maret 2018   00:14 Diperbarui: 23 Maret 2018   00:39 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta kepada keindahan fisikal adalah jenis cinta yang paling rendah karena ia terbatatas pada alam material.Sedangkan cinta yang paling tinggi adalah cinta pada sesuatu yang mutlak baik itu keindahan mutlak dan kebaikan mutlak, yang  bersifat immaterial dan spiritual. Pada fakta kehidupan ini, umumnya kita terjebak pada jenis cinta pertama, yaitu cinta pada keindahan fisikal seperti: kecantikan wanita,ketampanan, kekayaan, harta, pangkat dan sebagainya. 

Kita acapkali lalai dan terlena dengan cinta material dan tak melanjutkan pada tingkatan cinta yang lebih tinggi yaitu cinta eksistensial kepada Tuhan muara para pecinta sang dan sumber segala keindahan universal. 

Cinta Menurut Sadra

Penulis mencoba mencari solusi perdebatan tentang cinta diatas,dalam prinsip ontologis seorang filsuf muslim terkenal yaitu Mulla Sadra. Filsafat Eksistensialisme Islamnya mampu memetakan dan memadukan konsepsi tentang cinta dalam bingkai paradigma mistis filosofis yang agung. Interpretasi Sadra tentang cinta merupakan titik temu dari dua samudera: mistis dan filosofis. 

Ia memiliki cara pandang yang komprehensif tentang cinta, sehingga histeria romantika yang mungkin muncul dari pembahasan tentang cinta tidak diabaikan begitu saja. Ia mengemukakan pendapatnya tentang cinta dan kasih sayang beserta tipe tipe, sifat sifat dan karakteristiknya dalam jilid ketujuh karya terbesarnya Al asfar Al arba'a dalam delapan bab. 

Ia memandang cinta sebagai sesuatu yang bersamaan (musawiq) dengan eksistensi,  Dia percaya bahwa cinta itu hadir dalam setiap tingkatan eksistensi. Katanya:

Sebagian orang menganggap cinta sebagai penyakit psikologis karena efek samping yang dialami para pecinta.Efek itu bisa berupa gangguan tidur, badan kurus, mudah marah, lesu, mata cekung, pucat, dan denyut nadi tak menentu. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa cinta adalah penyaki ketuhanan, karena tak seorangpun yang mampu menyembuhkannya. Sekelompok filsuf yunani berkata bahwa satu satunya obat cinta hanyalah ibadah, doa-doa, dan pasrah 4)

Berdasar keluasan pembahasan serta  penjelasan Shadra tentang cinta dan karakteristiknya penulis akan mengemukakan beberapa hal penting disini.

Pertama Problem Cinta dan hasrat, Kedua Cinta dalam sudut pandang tingkatan eksistensial ( Gradasi ) dan Ketiga Tuhan sebagai muara semua pecinta

a.Cinta  dan Hasrat

Untuk memahami pemikiran Sadra  tentang cinta, kita perlu melihat pada kajian penting para filsuf dan mistikus tentang hal ini, mereka berkeyakinan bahwa cinta menyebar pada seluruh eksistensi yang ada, baik yang bersifat material maupun immaterial. Bahkan kebenaran tertinggi menikmati karunia cinta.Terdapat perbedaan antara hasrat  dan cinta,cinta lebih umum dari hasrat dan hasrat merupakan bagian darinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun