Mohon tunggu...
Demanda Bima
Demanda Bima Mohon Tunggu... Seniman - rwa bhineda

rwa bhineda

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

"Slow Living" Melalui Regulasi Diri Pada Pekerja Bidang Kesehatan

12 Maret 2018   20:22 Diperbarui: 13 Maret 2018   01:47 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Rudyard Kipling seorang sustrawan Inggris dalam (Honore, 2005) menulis tentang bagaimana kelambatan lebih memberikan pemaknaan hidup. Lambat dalam hal ini tidak berjalan seperti siput namun lebih ditekankan pada hidup secara lambat pada kehidupan yang cepat, seperti menjalankan hidup secara cepat bilamana dibutuhkan untuk hidup lebih "cepat", dan sebaliknya. Hal tersebut guna mencapai keseimbangan dalam mencapai hasil usaha ataupun bekerja yang berkualitas dengan kuantitas yang diperlukan.

Permasalahan terkait dengan slow living ini adalah ketersediaan SDM kesehatan yaitu sebagian besar kabupaten atau kota merasa masih kekurangan SDM terutama di bidang pelayanan dan administrasi. Hal tersebut berdasarkan data dari kementrian kesehatan yang terakhir diperbarui pada tahun 2016, sehingga tenaga admisnistrasi yang ada diharuskan melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan proporsi waktu bekerja. Kasus yang terjadi akibat over worked pada pekerja di bidang kesehatan adalah tentang meninggalnya seorang dokter anastesi akibat bekerja selama empat hari bertutut-turut untuk memberi kesempatan rekan lain untuk merayakan Idul fitri (https://m.detik.com).

Hal tersebut memberi gambaran bagaimana belum pemerataan jam bekerja dan distribusi pekerja, kaitan dengan regulasi diri dan slow living adalah bagaimana seseorang dapat mengendalikan pikiran, perasaan, dorongan dan hasrat dari rangsangan luar diri agar sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan cita - cita (Bauer & Baumeister, 2011). 

Baumeister, at all (2006) beranggapan bahwa regulasi diri merupakan kemampuan untuk merencanakan, mengarahkan, dan memonitori perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan melibatkan unsur fisik, kognitif, emosional, dan sosial agar sesuai dengan nilai, moral, dan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat, regulasi diri juga merupakan kemampuan menghasilkan pikiran, perasaan, dan tindakan serta kemampuan adaptasi secara terus menerus agar tercapai tujuan yang diinginkan setiap individu, dan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya. 

Sehingga perlu untuk ditanamkan prinsip kelambatan untuk para pekerja di bidang kesehatan, guna memperhatikan kesehatan fisik maupun mental akibat beban bekerja. Gaya hidup slow living menawarkan hal-hal sederhana, seperti sarapan di pagi hari sebelum memulai aktivitas, menyempatkan meluangkan hobi dan tidur minimal delapan jam untuk pemulihan fisik, serta berinteraksi dengan lingkungan keluarga dan sosial yang diharapkan dapat menjadi pereda stress.

Melihat fakta dan solusi yang sudah ada, perlu adanya penerapan yang konkret terutama untuk mengatasi permasalahan over time saat bekerja pada pekerja di bidang kesehatan. Slow Living merupakan solusi yang perlu diterapkan melalui regulasi diri. Gagasan metode ini merupakan hasil kajian telaah pustaka dan analisis terkait permasalahan kasus over time saat bekerja pada pekerja di bidang kesehatan yang sampai saat ini belum mendapat perhatian serta metode yang baik guna memperbaiki kesehatan fisik dan mental yang diakibatkan oleh budaya"cepat".

Metode pengembangan slow living yang didasarkan pada aspek regulasi diri dapat membantu seseorang untuk mengevaluasi, memonitor serta merencanakan tentang kualitas hidup yang lebih baik dari segi mental maupun fisik. Berikut adalah aspek dari regulasi diri yang membantu dalam upaya slow living :

  • Metakognitif

Matlin (2004) mengatakan metakognisi adalah pemahaman dan kesadaran tentang proses kognitif  atau pikiran tentang berpikir. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa metakognisi merupakan suatu proses penting. Hal ini dikarenakan pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan. Perwujudan dari slow living berdasarkan aspek metakognisi adalah dengan tidak melakukan pekerjaan secara multitasking karena akan menggangu proses kognitif dalam seseorang sehingga kurang mampu fokus dan meghasilkan kualitas pekerjaan yang baik.

  • Motivasi

Devi dan Ryan (1997) mengemukakan bahwa motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan kemampuan yang ada pada setiap diri individu. Ditambahkan pula oleh Zimmerman bahwa keuntungan motivasi ini adalah

individu memiliki ketertarikan terhadap tugas yang diberikan dan berusaha dengan tekun dalam belajar dengan memilih, menyususun, dan menciptakan lingkungan yang disukai untuk belajar. Keterkaitan aspek motivasi dengan slow living adalah berdasarkan dari hasil belajar dan keinginan untuk berubah dalam menjalankan hidup secara efektif dan seimbang sesuai dengan kebutuhan tiap individu.

  • Perilaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun