kini aku terbangun dari meja belajarku, karena semalaman hanya belajar dan belajar. Aku segera bergegas menuju kamar mandi. Hai, namaku Akazalia Viviyona, biasa dipanggil Aka. Aku duduk dikelas 1 SMA. Aku tinggal di Malang, bersama ayah,ibu,dan adik laki-laki ku. Aku tinggal disebuah apartemen dekat dengan alun-alun kota. Sekarang aku akan menjalani kehidupan normalku seperti biasa. Selesai mandi aku menuju ruang makan untuk menikmati sarapan bersama keluargaku.
“Bun, Pagi!” sapaku
“Pagi, ayo sarapan!” ajak Bunda
Aku mengangguk dan duduk disebelah adikku. Aku biasa berangkat bersama adikku,Hito. Dia anak yang baik dan sangat menyukai basket. Biasanya kami hanya berjalan kaki untuk ke sekolah, tapi... Hito bilang jaraknya terlalu jauh jadi naik angkutan umum. setelah selesai makan, aku dan Hito berpamitan kepada ayah dan bunda.
“Bun,Yah, kami pamit pergi sekolah dulu!” pamitku
“Iya hati-hati”
Aku segera menuju keluar rumah dan menunggu bis sekolah datang menjemput. Ketika, bis sekolah itu datang, aku dan Hito naik kedalam bis itu. Biasanya Hito bertemu dengan teman yang seangkatan, dan aku ditinggal sendirian. Hito ini kelas 9 SMP, jadi sebentar lagi akan menghadapi UN. Rencananya ia, akan satu sekolah denganku. Tapi, itu tergantung nilai UANnya, kalau nilai UANku tahun lalu lumayan baik, jadi bisa masuk SMA ini. Biasanya waktu yang diperlukan untuk menuju sekolah hanya 20 menit. Sambal menunggu, aku mendengar lagu dari earphone yang kupasang disalurkan dari handphone milikku. Aku bisa berkendara, tapi, kata ayah, aku harus menunggu sampai umurku 17 tahun pas!. Lalu, ada gadis berambut hitam, dikuncir merah, twintail. Yapp! Ini sahabatku namanya Amelia Nicolla, biasa dipanggil Cola. Bukan CoCa Cola. Dia memang sahabat yang heboh dan gokil, hobiny bermain bulu tangkis. Dia memiliki 5 saudara yang masih mini-mini alias masih kecil.
“Hai, Aka!” sapanya
“Hai, juga! Udah ngerjain PR belum?” tanyaku
“Pastinya sudah! Kalau kamu?” tanyanya balik
“Sudah, juga.” Jawabku
“Eh, katanya bakalan ada hari 7 Juli! Hari Tanabata!” katanya
“Tanabata, bukannya hari bintang jatuh itu, kan? Memangnya ada apa?” heranku
“Bakalan ada di Indonesia! Kamu mau gak ikut aku, ke balaikota?” tawar Cola
“Eum, aku atur jadwal dulu, ya. Nanti aku kabari. Ayo turun! Udah sampai” kataku pada Cola
Aku turun dari bis dan menuju kelas bersama Cola. Banyak yang bilang kami seperti Cabai, bukan cabe-cabean. Tapi Cabai, karena suka memakai benda-benda yang berwarna merah, karena merah memang warna favorit kami. Banyak juga yang memanggil kami cabai, kadang kesel, tapi kata Cola cuekkin saja. Sesampai dikelas, gurunya sudah terlanjur masuk, jadi tidak sempat berbicara. Istirahat barulah kami bias berbicara lagi.
Istirahat…
“Eh, Cola! Ayo ke kantin! Aku mau lihat jadwal makanan hari ini!” teriakku
“Ayo. Let’s go-go~” katanya
Kami berdua menuju kantin yang sudah riuh ramai. Mungkin kantin hari ini ramai karena mereka mau mengincar es krim vanilla chip yang disediakan hari ini. Kantin ini memang ada jadwal makannya setia hari, dan beda-beda setiap harinya. Semua ini gratis karena sudah dibayar oleh uang SPP. Untunglah setelah mengambil makanan, kami mendapat tempat duduk.
“Eh, hari tanabata itu bentar lagi ya? Eum…lusa ya?” kataku sambal mengunyah nasi dengan nugget tersebut
“Iya, aku mau nonton! Kamu usahain nonton ya! Seru lo! Ngeliat bintang jatuh, aku baru pertama kali” katanya
“Moga aja ya, aku takut ada jadwal les sampai malam” kataku pada Cola
“Yasudahlah~” pasrahnya
Aku segera memakan makananku dan kembali ke kelas. Pulangnya aku memutuskan untuk berjalan kaki. Pemandangan sore hari yang indah dilangit membuatku tenang. Aku melihat keatas langit, disana pasti banyak sekali galaksi-galaksi yang mengambang karena tanpa adanya gravitasi. Ingin sekali aku melihat bintang jatuh itu, tapi aku juga harus menyesuaikannya dengan jadwal belajarku. Apalagi acara tanabata itu hari pecan yaitu sabtu, pasti akan sangat ramai dan diminati orang banyak di Malang.
“Apa, aku bisa ikut ya?” batinku “Aku belum pernah melihat bintang jatuh, sebelumnya”
Aku berjalan melewati jembatan dengan air yang bersih dan terlihat ikan sedang berenang di air itu.
“Ikan itu melenggak-lenggok berenang di air dengan bebasnya, tapi, aku harus berlari kesana-kesini untuk mengejar nilai. Apa aku butuh kebebasan juga?” batinku
Aku kembali berjalan, melihat anak-anak yang tengah asyik bermain bersama anak-anak lainnya.
“Andai aku bisa kembali ke masa kecil yang tidak rumit akan masalah”
Berjalan dan berjalan… aku menemukan anak yang terdiam sendiri tak bermain dengan anak-anak lainnya. Aku segera menghampirinya.
“Adik kenapa tidak ikut main?” tanyaku
“Aku gak punya temen di Malang. Aku malu berkenalan”
“Kalau adik malu, nanti gak dapet teman terus. Adik harus berani menunjukkan diri adik. Untuk berteman itu perlu pengorbanan yaitu berkenalan. Demi mendapatkan teman kita harus berkenalan. Jangan takut sama berkenalan. Kita cuman takut sama Tuhan YME aja” jelasku
“oooh, oke, kak! Aku akan berkenalan”
Aku kembali beranjak dari tempat itu dan menuju toko roti, aku membeli beberapa roti untuk keluargaku dirumah. Angin berhembus sangat kencang, aku sudah mulai khawatir kalau akan terjadi badai.
“Haduuh, jangan hujan dulu ,dong!” keluhku
Tapi, takdir berkata lain, hujan deras menimpa badanku hingga basah kuyup. Yang seharusnya aku pulang jam 4 sore, sekarang malah pulang selepas magrib.
“Assalamualaikum” kataku sambal membuka pintu rumah
“Ya Allah, kamu basah kuyup, ayo handukan dulu, nanti masuk angina” kata Bunda sambal mengelap mukaku yang basah
“Udah, masuk angin Bun. Hatchii! Brrr…”
Aku sudah mandi dengan air hangat, tapi, entah kepalaku masih pusing ketika hendak turun kebawah. Bruuk!
Aku tersadar saat 5 menit pingsan. Aku sudah dibalut dengan kompresan air hangat dari Bunda. Kurasa aku terkena demam.
“Bun, ada kue didalam tasku, ambilah dan makan kubelikan khusus untuk kalian” kataku
“Oalah, kamu mampir ke took roti dulu, toh…” kata Bunda
Aku terbaring lemah diatas kasur. Ayah bilang, berat badanku naik karena Ramadhan tahun lalu, aku makannya banyak. Jadi ayah agak kesulitan mengangkatku tadi.
Esoknya aku izin sekolah. Mungkin bakalan akan banyak SMS,LINE,CHAT dari Cola. Tetapi, aku sudah bilang bahwa aku tidak masuk hari ini. Aku juga berpikir apakah kamu masih bisa melihat bintang jatuh besok? Aku masih sangat berharap untuk bisa melihat bintang jatuh itu. Tapi, sayangnya, esoknya aku masih terbaring lemah diatas Kasur, aku masih sakit dan sampai sekarang belum sembuh.
“Nak, kamu istirahat ya, Bunda ada dibawah. Panggil saja kalau ada perlu” kata Bunda
“baik” kataku pelan
Aku hanya melihat kearah jendela, mungkin sekarang Cola sedang mengikuti ekskul bulu tangkis yang amat menyenangkan. Ini adalah akhir pecan yang membosankan karena aku hanya terbaring diatas kasur. Aku juga sedih, dan menangis pelan karena tak bisa melihat bintang jatuh dan berharap pada setiap bintang yang jatuh.
Malam telah tiba, mungkin sekarang Cola sedang berharap pada salah satu bintang jatuh. Karena sudah terdengar bunyi mercon seperti malam tahun baru. Aku menelpon Cola, ia bilang suasananya sangat ramai dan penuh, banyak orang yang berpasangan dan keluarga yang berkumpul. Sedangkan aku? Hanya tertidur sambal melihat ke luar jendela, berharap ada 1 bintang jatuh yang melintasi jendela kamarku.
Semakin dilihat, ternyata ada bintang jatuh yang jatuh melintasi kamarku, aku senang sekali dan segera membuat permohonan. Walaupun aku tak bias lihat secara langsung, tapi, aku sudah senang. Bintang jatuh itu mirip seperti apa yang difotokan oleh Cola. Dengan ekor yang panjang.
“Ini sama” kataku
Walaupun malam ini menjadi malam yang membosankan, tapi, dimalam ini pula aku bias merasakan kalau harapan ku dapat terkabul.
Aku mulai berpikir bahwa kesempatan itu masih banyak, dan banyak sekali kesempatan yang akan terjadi di lain waktu. Kita tidak tahu kapan, tapi yang pasti kesempatan itu akan datang pada kita. Kita berharap layaknya sosok anak kecil, untuk dapat bermimpi karena kita ingin meraih mimpi tersebut.dan terus berharap dan berusaha agar mimpi kita dapat kita raih.
Jangan berhenti untuk bermimpi karena kita memiliki kesempatan untuk meraih mimpi kita,dengan semangat pagi aku bangun untuk meraih mimpiku.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H