LMX adalah teori yang menjelaskan hubungan kerja antara pemimpin (leader) dan anggota tim (subordinate) berdasarkan tingkat kepercayaan, resiprositas, dan keterlibatan.
- In-Group: Anggota dengan hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin. Mereka biasanya menerima perhatian, dukungan, dan tanggung jawab lebih besar.
- Out-Group: Anggota dengan hubungan formal atau minimal. Mereka hanya menerima tugas dasar, dengan sedikit keistimewaan atau perhatian.
Why (Mengapa LMX Penting)?
- Meningkatkan Produktivitas: Hubungan yang kuat dalam In-Group cenderung menghasilkan kinerja yang lebih baik karena anggota merasa dihargai dan didukung.
- Mendukung Keseimbangan Organisasi: Perbedaan perlakuan membantu pemimpin memprioritaskan tugas, tetapi dapat memunculkan ketidakpuasan di Out-Group jika tidak dikelola dengan baik.
- Keterlibatan Karyawan: Hubungan positif dapat meningkatkan loyalitas, komitmen, dan kepuasan kerja.
How (Bagaimana LMX Berfungsi)?
-
Tahapan Pengembangan LMX:
- Tahap 1: Vertical Dyad Linkage
Hubungan awal antara pemimpin dan bawahan masih formal dan berbasis tugas. - Tahap 2: Role-Making
Pemimpin mulai mengidentifikasi potensi dan kepercayaan terhadap bawahan, membentuk hubungan yang lebih dekat. - Tahap 3: Role-Routinization
Hubungan sudah stabil, terbagi antara kelompok In-Group dan Out-Group. - Tahap 4: Team-Building
Pemimpin mengintegrasikan hubungan individu untuk membentuk kolaborasi tim yang efektif.
- Tahap 1: Vertical Dyad Linkage
Hubungan Timbal Balik:
- Pemimpin memberikan tugas, dukungan, dan perhatian kepada bawahan yang menunjukkan potensi dan loyalitas.
- Bawahan memberikan kesetiaan, kompetensi, dan komitmen sebagai imbal balik.
Dampak Perceived Equity/Inequity:
Jika bawahan merasa ada ketidakadilan dalam perlakuan, ini dapat menyebabkan alienasi, apati, atau kinerja rendah, terutama pada kelompok Out-Group.
Kesimpulan
Penerapan LMX yang baik membutuhkan pemimpin untuk:
- Mengenali potensi bawahan secara adil.
- Menyeimbangkan perlakuan antara In-Group dan Out-Group.
- Membangun hubungan yang mendukung kolaborasi dan pencapaian tujuan organisasi.
The Additive Effect of Transformational Leadership, yaitu bagaimana kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat bekerja bersama untuk meningkatkan kinerja individu maupun organisasi.
What (Apa itu)?