Batik Sari Kenongo lahir di Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Buah karya dari Painah yang merupakan warga asli Desa Kenongo. Berdasarkan Informasi Batik Sari Kenongo ini sudah ada sejak tahun 1997.Â
Dari segi historis sebenernya aktivitas batik di Desa Kenongo ini sudah ada sejak tahun 1970-an didirikan oleh Oesman Jasir yang kemudian pada tahun 1995 Oesman Jasir meninggal dunia, dan kemudian tidak ada regenerasi dari perusahaan batik yang didirikan Oesman Jasir tersebut hingga Batik Kenongo hampir punah.Â
Hingga kemudian Painah seoraang pekerja batik kepercayaan Oesman Jasir menggugah kembali kebangkitan Batik Kenongo. Painah kembali memulai usaha Batik Kenongo yang telah didirikan oleh Oesman Jasir, harapannya agar budaya khas daerah Kenongo ini menjadi budaya yang tak lekang oleh waktu dan tetap bisa dinikmati hingga masa mendatang.
Painah akhirnya mendirikan perusahaan batik pada tahun 1997 yang dinamai dengan "Batik Sari Kenongo" yang hingga saat ini masih ada keberadaannya. Untuk mempertahankan regenerasi dan keberadaan Batik Kenongo ini, Painah memperkerjakan ibu dan para gadis di Kenongo.Â
Kala itu Painah mengembangkan batik melalui perkumpulan di desa Kenongo bernama Aisyiyah, yakni salah satu organisasi otonom yang berisikan perkumpulan ibu - ibu yang ada pada Muhammadiyah yang kala itu sedang eksis di Kenongo. Melalui platform tersebut Painah mulai merintis Batik Kenongo dan mengajarkannya ke warga hingga akhirnya para ibu - ibu di Desa Kenongo mayoritas banyak yang bisa membatik.
Kesuksesan dalam mengembangkan Batik Kenongo yang dilakukan oleh Painah akhirnya membuahkan hasil, hingga pada akhirnya pada tahun 2000-an Batik Sari Kenongo diangkat sebagai warisan budaya Khas Sidoarjo.Â
Dan pada beberapa tahun kemudian Batik Sari Kenongo dikenal hingga banyak penggemar dan pemesan dari berbagai kalangan masyarakat. Pada era 2000 - 2009 Batik Sari Kenongo berada di kejayaan karena mendapatkan dukungan penuh oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, yang pada saat itu Bapak Win Hendarso, salah satu kebijakannya adalah mewajibkan Pegawai Negeri yang ada di Kabupaten Sidoarjo memakai seragam batik tulis khas Sidoarjo.
    Â
Selain semangat juang yang dimiliki oleh Painah, keestetikan motif pada Batik Sari Kenongo juga menjadikannya digemari oleh segala kalangan masyarakat pada kala itu, penggunaan warna - warna yang cerah dan mencolok menjadikan produk Batik Sari Kenongo laku di industri tekstil. Selain motif yang indah dipandang Painah menyelipkan banyak sekali ciri khas Sidoarjo didalamnya.Â
Seperti motif kembang tebu, sunduk kentang, dan godhong sirih, yang menjadikannya khas adalah motif - motif tersebut adalah visualisasi dari kekayaan alam yang ada di Desa Kenongo, contohnya seperti motif kembang tebu yang merupakan visualisasi bahwa kayanya lahan tebu yang ada di Desa Kenongo.Â
Selain motif yang merupakan gubahan dan visualisasi dari kekayaan alam yang ada di Desa Kenongo, Isen - isen (isian penghias batik) juga sangat khas dan jarang di jumpai pada batik manapun, seperti isen - isen cecek (titik - titik), krompol (titik - titik membentuk bunga), sawut (motif garis membentuk seperti daun pohon kelapa).
Seiring perkembangan zaman, kini batik sari kenongo mulai ditinggalkan masyarakat umum. Pengaruh globalisasi dan modernisasi memang menjadi tantangan berat bagi Batik Sari Kenongo dalam memperjuangkan eksistensinya sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Tantangan berat yang dihadapi Batik Sari Kenongo ini meliputi :
1. Perubahan Gaya Fashion
Karena era globalisasi ini tren fashion mulai bergejolak dan berubah - ubah, yang mana hal tersebut membuat batik semakin cepat ditinggalkan karena kurang relevan dengan selera fashion modern dan internasional yang biasanya menggunakan mode casual.
2. Kemajuan Teknologi Tekstil
Kemajuan teknologi tekstil juga menjadi penyebab ditinggalkannya batik. Karena majunya teknologi ini membuat motif pada tekstil tak harus menggunakan perintangan malam dan pewarnaan yang serumit batik. Kini tersedia banyak sekali tekstil motif yang pembuatannya menggunakan proses printing.
3. Kurangnya Inovasi
Kurangnya inovasi dalam industri batik juga menyebabkan kepunahan pada batik ini, karena biasanya batik hanya bisa dipakai menjadi kemeja formal. Jika batik tidak berinovasi dan mengadaptasi selera masa kini, membuat alasan besar batik mudah ditinggalkan.
Pentingnya regenerasi dan inovasi dalam batik sebagai usaha agar batik tidak punah dan tetap berkembang di masyarakat sebagai budaya daerah yang tidak kalah indahnya dengan tekstil - tekstil lain. Upaya - upaya regenerasi sangat penting dikarenakan :
1. Sebagai Upaya Pelestarian TradisiÂ
Regenerasi memastikan bahwasannya teknik pembuatan batik terus menerus dapat diajarkan agar batik tetap lestari, tradisi pembuatan batik, dari perintangan malam hingga pencelupan warna harus dilestarikan agar tidak tergerus zaman.
2. Sebagai Bentuk Inovasi
Regenerasi juga dapat memunculkan inovasi, karena yang bergerak dalam pembuatan batik adalah pemuda yang mungkin karena peran pemuda batik dapat diinovasikan menjadi kain yang lebih indah dan modern dan tak kalah dengan industri pakaian saat ini.
3. Sebagai Upaya dalam Pengembangan Pasar
Memperluas pangsa pasar dan memasarkan batik ke masyarakat yang lebih luas. Di era teknologi ini banyak sekali platform penjualan berbasis teknologi yang biasanya digunakan kaum muda, bisa menjadi opsi dan peluang dalam pemasaran batik agar dikenal kaum muda.
Dari alasan - alasan tersebut dapat memunculkan sebuah solusi agar Batik Sari Kenongo bisa berkembang dari maraknya era globalisasi dan modernitas masa kini. Sebagai generasi muda kita dapat melestarikan batik, termasuk Batik Sari Kenongo ini dengan Regenerasi dan Inovasi, yakni dengan upaya - upaya :
1. Pelatihan dan Pendidikan (Workshop)
Salah satu upaya regenerasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara adanya workshop berupa pelatihan pembuatan batik, agar proses tradisional yang ada didalam batik tetap lestari. Pelatihan ini harus menggandeng generasi muda agar mereka memahami bagaimana proses dan teknik pembuatan batik yang kaya akan nilai. Pelatihan ini juga bisa melibatkan peran pengrajin batik yang berpengalaman.
2. Modifikasi Motif dan Warna
Upaya inovasi agar batik termasuk Batik Sari Kenongo ini tetap bisa diterima di era modernitas ini adalah salah satunya dengan proses modifikasi motif dan warna batik. Perlunya pengrajin batik menyesuaikan motif dan warna yang sedang tren di masa kini adalah agar batik tetap diminati karena tak kalah indah dengan tekstil - tekstil di era modernitas ini. Meski tradisional batik juga perlu adanya modernitas.
3. Kolaborasi dengan Desainer
Upaya regenerasi dan inovasi Batik Sari Kenongo yang bisa dilakukan salah satunya dengan kolaborasi dengan desainer. Tujuannya agar kain batik bisa dipakai sebagai bahan dasar di industri mode. Desainer tersebut dapat membuat desain yang modern akan tetapi tetap menggunakan batik sebagai bahan dasar pembuatan baju yang di desain, sehingga batik bisa kembali dilirik oleh segala kalangan usia.
4. Dokumentasi Motif
Meski upaya regenerasi dan inovasi ini penting. Proses dokumentasi ini sangat penting, karena pada batik setiap daerah, contohnya Batik Sari Kenongo ini ada motif - motif khas yang harus dilestarikan dan sesuai dengan pakem. Sehingga motif sesuai tidak tergerus dengan zaman meski adanya modernitas dan inovasi motif.
Batik Sari Kenongo harus bangkit kembali lewat upaya - upaya yang telah dielaborasikan. Kekayaan budaya Kabupaten Sidoarjo harus dilestarikan agar warga asli Sidoarjo tidak lupa dengan budaya yang dimilikinya.Â
Mari bangkitkan kembali eksistensi batik sebagai warisan budaya benda. Yang bukan hanya sekedar lembaran kain melainkan sebuah lembaran gambaran yang memiliki banyak makna didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H