Â
Karya sastra berupa cerpen dianggap sebagai tipuan belaka (menurut saya), orang gila tak ada kerjaan ngarang-ngarang cerita bikin orang lain sedih..bikin orang lain menangis, bahkan tak jarang ada yang marah-marah. asyik juga
saya sendiri mencoba menulis sebuah cerpen, cerpen tersebut tidak saya publikasikan ke media cetak atau media online seperti di kompasianer ini, tetapi saya print out, pokoknya editingnya mantap habis lebih profesional dari editor tulisan di koran,
Iseng-iseng, saya print out tulisan itu karena bukan disengajakan tapi memang kita tahu bahwa di kampung surat kabar harian saja baru akan kita lihat untuk membacanya saat membeli sesuatu di pasar dan para pedangan membukusnya dengan koran bekas yang buat kita itu ada berita di koran. percuma bicara publikasi kan?
nah.... karena saat itu di rumah kakak saya ada printer sambil menguji kemampuan saya untuk bisa mengetik dan mencetak sendiri, maka hasil karya saya itu saya cetak..lalu sengaha saya simpan di atas meja komputer...
owh my gosg.....setelah tulisan itu dibaca sama kakak saya dia marah-marah..
kau ini....bikin malu saya..kau tulis disini bilang begini-begini...ah....
padalah saya sudah tulis dengan menyamarkan nama dan sebagainya loh..nah lu.....
(mestinya tidak saya print tapi diam-diam saya publikasikan ke kompasiana) emang waktu itu di kampung sudah ada internet...? oh no....
oh tidak kakak..ini sastra ini fiksi ini khayalan...kesamaan nama tokoh watak dan cerita hanyalah kahayalan belaka tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu kecuali pemerintah.begitulah saya berusaha menenangkan suasana karena saat itu situasi di rumah kakak menjadi siaga berapa ya kalau itu gunung berapi mungkin siaga satu kah?
kakak......saya menulis itu dengan tujuan untuk Menkritisi pemerintah dalam hal ini puskesmas setempat dimana polindes di kampung sana, saat itu tak pernah berpenghuni... bidannya datang di hari kamis..dan begitu hari jumat langsung kembali ke kota dengan alasan listrik air sinyal tidak tersedia disini..dan bidan desa itu kan istri kakak.......kakak kan yang biasa antar jemput kan.... dan kelalaian bidan desa yang adalah isteri kakak ini.. kakek kita tidak tertolong saat terluka parah dan membutuhkan pertolongan pertama pada kecelakaan. dikampung sana pertolongannya palingan kan ditempeli daun pepaya tua...