Mohon tunggu...
Adelia Septiani
Adelia Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa BSA FAI UAD

~Me

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Cinta (Al-Ghazali) pada Masa Bani Umayyah

16 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 16 Januari 2025   08:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam sebagai agama dan peradaban yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. telah memberikan kontribusi besar pada peradaban dunia, rangkaian penerus setelahnya yang dikenal sebagai khalifah, meneruskan otoritas politik dan tonggak keislaman. Sejak masa kekhalifahan, Islam tumbuh menjadi kekuatan budaya dan peradaban serta tradisi agama yang mengakar, dan berperan penting dalam pembentukan budaya di seluruh dunia. Setelah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, Muawiyah dinobatkan sebagai khalifah pada tahun 40 H./ 660 M. Muawiyah meletakkan sebuah peradaban baru dalam dunia Islam dan memasuki fase baru dalam sejarah perkembangan politik serta ketatanegaraan.

Pada masa sebelumnya, selama 30 tahun dibangun dengan sistem pemerintahan yang berbentuk republik, dan pada masa kepemimpinan Muawiyah, mulai membangun sebuah dinasti besar yang bernama dinasti Bani Umayyah. Walaupun dibangun dengan pertumpahan darah pada masa awal berdirinya, dinasti Bani Umayyah berhasil menggoreskan jejak peradaban yang sangat maju, yang sulit tertandingi pada masa-masa setelahnya bahkan sampai saat ini. Pada masanya, Islam berkembang sangat pesat sampai hampir ke seluruh dunia. Kekuasaannya meliputi wilayah-wilayah yang sangat luas, bahkan negara-negara besar saat ini, seperti Iran, Irak. Saudi Arabiah, Yaman dan lainnya yang hanya merupakan salah satu provinsi dimasanya.

A. PERKEMBANGAN PUISI PADA MASA BANI UMAYYAH

Ada beberapa aspek yang bias menjadi petunjuk terhadap perkembangan kebudayaan literer secara umum pada periode ini, diantaranya pidato, korespondensi dan puisi. Ketiga aspek itu merupakan bagian dari jenis sastra yang berkembang saatnitu, yang meliputi dua aspek utama, yaitu pidato dan syair. Perkembangan sastra arab pada periode umayyah tidak lepas dari peran beberapa kota tempat tumbuh dan berkembangnya sastra dikota-kota itu diantaranya yaitu:

- Hijaz

Hijaz yang berada pada masa umayyah terutama kota Madinah dan Mekah penuh dengan kehidupan dan kaya akan kemewahan, penuh dengan tokoh-tokoh terkenal dan orang-orang Arab yang berpaling dari politik semenjak Umayyah memonopolinya. Uang pun mengalir ke kedua kota ini dari negera-negara terkemuka, dan di lingkungan ini banyak para budak yang setia dari berbagai bangsa seperti Romawi, Persia dan lainnya. Pentingnya wilayah Hijaz dan posisinya di masa awal Islam dan selama pemerintahan Umayyah pendapatannya meningkat dan berlipat ganda, puncaknya selama kekhalifahan Umayyah banyak dikumpulkan oleh pemimpin dan tentara tentara Islam melalui penaklukan banyak daerah.

- Najed

Najed adalah sebuah padang pasir, Sebelah barat berbatasan dengan teluk arab sedang sebelah timur berbtasan dengan lembah al-furat, disana tidak ada air melainkan lembah-lembah tempat penampungan air hujan. Kegiatan sastra di Najed pada masa bani umayyah lebih sedikit dari padamasa jahiliyah, hal ini dikarenakan banyaknya penduduk setempat yang pindah daritimur ke barat. Adapun puisi yang berkembang didaerah ini adalah puisi ghazal al ‘Udzry, sedang penyair yang terkenal adalah Jamil Butsaniyah al-‘Udzry.

- Irak

Corak puisi di Irak sangat mirip dengan puisi pra-Islam dalam segi isi dan gayanya, hal itu dikarenakan adanya kefanatikan suku yang muncul kembali setelah men- ghilang di masa awal Islam karena Islam menolaknya. Sebagian besar tema puisi di Irak adalah puisi yang bertemakan Fakhr yaitu saling membangga-banggakan, I'tizar yaitu permintaan maaf agar diampuni, Hija; yaitu puisidengan sindiran yang pahit. Adapun puisi yang bertema Ghazal dan yang lainnya tidak populer di wilayah Irak. Adapun kritik sastra yang muncul di Irak yaitu kritik terhadap puisi kontradiksi, yang dipopulerkan oleh tiga tokoh yang terkenal yaitu Farazdq, Jarir dan Akhtal.

- Syams

Di syam kita tidak menemukan gerakan sastra secara luas karena di daerah ini tak banyak penyair dan penulis dan tidak pula terjadi perdebatan sastra seperti yang kita lihat di irak, jika tema sastra terbesar di lingkungan hijaz adalah ghazal dan tema terbesar di irak adalah syair yang berbentuk fakhr mengagung-agungkan atau membangga-banggakan keunggulan pada suku, maka tempat terbesar di syams adalah madh (pujian) Di antara para penyair yang paling terkenal adalah: kusair Azza dan Al-Akhtal, adapun kritik yang terdapat di Syam berupa kritik resmi dan kritik seni.

B. PERKEMBANGAN PUISI CINTA (SYIIR AL-GHAZAL) PADA MASA UMAYYAH

Perkembangan puisi cinta, khususnya syi'ir al-ghazal (syair cinta), pada masa Umayyah merupakan salah satu aspek penting dalam sastra Arab klasik. Pada masa ini, puisi cinta berkembang pesat dan menjadi bentuk ekspresi yang sangat dihargai dalam masyarakat Arab. Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan fenomena ini:

 - Peran penyair

Pada masa Umayyah (661–750 M), para penyair memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan budaya. Mereka tidak hanya sebagai penghibur, tetapi juga sebagai pemikir dan pengkritik sosial. Banyak penyair yang memanfaatkan puisi cinta sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan cinta, kerinduan, dan juga konflik sosial yang ada pada masa itu.

- Tema cinta

Dalam puisi cinta (al-ghazal), penyair mengungkapkan perasaan cinta yang mendalam kepada kekasih, baik itu fisik maupun spiritual. Tema cinta ini sering kali dibumbui dengan elemen-elemen idealisme dan perasaan yang melibatkan nafsu, kerinduan, dan pengorbanan. Selain itu, banyak puisi cinta yang menggambarkan keindahan tubuh kekasih serta kebahagiaan dan penderitaan yang terkait dengan cinta.

- Cinta dan kehidupan

Pada masa Umayyah, kehidupan sosial Arab banyak dipengaruhi oleh hubungan sosial yang sangat erat dengan tradisi suku dan kesukuan. Puisi cinta, terutama syair al-ghazal, sering digunakan sebagai medium untuk menggambarkan hubungan antara penyair dan orang yang mereka cintai, serta menggambarkan kekuatan hubungan tersebut dalam kehidupan sosial mereka.

- Penyair terkenal

Beberapa penyair terkenal pada masa Umayyah yang menghasilkan puisi cinta yang sangat berpengaruh adalah Qays bin al-Mulawwah (terkenal dengan kisah cinta "Majnun Layla") dan Jamil Buthayna. Karya-karya mereka sering kali berfokus pada tema cinta yang tragis dan tak berbalas, yang menggambarkan penderitaan karena perpisahan atau penghalang dalam hubungan cinta.

- Pengaruh islam

Meskipun Islam baru berkembang pada masa Umayyah, pengaruh agama ini juga mulai tampak dalam syair-syair cinta, meskipun kadang-kadang hal ini lebih terasa dalam konteks metafora spiritual atau religius, seperti penggambaran cinta kepada Tuhan yang disamakan dengan perasaan cinta manusiawi. Namun, secara umum, puisi cinta pada masa ini masih kental dengan unsur-unsur jahiliyah (pra-Islam) yang mengedepankan aspek sensualitas dan idealisme dalam cinta.

C. TUJUAN PUISI-PUISI PENYAIR CINTA (SYIIR GHAZAL) PADA MASA UMAYYAH

Puisi-puisi cinta syi’ir Ghazal pada masa Umayyah, memiliki tujuan utama untuk mengungkapkan perasaan cinta, kerinduan, dan pencarian kebahagiaan dalam kehidupan manusia, baik dalam aspek hubungan pribadi maupun hubungan dengan alam sekitar. Pada masa ini, syi’ir Ghazal berkembang pesat sebagai bentuk ekspresi romantis, baik terhadap pasangan hidup maupun terhadap keindahan alam. Berikut ini tujuan utama dari puisi-puisi cinta ini adalah sebagai berikut:

  • Ekspresi Perasaan Pribadi
  • Menggungkapkan Kesedihan dan Kerinduan
  • Pujian terhadap Kecantikan
  • Penyampaian Pesan Moral dan Etika
  • Sarana Sosial dan Politik
  • Meningkatkan Status Sosial

D. TOKOH-TOKOH PENYAIR CINTA (GHAZAL) PADA MASA UMAYYAH

Pada masa kekhalifahan Umayyah (661-750 M), salah satu genre puisi yang terkenal adalah ghazal (puisi cinta). Ghazal merupakan bentuk puisi yang fokus pada tema cinta, kerinduan, dan keindahan. Beberapa penyair besar yang dikenal dengan karya-karya ghazal pada masa Umayyah antara lain:

- Qays ibn al-Mulawwah (Layla wa Layla)

Qays bin al Mulawwah, si tokoh Majnun, dikatakan bahwa ia adalah tokoh nyata yang benar-benar hidup dalam masa Daulah Bani Umayyah. Menurut riwayat, Qays meninggal sekitar tahun 65 H atau 68 Η dengan membawa cinta membara. Sepeninggal Qays, kisah cinta mereka diceritakan dari mulut ke mulut dalam bentuk syair. Ada banyak versi cerita. Sampai kemudian Syaikh Nizami (1141-1209) dari Ganjavi, salah satu wilayah di Azerbaijan sekarang, pada 1188 menghimpun dan menulis kisah tersebut secara lengkap dan indah.

- Imru' al-Qais

Imruʾ al-Qays adalah salah satu penyair Arab, yang diakui sebagai penyair paling terkemuka pada masa pra-Islam oleh Nabi Muhammad, oleh ʿAlī, khalifah keempat, dan oleh kritikus Arab terhadap mazhab Basra kuno. Ia adalah penulis salah satu dari tujuh syair dalam kumpulan puisi pra-Islam yang terkenal Al-Mu'allaqāt.

- Antarah ibn Shaddad

Antarah ibn Shaddād, putra seorang raja Arab dan seorang wanita kulit hitam yang diperbudak, memperoleh ketenaran sedemikian rupa di medan perang dan atas puisinya sehingga ia kemudian menjadi pahlawan dalam Romance of ʿAntar, sebuah roman rakyat Arab.

- Al-Akhtal

Al-Akhtal ialah seorang penulis puisi favorit dan sahabat khalifah Umayyah Yazīd I dan jenderalnya Ziyād ibn Abīhī dan al-Ḥajjāj. Ia terus menjadi penyair istana bagi khalifah ʿAbd al-Malik tetapi tidak disukai di bawah Walīd I.  Puisi Al-Akhṭal sangat politis; ia dikenal karena puisi-puisi yang membela kebijakan Umayyah dan karena cercaan yang mencela mereka yang menentangnya.

- Jarir

Jarir merupakan salah satu penyair terkenal di era Umayyah yang menggabungkan ghazal dengan berbagai tema seperti cinta dan sindiran sosial. Ia juga terkenal dengan gaya puisi "hija" (sindiran) dan puisi cinta yang sangat ekspresif.

- Al-Farazdaq

Farazdaq ini adalah sosok penyair yang hebat, dia memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu bahasa. Bahkan ada yang mensejajarkan derajatnya dengan sosok Zuhair bin Abi Sulma, yaitu salah sseorang penyair Jahiliyyah yang tersohor dan ternama pada masa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun