Mohon tunggu...
Della Renanda Puspa
Della Renanda Puspa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa tahun ketiga

interested in socio-cultural topics

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pengrajin di Kasongan Bantul: Nafkah dari Gerabah dan Potensi Wilayah

12 Juli 2022   20:20 Diperbarui: 13 Juli 2022   16:57 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura Kasongan(Sumber: Channel Youtube "Pemerintah Kalurahan Bangunjiwo")

Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia, karena kota tersebut menawarkan beragam pilihan wisata sejarah, wisata budaya, wisata kuliner, wisata alam, maupun sentra kerajinan yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya diantaranya yakni Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan Bantul, yang berjarak 7 Km dari pusat kota. Lokasinya cukup strategis, sehingga mudah untuk dikunjungi oleh para wisatawan.

Sesuai dengan namanya, sentra gerabah ini berlokasi di Dusun Kasongan. Daerah ini dulunya adalah wilayah persawahan yang luas. Konon, nama 'Kasongan' diambil dari nama guru spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Kiai Song. Menurut cerita sejarah yang beredar, adanya tradisi pembuatan gerabah di Dusun Kasongan ini telah dimulai dari zaman penjajahan Belanda. 

Mulanya, ada kuda milik reserse Belanda yang ditemukan mati di persawahan milik salah seorang warga. Karena mereka takut akan hukuman yang akan diterima, maka mereka dengan sukarela melepaskan hak tanah miliknya. 

Hal itu diikuti oleh beberapa warga setempat. Namun, sejumlah tanah yang tak bertuan tersebut diambil alih oleh warga desa lain. Penduduk yang tidak memiliki tanah garapan lagi mulai mencari kegiatan baru dengan membuat mainan dan peralatan rumah tangga dari tanah liat, yang kemudian kegiatan tersebut diteruskan dari generasi ke generasi.

Pada tahun 1971, kegiatan ekonomi mulai berkembang di Dusun Kasongan ini. Perkembangannya juga sangat pesat berkat kontribusi dari seorang seniman besar bernama Sapto Hudoyo. Beliau memberikan pembinaan kepada masyarakat agar dapat mengembangkan produknya hingga mempunyai nilai seni dan nilai jual yang tinggi serta pengelolaan manajemen usaha yang baik. 

Kemudian, usaha kerajinan di Kasongan mulai dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik pada tahun 1980. Tak hanya itu, adanya dukungan dari pihak pemerintah melalui Unit  Pelayanan Teknis (UPT) yang memberikan bantuan modal, pelatihan, dan pengajaran teknik pemasaran  kian meningkatkan laju pertumbuhan sektor industri, khususnya industri kerajinan dan tekstil.

Disamping itu, dibentuk pula paguyuban sebagai wadah bertukar informasi serta pengembangan produktivitas sesama pengrajin. Kerajinan gerabah ini telah menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul. 

Sumber daya alam Yogyakarta yang sangat potensial turut menjadi salah satu faktor pendukung dalam usaha kerajinan gerabah dan keramik di Sentra Gerabah Kasongan ini. Bahan baku yang digunakan biasanya adalah tanah yang diperoleh dari Sungai Bedog, Pundong, Godean, Mangunan, atau Wonosari, kemudian menggunakan campuran pasir lembut yang berasal dari Sungai Progo. Selain kondisi tanah sekitar yang mendukung, tumbuhnya berbagai jenis pepohonan seperti kelapa, bambu, melinjo, dan mangga juga dapat digunakan sebagai tambahan bahan bakar dalam proses pembakaran gerabah.

Kerajinan yang dihasilkan antara lain guci, kendi, kuali, pot, vas bunga, hiasan genteng, air mancur, miniatur, patung, topeng, loro blonyo, dan jenis dekorasi atau peralatan rumah tangga lainnya. Pengrajin juga menerima pesanan dari konsumen, yang mana bentuk, model, atau permintaan khusus lainnya dapat disesuaikan dengan keinginan konsumen. 

Untuk pemesanan dan penjualan, para pengrajin telah membuka layanan online, sehingga masyarakat tak perlu khawatir jika tidak bisa datang langsung ke tempat. Rentang harga yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari lima ribu rupiah hingga jutaan rupiah. 

Hal itu tergantung dari ukuran, bahan baku yang digunakan, dan kerumitan proses pengerjaan. Tentunya, tawar-menawar masih bisa dilakukan. Selain dijual kepada pengunjung yang mampir ke desa tersebut atau dikirim ke berbagai kota di Indonesia, produk hasil karya pengrajin Kasongan telah berhasil menembus pasar internasional.

Selain sebagai sentra industri, Kasongan sekaligus menjadi desa wisata. Desa Wisata Kasongan ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti masjid, toilet,dan  parkir kendaraan. Di sekitar kawasan desa wisata ini juga terdapat beragam pilihan kuliner yang turut serta menggerakkan perekonomian warga lokal.

Wisatawan lokal maupun turis asing yang datang kesini tak hanya untuk berbelanja, tetapi mereka juga bisa belajar bagaimana cara membuat kerajinan gerabah tersebut. Nantinya, mereka dapat membawa pulang hasil karyanya tersebut. 

Desa wisata ini juga kerap kali dikunjungi oleh para akademisi, praktisi, dan peneliti seni. Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan dapat menjadi bukti dukungan terhadap usaha kecil menengah dan budaya lokal warga Kasongan, sekaligus sebagai ajang promosi pariwisata kota Yogyakarta.

Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan ini tidak hanya sebagai mata pencaharian warga setempat, sekaligus juga menjadi cerminan kekuatan budaya dan tradisi nenek moyang karena terbukti sampai saat ini pembuatan gerabah masih terus berjalan dan diwariskan secara turun temurun sebagai roda penggerak perekonomian, khusunya di Kabupaten Bantul sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun