OLEH: MUHAMMAD MULYA DAN DELLA ANISA PUTRI
Di kalangan kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata-kata innerchild. Kita sering mendengarnya di sosial media maupun dari mulut kemulut. Inner child adalah hasil dari pengalaman masa kecil yang membentuk kepribadian seseorang saat ini, baik itu positif atau negatif[1]. Namun pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai inner child yang mengarah pada sisi negatifnya, dimana ternyata hati terluka dimasa kecil berpengaruh pada innerchild seseorang yang akhirnya membekas pada dirinya.Â
child Inner child merupakan perasaan atau emosi menepati wilayah yang cukup luas dalam jiwa anak yang sedang tumbuh. Perasaan ini pula yang akan membentuk jiwanya dan  kepribadiannya, jika anak mendapatkan perilaku atau pola yang seimbang, maka akan terpenuhilah jiwa dan kepribadiannya, namun jika ada rasa yang tidak terpenuhi maka akan adanya descrease atau kekurangan rasa jiwa dan kepribadiannya.[2]
 Setiap individu memiliki perjalanan hidup yang unik, dan beberapa di antaranya mungkin berisi pengalaman-pengalaman yang menimbulkan luka dan tantangan. Sisa-sisa luka dari masa kecil ini dapat berdampak pada pembentukan karakter secara negatif di masa dewasa yang terasa nyata, termasuk dalam cara pengambilan keputusan dan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.
Inner child ini merupakan bentuk dari ego anak. Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang bereaksi yang terasa seperti anak kecil atau sisi kekanak kanakan dalam diri seseorang dan itu berpengaruh terhadap kepribadian dan cara bersikap seseorang ketika dewasa (Yunita, 2021).
Efek dari inner child yang terluka
Gejala awal dari inner child biasanya akan menimbulkan rasa sedih, marah, takut, dan rasa tidak nyaman dalam diri seseorang disebabkan karena adanya perasaan trauma yang terus menerus disimpan. Jika ini terus berlanjut, seringkali akan ada sikap yang menonjol pada diri seseorang seperti merasakan sakit dalam jiwanya jika berada pada suatu peristiwa yang menyerupai dengan peristiwa yang dialami dahulu, orang seperti ini sering menyalahkan dirinya sendiri walaupun terkadang bukan ia yang bersalah dan orang seperti ini akan sulit merasa percaya pada orang lain dan juga memiliki rasa khawatir yang berlebihan (Yanti, 2020).
 Menurut Dandi Birdy dalam bukunya Anger Management The Life Skill gejala seseorang memiliki inner child negatif yakni, kumpulan rasa insecure, kehausan kasih sayang, ketidak berdayaan juga ketidak berhargaan pada diri akan terus mengendap di jiwa, yang dibawa ke kehidupan di masa pertemanan, pernikahan juga pekerjaan.[3] Jika sewaktu kecil seseorang tidak merasakan kasih sayang maka dampak saat dewasa ia akan mencari kasih sayang dan perhatian yang berlebihan dari orang lain.Â
Dampak negatif dari inner child ini juga membuat seseorang sulit berkomunikasi, sulit menjalin hubungan sosial, dan sulit mengambil keputusan. Selain itu, seseorang juga akan sulit mengenali emosi yang dirasakan.
Penulis serta psikolog anak dan remaja Anastasia Satriyo mengatakan, inner child atau adverse childhood experiences merujuk pada kepribadian atau karakter seseorang yang terbentuk dari pengalaman saat anak-anak. Hal ini dapat memengaruhi suatu pikiran, emosi, dan perilaku seseorang ketika dewasa.
Maxine Harley mengemukakan beberapa tanda inner child terluka, diantaranya yakni:
 1) Rendahnya harga diri seseorang;
 2) Suasana hati yang tidak stabil;
 3) Cenderung emosional;
4) Kurang bisa membedakan serius dan bercanda;
5) Memiliki masalah identitas;
 6) Menjadi seorang pemberontak atau penindas;
7) Memiliki masalah komitmen;
 8) Kurang percaya diri;
9) Kebohongan berlebihan;
10) Menjadi sosok yang kompetitif dan kalah, ketergantungan pada berbagai hal buruk, kurangnya teman dekat, berperilaku obsesif, pasif, atau agresif.[4]
Resilience (ketahanan) yang dapat di lakukan oleh mahasiswa terhadap inner child
Ketahanan inner child adalah konsep psikologis yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk tetap terhubung dengan dan menjaga keaslian, kepolosan, dan kegembiraan dalam diri mereka sendiri. Ketahanan inner child atau ketahanan emosional juga adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi dan pulih dari tekanan, stres, dan tantangan dalam kehidupan. Â Bagi mahasiswa, memiliki ketahanan inner child dapat membantu mereka menghadapi tekanan akademik, tuntutan sosial, dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. Berikut adalah beberapa cara untuk membangun dan menjaga ketahanan inner child sebagai mahasiswa:
 1. Kenali dan hargai minat dan hobi Anda: Tetap terhubung dengan minat dan hobi yang Anda nikmati dapat membantu menjaga semangat dan kegembiraan dalam hidup Anda. Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai, seperti membaca buku, bermain musik, atau berolahraga.
2. Jaga keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi: Penting untuk tidak terlalu terfokus pada prestasi akademik semata. Berikan waktu untuk bersantai, bersosialisasi, dan menjalani kehidupan pribadi yang seimbang. Ini akan membantu menjaga kesehatan mental dan emosional Anda.
3. Jangan takut untuk bersenang-senang: Terkadang, sebagai mahasiswa, kita terlalu serius dengan tugas dan tanggung jawab kita. Ingatlah untuk bersenang-senang dan menikmati momen kecil dalam hidup. Tertawa, bermain-main, dan menikmati waktu luang dengan teman-teman dapat membantu menjaga semangat dan kegembiraan dalam diri Anda.
4. Jaga kesehatan fisik dan mental: Kesehatan fisik dan mental yang baik sangat penting untuk menjaga ketahanan inner child. Pastikan Anda mendapatkan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan lakukan olahraga secara teratur. Juga, jangan ragu untuk mencari dukungan jika Anda mengalami stres atau kesulitan emosional.
5. Jaga imajinasi dan kreativitas Anda: Biarkan imajinasi dan kreativitas Anda berkembang. Jangan takut untuk berpikir di luar kotak, mengeksplorasi ide-ide baru, dan mengejar proyek-proyek kreatif. Ini akan membantu menjaga semangat dan kegembiraan dalam hidup Anda.
6. Terima dan hargai diri sendiri: Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Terima dan hargai diri Anda apa adanya. Berikan penghargaan pada diri sendiri atas pencapaian kecil dan jangan biarkan kegagalan menghancurkan semangat Anda. Ingatlah bahwa Anda berhak bahagia dan menikmati hidup.
Dengan membangun dan menjaga ketahanan inner child, Anda dapat menghadapi tantangan sebagai mahasiswa dengan lebih baik, menjaga semangat dan kegembiraan dalam hidup, juga dapat membagun kualitas diri sebagai mahasiswa yang berfikir kritis dan kedepan.
sumber:
[1] Siloam Hospitals
[2] Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Â Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak (Yogyakarta, Pro-U Media. 2010), h. 428.
[3] Dandi Birdy dan Diah Mahmudah, Anger Management The Life Skill (Bogor. Zenawa Media Giditama, 2019), h. 44.[4]
[4] Hamidah, 2021
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-inner-child
Surianti, S. (2022). Inner Child: Memahami dan Mengatasi Luka MasaKecil. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 8(2), 10-18.
BAB I (2).pdf(Review) - Adobe cloud storage
Tricia Johnson, LCSW (2023). 8 Tips for Healing Your Inner Child. Available from: https://www.choosingtherapy.com/inner-child-healing/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H