Mohon tunggu...
Della Anggraeni
Della Anggraeni Mohon Tunggu... Psikolog - mahasiswa Psikologi - Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

saya adalah individu yang memiliki sifat social butterfly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Pelecehan Seksual Terkait Teori Psikoseksual, Perkembangan Sosial, dan Teori Kognitif Piaget

14 November 2023   16:47 Diperbarui: 14 November 2023   16:56 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus ini diambil dari pengalaman pribadi teman saya, sebelumnya saya sudah meminta izin untuk mengangkat kasusnya, dan ia memperbolehkan saya untuk mengangkat kasusnya ke dalam artikel ini.

Pelecehan seksual adalah tindakan yang melibatkan eksploitasi atau penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan kepuasan seksual, seringkali tanpa persetujuan atau dengan persetujuan yang tidak sepenuhnya bebas. Ini melibatkan perilaku tidak senonoh, merendahkan, atau tindakan fisik yang menganggu secara seksual terhadap seseorang. 

Kasus pelecehan seksual memang banyak kita temui entah di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Menurut analisis data dari SIMFONI-PPA yang diinput pada tanggal 1 januari hingga 14 november 2023 sekarang sudah mencapai 23.547  jumlah kasus. Diantaranya 4.860 korban laki-laki dan 20.769 korban perempuan. 

Disini saya akan mengangkat kasus pelecehan ditahun 2020 yang dialami oleh teman saya. Kasus ini diangkat berdasarkan kisah nyata yang telah di alaminya.

Sebut saja namanya Kenanga dan 7 laki-laki bernama A,B,C,D,E,F,G. Kenanga terlahir dari keluarga strict parent, keluarganya hanya membolehkannya untuk mengerjakan tugas rumah dan bersekolah. Bahkan keluarganya tidak pernah memberi Kenanga waktu untuk bermain ataupun jalan-jalan seperti remaja pada umunya. 

Hingga suatu saat Kenanga merasa muak dengan keluarganya, ia mulai mencari kesenangan diluar, ia mulai berani berbohong kepada orang tuanya, contohnya saat Kenanga pamit untuk pergi sekolah namun nyatanya ia malah pergi berkencan dengan pacarnya (A). Hingga ujungnya tekadnya semakin kuat, ia mulai berani keluar tengah malam melalui jendela dan pulang diwaktu subuh. Menurut Kenanga keluarganya tidak pernah mengerti apa keinginannya, dan menurutnya hanya pacar dan teman laki-laki nya lah yang mampu memahami apa keinginannya.

Namun naasnya teman laki-lakinya tidak sebaik yang Kenanga kira. Saat mereka membuat janji untuk bertemu ditengah malam, si A mengajak Kenanga untuk singgah disebuah rumah yang katanya itu rumahnya.

Pada saat itu si A memanggil teman-temannya yaitu si B,C,D. Awalnya mereka memang mengobrol seperti biasa namun  pada akhirnya si A memaksa Kenanga untuk meminum minuman keras (cekoki) hingga si Kenanga mabuk/ mulai kehilangan kesadarannya, saat itu pula si A dan teman-temannya melakukan kegiatan bej*tnya pada Kenanga.

Trauma? Tentu, namun kembali lagi seperti yang tertulis diawal bahwasannya Kenanga berpikir orang yang bisa memahaminya hanyalah teman laki-lakinya, walaupun pada akhirnya Kenanga putus dengan si A.

Saya sebagai teman, terkadang heran dengan cara fikirnya, mau dinasehatin berulang kali pun si Kenanga memang sudah buta, ia seperti hilang arah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun