Mohon tunggu...
Delista Triputri Jayanti
Delista Triputri Jayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Penerima KIP Kuliah 2021 || STP Trisakti || S1 Pariwisata

Penerima KIP Kuliah Tahun 2021 || STP Trisakti Jakarta || S1 Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Money

Branding Destination

19 Februari 2022   11:35 Diperbarui: 19 Februari 2022   11:39 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Haii sahabat kompasiana. Saya Delista Triputri Jayanti dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, saya Mahasiswa Beasiswa KIP kuliah tahun 2021. Nah pada kesempatan kali ini saya akan berbagi ilmu mengenai Branding Destination, pasti banyak yang belum tau juga kan bagaimana strategi jangka panjang dapat memberikan manfaat bagi suatu destinasi.

Happy Reading guyss :)

Mengapa Branding?

Jadi Branding dapat merupakan suatu strategi investasi jangka panjang yang nantinya dapat memberikan sebuah manfaat bagi keberlangsungan suatu destinasi. 

Terlebih lagi ditengah persaingan destinasi yang mau tidak mau, suka tidak suka berlomba-lomba untuk memenangkan pasar. Manfaat ekonomis yang nantinya akan diperolehnya pun juga akan meroket. 

Brand yang baik juga tentunya akan mendukung penjualannya di pasar wisatawan. Belum lagi loyalitas wisatawan pun pada destinasi akan terkontrol dan merupakan hubungan tidak baik ternilai harganya. 

Sebuah destinasi dengan brand yang baik juga akan kebal dengan namanya persaingan, sekalipun pada tingkat yang kritis. Misalnya di Bali, pengusaha pariwisata serta masyarakat akan terhimpun pada suatu hubungan yang solid atau dengan kata lain terhimpunnya stakeholder yang baik.

Lalu bagaimana cara membentuk sebuah brand?

Dalam membentuk sebuah brand yang nantinya diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi bagi pariwisata Bali, maka terdapat hal-hal yang patut dipertimbangkan, diantaranya :

Speakable and Writeable

Nah berbicara tentang branding, maka tidak akan terlepas dari konsep-konsep pemasaran yang senantiasa berkembang mengikuti arah persaingan. Dalam sebuah brand disadari bahwa sebenarnya pihak yang paling sering melakukan komunikasi brand tersebut adalah pihak eksternal, dan bukan pihak internal. 

Dalam hal ini pihak eksternal adalah calon wisatawan yang berpotensi mengunjungi Bali, sedangkan pihak internal tidak lain adalah pemerintah, pengusaha pariwisata serta msyarakat Bali sendiri. 

Pihak internal hanya melakukan kegiatan yang sifatnya release, sedangkan calon wisatawan akan selalau mengomunikasikan brand tersebut setiap saat. Agar sebuah brand dapat dikomunikasikan dan melekat di hati calon wisatawan, maka brand tersebut haruslah mudah diucapkan dan mudah ditulis. 

Apabila hal tersebut diabaikan, akibatnya brand yang dimunculkan menjadi tidak memorable dalam benak calon wisatawan. seperti penggunaan bahasa asing menjadi sangat penting, karena bahasa tersebut sudah diakui menjadi bahasa internasional, terlebih lagi Bali mempunyai target wisatawan asing lebih banyak dibandingkan wisatawan domestik.

Spirit of Brand

Bali sangat memiliki banyak keunikan budaya yang berbeda dengan wilayah lainnya. Dengan penduduknya yang mayoritas beragama Hindu, yang menjadikan Hindu Bali tentunya berbeda dengan Hindu di Jawa, Kalimantan bahkan India. 

Tanpa mengurangi nilai kesakralannya, nilai inilah yang perlu di tingkatkan dalam memunculkan sebuah brand. Dan hal ini disadari setelah pariwisata budaya Bali mulai tumbuh

Internal Back-Up

Secara umum, aktivitas sebuah brand dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktivitas internal dan aktivitas eksternal. Dan brand itu sendiri dianggap sebagai fungsi pemasaran yang sifatnya eksternal. 

Hal ini mengandung maksud bahwa sebelum mengaktifkan branding serta fungsi-fungsi eksternal terkait, terlebih dahulu fungsi-fungsi internalnya (pemerintah, pengusaha pariwisata, serta masyarakat) harus siap mendukunya, karena jika tidak ada kesiapan dan dukungan maka akan sangat fatal akibatnya.

Personality

Sebenarnya sebuah brand tidak lebih dari kata-kata, akan tetapi tanpa mengusung personality yang baik, maka tidak akan terkesan "hidup" dan tidak dapat berinteraksi dengan pasar. 

Begitu halnya Bali, tanpa adanya personality dalam brand tersebut, maka emotical bond serta loyalitas wisatawan menjadi suatu hal yang mustahil. Bali dengan penduduknya yang dikatakan ramah, kehidupan masyarakatnya yang religius, penghargaan masyarakatnya terhadap seni dan budaya yang tinggi dapat membentuk personality Bali yang sesungguhnya.

Story of Glory

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Bali memiliki keunikan tersendiri, dan ini telah dapat memicu sensasi, menggedor perhatian publik bahkan menjadi buah bibir masyarakat di dunia. 

Bagaimana budaya Bali tersebut dapat muncul dan syukurnya masih dapat dipertahankan hingga saat ini, menjadi sebuah story yang menarik. Paling tidak sebuah brand dapat didongkrak dari story tersebut.

Brand Identity

Waktu merupakan ujian terberat dalam eksis tidaknya sebuah brand. Di satu sisi waktu yang memupuk kekuatan sebuah brand, namun disisi lain, seandainya pihak internal kurang waspada, maka waktu jualah yang nantinya akan memangkas keunikan sebuah brand. Melestarikan keunikan dari sebuah brand juga sangatlah penting karena agar terlihat berbeda dengan brand yang lainnya.

Semoga bermanfaat :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun