Pendewaan efisiensi dan efektifitas, serta tujuan akumulasi modal inilah yang perlahan-lahan telah menghilangkan nilai-nilai budaya adiluhung pada budaya memasak dan berefek domino bukan hanya pada ekploitasi dan alienasi terhadap para pekerjanya, namun juga berdapak besar terhadap kesehatan konsumen serta keseimbangan ekosistem alam.
Agaknya karakter Spongebob yang digambarkan sebagai tokoh berideologi sosialis-alturis ini dapat dijadikan idola juga teladan baru bagi para koki di restoran fastfood sebagai bentuk pembangkanagan terhadap model bisnis makanan modern. Spons kuning itu telah menunjukkan pemikiran yang sejalan dengan tokoh sosiologi kebudayaan yaitu Raymond Williams, bahwasannya culture is ordinary, yang mencakup semua kegiatan dalam hidup. Mulai dari hal remeh-temeh, dimana semua orang bisa melakukannya, hingga hal paling sulit yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu.Â
Begitu juga dalam kegiatan masak-memasak, semua orang boleh jadi bisa memasak tetapi tidak semua orang memiliki kecintaan terhadap dunia memasak. Hanya mereka yang mencintai dunia memasak yang dapat memaknai bahwa memasak adalah suatu kebudayaan universal dan mengandung nilai-nilai hidup yang adiluhung. Agaknya setelah membaca tulisan ini kita semua akan mulai setuju dengan perkataan yang selalu dikatakan berulangkali oleh Spongebob dalam setiap episodenya bahwa "sudah seharusnya memasak dilakukan dengan penuh cinta!
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Wahyu N. (2018). "Spongebob dan dehumanisasi cara makan". Diakses dari www.Shangla-institute.org. Â Â
Ritzer, George. (2014). "McDonaldisasi Masyarakat". Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyoko, T, Ikma Citra Ranteallo, Wahyu Budi Nugroho. (2018). "McDonaldisasi dan Dehumanisasi Pegawai Restoran Cepat Saji di Bali". Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Storey, John. 2009. "Cultural Theory and Popular Culture : An Introduction(5th Edition)". Inggris: Pearson Longman.
https://id.wikiqube.net/wiki/Criticism_of_fast_food
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H