Mohon tunggu...
Hendra Mahyudhy
Hendra Mahyudhy Mohon Tunggu... Penulis - Deliriumsunyi

"Hilangnya ilmu pengetahuan adalah tanda-tanda kehancuran". Pekerja Text Komersil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pulau Putri dan Perpisahan yang Tak Mungkin Dihindari

6 November 2019   00:01 Diperbarui: 6 November 2019   00:08 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sore di Pulau di Putri|DOKPRI

Seketika, aku tanyakan kepadamu. Kau tersenyum dan mengangguk setuju, ada pancaran raut kebahagiaan di wajahmu seketika. Sementara aku hanya masih menyamarkan perasaan, akan suatu hal yang kelak aku sendiri pahami, dan mungkin kau juga pahami.

Ibu warung yang lupa aku tanyakan namanya itu menelfon seorang nelayan untuk menjemput kita dan menghantarkan ke seberang. Kau tahu, itu lah pertama kalinya aku menyeberang ke Pulau Putri, dan itu bersamamu. Selama ini aku hanya mengenal Pulau Putri dari pemberitaan media lokal.

Pulau Putri, orang-orang kadang menyebutnya si cantik yang penuh misteri. Aku belum paham kenapa orang menamakannya dengan itu, tapi perihal misteri kita sama-sama memahami bahwa hidup ini juga merupakan rangkaian demi rangkaian misteri.

Perahu nelayan telah datang menepi, sementara metahari tampak semakin indah menyemburkan lembayung senjanya. Cahayanya yang menerpa wajahmu membuat aku dirundung muram yang dalam. Misteri esok hari membuat aku begitu sangat melankoli, kau pun pasti memahami.

Kini kita telah berada di atas perahu nelayan, seorang pria muda berkulit legam namun cukup bersahabat menjadi juru kemudi perahu. Sembari kau menatap jauh lautan, aku coba ajak sang juru kemudi berbincang sederhana. Perihal kehidupan sehari-harinya, berapa orang yang kadang dia antarkan menyeberang setiap harinya.

Aku salut dengan orang-orang ini, terlihat rayuan gemerlap Batam tak terlalu berpengaruh akan hidupnya. Di usia muda dia menikmati hidup sederhananya, dan ya perihal bahagia atau tidak aku pikir itulah kehidupan. Bahagia dan kesedihan silih berganti berdatangan.

Jarak sekitar 1 kilometer perjalanan laut telah kita lalui, perlahan perahu nelayan yang biasa disebut pompong oleh warga sekitar telah merapat menuju bibir dermaga. Dua orang pria terlihat berdiri di pinggirnya, menyambut kedatangan kita. Bibir dermaga saat itu memang terlihat licin dan berlumut, pria itu membantumu agar tak terjatuh.

Sepasang kaki kita kini telah menginjak Pulau Putri. Pulau terluar yang berada persis di sekitar Selat Singapura dan cukup dekat ke negeri tetangga. Pulau ini merupakan bagian dari wilayah Kepulauan Riau dan sebelumnya dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Jarak pulau ini hanya sekitaran 13 kilometer menuju Singapura. Saat ini pemerintah melalui Kementerian PUPR tengah melanjutkan proyek reklamasi pulau. Walikota Batam, M Rudi pernah mengatakan bahwa ada pembangunan batu penahan dan pemecah ombak agar kawasan pantai terjaga dari air pasang dan juga dari sampah-sampah yang berserakan.

Pada dasarnya itu memang penting agar pelancong tetap merasakan kenyamanan saat berwisata, pun juga proses perbaikan dermaga juga sedang dilaksanakan. Pulau ini memang didesain untuk menjadi kawasan wisata.

Di dermaga kita berjalan pelan, kekakuan masih menghinggapi. Namun tidak dengan Pulau Putri, orang-orang terlihat bahagia di hadapan kita. Saat itu pukul 17:30 Wib, orang-orang ada yang bermain sepeda, ada yang duduk di sekitar monumen bertuliskan angka-angka yang menyusun ejaan Pulau Putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun