"Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya"- Dea Anugrah.
Kita tiba di tepi pantai Nongsa petang itu, langit sore tak menyemburkan kemurungan seperti hari-hari yang kuhadapi saat ini. Saat itu langit terlihat indah, bahkan perjalan jauh kita di antara panas dan debunya aspal kota Batam tak terlalu menjadi polemik untuk dipikirkan.
Di Nongsa, seperti menuju arah Pantai Nuvasa Bay udaranya cukup sejuk. Kiri-kanan pohon rindang tinggi menjulang, meski kau tampak kecewa ketika kita ingin masuk ke area Pantai Nuvasa mengamati matahari terbenam tidak diizinkan sekuriti kawasan.
Aku sebenarnya lupa kalau kawasan itu hanya buka hingga larut malam saat akhir pekan, sementara hari biasa hanya sampai pukul 05:00 Wib sore hari. Melihat wajahmu yang kecewa, aku kembali datangi sekuriti, memohon izin dan pura-pura bertanya akan seseorang pengelola kawasan yang aku kenal. Trik itu tidak berhasil, aku minta maaf.
Aku pun mencari solusi lain, agar kau yang jauh datang dari seberang menuju kota industri yang panas ini tidak kecewa. Saat itu kita memang seperti remaja kasmaran yang sedang ingin menikmati indahnya lembayung senja hari. Walau sebenarnya takdir hari itu kembawa kita pada senjakala cerita kita masing-masing.
Sepeda motor tuaku beberapa hari itu merasa hangat karena ada sosok perempuan duduk di jok belakangnya yang keras seperti sifatku, aku paham jok itu cukup membuat pantat keram jika berlama-lama diduduki, namun kini motor telah melaju ke area lainnya. Menuju pinggir pantai nelayan setempat, namanya Kampung Tua Nongsa.
Kampung Tua Nongsa, sekian dari beberapa Kampung Tua di Batam yang belakangan ini mendadak hangat dalam pemberitaan media massa lokal. Beberapa Kampung Tua ada yang disebutkan bukanlah Kampung Tua sehingga menimbulkan sangketa, seperti di sebuah kawasan di Kecamatan Bengkong.
Di tepi Pantai Nongsa, langit masih tampak cerah. Di seberangnya Pulau Putri berada, saat itu belum ada muncul pemikiran untuk membawamu menyeberang ke sana. Kita masih duduk di pinggir pantai, sembari aku pergi membeli sebotol air mineral di warung warga setempat.
Tiba-tiba ibu pemilik warung itu menawarkan kita untuk menyeberang, kita yang masih terdiam karena suasana yang cukup kaku, perlahan menoleh. Aku bertanya, berapa harga yang harus dibayar untuk menyeberang ke Pulau Putri menggunakan perahu nelayan.
"50 ribu untuk dua orang, diantar, ditinggal, lalu nanti dijemput kembali," ujar Ibu tersebut menawarkan perahu layaknya marketing handal.