Mohon tunggu...
Delicia
Delicia Mohon Tunggu... profesional -

GP, White Lily

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mayat Janin dalam Kandungan

15 Januari 2016   13:43 Diperbarui: 15 Januari 2016   14:21 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mendengar kasus yang menimpa seorang perawat dan menjadi cerita heboh di dunia medis saat ini saya hanya berkata miris. Awalnya sempat terkejut juga, kok bisa kepala bayi sampai putus? Sementara katanya badan janin tertinggal di jalan lahir. Saya bisa membayangkan bagaimana shocknya perawat tersebut apalagi keluarga pasien. Dan ini menjadi pengalaman traumatis bagi siibu. Dari pemberitaan media dikabarkan bahwa ternyata janin yang putus kepala saat dilahirkan memang kondisinya sudah meninggal di dalam kandungan beberapa hari lalu sebelum proses persalinan terjadi. Saya baru paham, pantas saja kepala bayi bisa putus saat persalinan. 

Apes bagi perawat ini, ia yang dijemput dari rumahnya untuk menolong persalinan dan sudah menyarankan pasien ke rumah sakit tapi pasien tetap menolak dan memintanya menolong persalinan ke rumah kini dijerat hukuman 5 tahun penjara. Jika disatu daerah tenaga medis seperti dokter dan bidan jumlahnya terbatas atau bahkan memang tidak ada, perawat tetap lebih berkompetensi menolong daripada dukun kampung dan dukun beranak, apalagi mengingat keluarga pasien sudah menjemput dia dari rumahnya.

Kasus janin yang dilahirkan dengan kepala terputus, memang sudah mati beberapa hari di dalam kandungan, memang sudah tak bernyawa dan memang sudah menjadi mayat. Lalu kenapa kepala sampai terputus?

Seorang ahli saat melakukan autopsi akan menemukan maserasi pada janin, biasanya terjadi 2-3 hari setelah janin meninggal dalam kandungan yang ditandai dengan:

Bau mayat seperti susu asam.

Warna kulit merah kecoklatan.

Otot-otot lemas, lembek.

Terjadi overlapping tulang tengkorak.

Sendi-sendi mudah digerakkan.

Bila lebih lama didapati bulae, gelembung yang berisi cairan serosa.

Alat viseral lebih segar daripada kulit.

Paru-paru belum berkembang.

Proses pembusukan terjadi, sehingga dengan berjalannya waktu akan menjadi rapuh, hancur dan terpisah-pisah bahkan hampir seperti bubur. Tidak mengherankan jika mayat janin yang dikeluarkan bisa tidak utuh, mengingat bagian-bagian tubuh mayat janin dalam kasus ini sudah mulai hancur oleh karena proses pembusukan. 

Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya menolong persalinan pada kasus ini, janin besar dengan bahu tersangkut (dystosia bahu) dalam keadaan sudah meninggal dalam kandungan, sehingga ketika kontraksi rahim terjadi janin didalam kandungan tidak memberikan tekanan sama sekali, proses persalinan tentunya akan berlangsung lebih lama. Pengalaman saya pernah menolong persalinan dengan kasus dystosia, tapi Puji Tuhan bayi lahir selamat meskipun sedikit lama daripada persalinan normal yang lainnya. Bahkan setelah menolong persalinan sulit itu, saya mengalami sakit dikedua lengan dan dada selama dua minggu yang sebelumnya tidak pernah saya alami.

Untuk tenaga kesehatan di daerah terpencil dan pinggiran akan sering dibenturkan dengan keadaan yang terkadang tidak banyak pilihan. Maju salah mundur salah seperti yang dialami perawat ini. Persalinan sulit, tapi pasien tidak mau dirujuk. Untuk mengantipasinya, dibutuhkan ketelitian dalam pemeriksaan, salah satunya jangan pernah melewatkan pemeriksaan denyut jantung. Sehingga kita tahu kondisi janin tetap normal, menurun atau sudah meninggal dalam kandungan. Juga pantau terus kondisi siibu. Komunikasikan dengan pasien dan keluarganya apa yang perlu mereka ketahui dan jangan lupa membuat informed concent. 

Seorang ibu biasanya akan peka merasakan gerak bayi ketika menjadi lambat. Keadaan seperti itu harus segera diantisipasi tidak boleh ditunggu lama-lama, apalagi jika kehamilannya sudah lewat waktu, ia harus segera memeriksakan kehamilannya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun