Paru-paru belum berkembang.
Proses pembusukan terjadi, sehingga dengan berjalannya waktu akan menjadi rapuh, hancur dan terpisah-pisah bahkan hampir seperti bubur. Tidak mengherankan jika mayat janin yang dikeluarkan bisa tidak utuh, mengingat bagian-bagian tubuh mayat janin dalam kasus ini sudah mulai hancur oleh karena proses pembusukan.Â
Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya menolong persalinan pada kasus ini, janin besar dengan bahu tersangkut (dystosia bahu) dalam keadaan sudah meninggal dalam kandungan, sehingga ketika kontraksi rahim terjadi janin didalam kandungan tidak memberikan tekanan sama sekali, proses persalinan tentunya akan berlangsung lebih lama. Pengalaman saya pernah menolong persalinan dengan kasus dystosia, tapi Puji Tuhan bayi lahir selamat meskipun sedikit lama daripada persalinan normal yang lainnya. Bahkan setelah menolong persalinan sulit itu, saya mengalami sakit dikedua lengan dan dada selama dua minggu yang sebelumnya tidak pernah saya alami.
Untuk tenaga kesehatan di daerah terpencil dan pinggiran akan sering dibenturkan dengan keadaan yang terkadang tidak banyak pilihan. Maju salah mundur salah seperti yang dialami perawat ini. Persalinan sulit, tapi pasien tidak mau dirujuk. Untuk mengantipasinya, dibutuhkan ketelitian dalam pemeriksaan, salah satunya jangan pernah melewatkan pemeriksaan denyut jantung. Sehingga kita tahu kondisi janin tetap normal, menurun atau sudah meninggal dalam kandungan. Juga pantau terus kondisi siibu. Komunikasikan dengan pasien dan keluarganya apa yang perlu mereka ketahui dan jangan lupa membuat informed concent.Â
Seorang ibu biasanya akan peka merasakan gerak bayi ketika menjadi lambat. Keadaan seperti itu harus segera diantisipasi tidak boleh ditunggu lama-lama, apalagi jika kehamilannya sudah lewat waktu, ia harus segera memeriksakan kehamilannya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H