Kasus kejiwaan sepertinya kian meningkat tahun-tahun terakhir ini, namun sayang sepertinya banyak orang mengabaikan itu dan lebih fokus pada kesehatan fisik semata lupa bahwa mental atau jiwa yang sehat juga menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang. Banyak gangguan jiwa ringan tidak ditangani akhirnya dengan bergulirnya waktu berkembang menjadi berat sehingga tak jarang kemudian akhirnya kita jumpai ada orang gila di jalan-jalan, rumah sakit jiwa, bunuh diri, atau merugikan orang lain dengan berbagai cara.
Seorang penderita gangguan jiwa berat (skizofrenia) sering mengalami gangguan afek, mood, emosi. Proses berpikirnya terganggu disertai dengan adanya waham. Waham Adalah satu keyakinan yang kokoh yang tidak bisa dirubah oleh siapapun. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Ada beberapa tipe waham yang sering ditemukan pada penderita gangguan jiwa berat (Skizofrenia) yaitu:
1. Waham kendali pikir atau thought of being controlled. Pada tipe ini seorang penderita sangat meyakini bahwa pikiran, perbuatan, perasaan dikendalikan oleh pihak luar.Â
2. Waham kebesaran atau delusion of grandiosty. Percaya bahwa dirinya adalah orang besar, hebat, dan berkuasa dan superior. Misal saja percaya dirinya utusan Tuhan, adalah seorang malaikat, dewa dll. Percaya dirinya sangat kuat dan berpengaruh.
3. Waham curiga. Waham ini membuat penderitanya sering merasa curiga yang berlebihan terhadap sesuatu, merasa akan dijahati seseorang, dijelekkan, dll.
4. Waham sisip atau thought of insertion yang berkeyakinan bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain.
5. Waham siar pikir atau disebut juga thought of broadcasting, merasa isi pikirannya dapat terbaca oleh orang lain.
6. Waham sedot pikir yang percaya bahwa ada orang lain telah mengambil pikirannya, atau disebut juga thought of withdrawal.
7. Waham eritomatik: Merasa dicintai mati-matian oleh orang lain.
8. Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap pasangannya tanpa alasan hingga muncul keinginan untuk membunuh pasangan, oleh karena delusinya.
9. Waham kejar, keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
Selain adanya waham tertentu, penderita gangguan jiwa ini juga mengalami gangguan persepsi seperti gangguan halusinasi (Penglihatan, pendengaran penciuman), Ilusi dan derealisasi. Orientasi waktu, orang dan tempat juga bisa terganggu. Ingatan jangka panjang, jangka pendek ataupun segera, Intelegensia dan intelektualitas, kemampuan mengendalikan impuls, judgment, semuanya bisa terganggu pada penderita gangguan jiwa berat.Â
Saya pernah bertanya pada seorang penderita yang hendak menyambung obatnya dengan diantar keluarganya ke poli jiwa. saat itu keluarganya melapor bahwa anak muda yang mengalami gangguan jiwa baru saja memukul orang dan menghancurkan kaca mobil yang sedang diparkir di pinggir jalan akibat putus obat. Namun anak muda itu bersikeras berkata bahwa saat dia melewati mobil itu ada orang yang mengacungkan parang dan mau membunuhnya, padahal menurut keluarganya yang dipegang orang itu hanyalah sebuah wortel.Â
Pengalaman saat ko-asisten di rumah sakit dulu bahkan ada remaja umur 16 tahunan yang selalu saja cengengesan maunya hanya diperiksa oleh dr. Herlika (demikian hasil ejaan namaku yang ia baca di sebelah kanan atas jasku). Moodnya mudah berubah dari tersenyum kemudian mendadak manyun dan berkata "saat dompetku tebal kau bilang akulah bintangmu, akulah bulanmu, akulah mataharimu.. sekarang kau tinggalkan aku". Padahal remaja itu tidak pernah ketemu dengan saya sebelumnya. Teman-teman koasku berjaga-jaga disampingku setiap remaja ini dibawa kontrol ke poli, sebab si remaja hanya mau memberi respon kalau saya yang menanyai dan memeriksanya. Semua hanya tersenyum-senyum, mendengar bagaimana gombalnya remaja itu.Â
Sekali waktu ada pula anak muda yang dipaksa kuliah dijurusan yang ia tidak suka, akhirnya berakhir menjadi pasien poli jiwa. Ia berkali-kali merasa menjadi malaikat yang mengabarkan pesan Tuhan. Setiap kali ia kontrol kami harus mendengar kotbah yang panjang lebar. Susahnya menangani pasien-pasien seperti ini, adalah kita tidak bisa mementahkan apa yang menjadi keyakinannya, ketika ia tidak percaya pada yang memeriksa bukan hanya menghambat pengobatan bahkan kita bisa menjadi korban anarkis seperti dipukul, dijambak, ditendang, dipukulin meja, diludahin dan lain-lain. Banyak cerita yang saya dapat dari pasien-pasien seperti ini, timbul rasa kasihan sebenarnya dan cukup prihatin dengan mereka apalagi yang sampai hari ini masih dibiarkan begitu saja oleh keluarganya tanpa bisa mendapat pertolongan.
Menghadapi penderita gangguan jiwa seperti ini, kita harus menampakkan rasa empati pada keluh kesahnya namun tidak perlu mengiyakan atau membenarkan wahamnya. Susah-susah gampang...namun kebanyakan asalkan berobat rutin biasanya mereka akan membaik dan bisa dikembalikan ke masyarakat namun tetap harus dicari solusi atas stressor atau pengalaman traumatik yang menjadi pemicu dari penyakit yang ia alami sebelumnya inilah yang akan diatasi oleh psikolog ataupun seorang konselor.Â
Dimaki-maki, merasa difitnah dan dituduh macam-macam oleh penderita gangguan jiwa, atau menjadi korban anarkis saat bersinggungan dengan penderita seperti ini...yah itu sih biasa. Supaya penderita bisa segera membaik dan tidak menimbulkan kerugian bagi dirinya sendiri, bagi keluarga dan orang disekitarnya sangat dianjurkan agar keluarga segera membawa penderita berobat. Keluarga harus bertindak cepat, sebab penderita yang sakit seperti ini tidak akan merasa, menyadari ataupun mengakui dirinya sakit. Jangan malu, dan malah memilih cara mengisolasi penderita dengan cara dikurung, dipasung ataupun dirantai. Penyakit jiwa harus diobati dan memang bisa diobati, sebab mereka juga manusia bukan lantas diperlakukan seperti hewan piaraan ketika mengalami gangguan kejiwaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H