Sekali waktu ada pula anak muda yang dipaksa kuliah dijurusan yang ia tidak suka, akhirnya berakhir menjadi pasien poli jiwa. Ia berkali-kali merasa menjadi malaikat yang mengabarkan pesan Tuhan. Setiap kali ia kontrol kami harus mendengar kotbah yang panjang lebar. Susahnya menangani pasien-pasien seperti ini, adalah kita tidak bisa mementahkan apa yang menjadi keyakinannya, ketika ia tidak percaya pada yang memeriksa bukan hanya menghambat pengobatan bahkan kita bisa menjadi korban anarkis seperti dipukul, dijambak, ditendang, dipukulin meja, diludahin dan lain-lain. Banyak cerita yang saya dapat dari pasien-pasien seperti ini, timbul rasa kasihan sebenarnya dan cukup prihatin dengan mereka apalagi yang sampai hari ini masih dibiarkan begitu saja oleh keluarganya tanpa bisa mendapat pertolongan.
Menghadapi penderita gangguan jiwa seperti ini, kita harus menampakkan rasa empati pada keluh kesahnya namun tidak perlu mengiyakan atau membenarkan wahamnya. Susah-susah gampang...namun kebanyakan asalkan berobat rutin biasanya mereka akan membaik dan bisa dikembalikan ke masyarakat namun tetap harus dicari solusi atas stressor atau pengalaman traumatik yang menjadi pemicu dari penyakit yang ia alami sebelumnya inilah yang akan diatasi oleh psikolog ataupun seorang konselor.Â
Dimaki-maki, merasa difitnah dan dituduh macam-macam oleh penderita gangguan jiwa, atau menjadi korban anarkis saat bersinggungan dengan penderita seperti ini...yah itu sih biasa. Supaya penderita bisa segera membaik dan tidak menimbulkan kerugian bagi dirinya sendiri, bagi keluarga dan orang disekitarnya sangat dianjurkan agar keluarga segera membawa penderita berobat. Keluarga harus bertindak cepat, sebab penderita yang sakit seperti ini tidak akan merasa, menyadari ataupun mengakui dirinya sakit. Jangan malu, dan malah memilih cara mengisolasi penderita dengan cara dikurung, dipasung ataupun dirantai. Penyakit jiwa harus diobati dan memang bisa diobati, sebab mereka juga manusia bukan lantas diperlakukan seperti hewan piaraan ketika mengalami gangguan kejiwaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H