Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa terdapat orang yang merasa paling produktif di pagi hari, sementara yang lain justru lebih berkonsentrasi di malam hari? Dua tipe manusia yang saling bertolak belakang bagaikan yin dan yang ini ternyata memiliki ciri dan keunikan tersendiri.Â
Berbicara mengenai produktivitas yang tidak luput dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kemampuan seorang individu dalam menyelesaikan tugas, menghasilkan karya berkualitas, dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Keberhasilan dari produktivitas seseorang dapat diukur melalui output yang dihasilkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini melatarbelakangi penggolongan bagi kedua jenis manusia yang memiliki waktu produktivitas berbeda pada pagi dan malam, atau kerap disebut sebagai morning person (early bird) dan night person (night owl). Fenomena ini juga dapat diibaratkan dengan kebiasaan Burung Kenari yang aktif di pagi hari, dan Burung Hantu yang lebih suka beraktivitas di malam hari.Â
Seorang morning person (early bird) biasa memulai harinya pada pukul 05:00-07:00 dengan berbagai kegiatan, seperti membaca buku, meditasi, berolahraga, maupun sebatas menikmati secangkir teh atau kopi hangat yang dapat meningkatkan motivasi untuk memulai hari. Berlawanan dengan night person (night owl) yang baru terlelap pada pukul tersebut setelah melalui malam yang panjang. Siklus bangun dan tidur manusia dipengaruhi oleh ritme sirkardian, yaitu pola tubuh manusia selama 24 jam dan berfungsi sebagai jam internal tubuh. Ritme ini umumnya memengaruhi timbulnya perbedaan kronotipe bagi morning person dan night person. Selain itu, perbandingan kebiasaan antara Burung Kenari dan Burung Hantu ini juga menunjukkan bahwa setiap individu memiliki ritme dan waktu masing-masing dalam menentukan saat paling produktif.Â
Burung Kenari, Si Embun PagiÂ
Orang-orang yang bangun dan mulai beraktivitas saat matahari terbit memiliki kronotipe awal serta cenderung merasa lebih baik di pagi hari. Berdasarkan Sleep Foundation (2024), kronotipe memengaruhi nafsu makan, olahraga, bahkan suhu tubuh. Tidak hanya itu, kebiasaan ini juga bergantung pada kualitas tidur seseorang. Menurut Potter dan Perry (2006), kualitas tidur seseorang dapat memberikan ketenangan di pagi hari, perasaan penuh energi, dan tidak mengeluh tentang gangguan tidur. Seorang morning person (early bird) memiliki kecenderungan terhadap hal-hal berikut:
1) Pusat produktivitas di pagi hari. Fungsi kognitif manusia berada pada puncaknya bagi seseorang yang bangun di pagi hari. Hal ini akan mendorong fokus dan konsentrasi untuk menangani pekerjaan secara efisien, membuat keputusan dan solusi praktis, hingga menciptakan berbagai temuan kreatif.Â
2) Rutinitas yang terstruktur. Seorang morning person cenderung menyukai rutinitas atau jadwal yang jelas untuk harinya. Mereka akan memanfaatkan pagi untuk merencanakan hal-hal yang perlu diprioritaskan, serta menentukan tujuan yang ingin dicapai. Struktur yang jelas akan membantu mereka memaksimalkan waktu untuk kegiatan yang perlu dilakukan sepanjang hari.
3) Gaya hidup sehat. Kebiasaan bangun pagi sering kali beriringan dengan penerapan gaya hidup sehat. Mereka biasa memilih untuk membangun suasana positif, seperti berolahraga, meditasi, maupun berbagai kegiatan lain yang digemari.Â
Burung Hantu, Sang Penguasa MalamÂ
Berbeda dengan Burung Kenari yang memiliki kronotipe awal, Burung Hantu memiliki kronotipe akhir dan suka bergadang. Night person (night owl) lebih menyukai terjaga semalam suntuk, tidur menjelang pagi, dan bangun di siang hari. Memiliki perbedaan yang sangat kontras dengan morning person, seorang night person lebih memiliki kecenderungan terhadap hal-hal yang berlawanan, antara lain:
1) Motivasi dan kreativitas yang lebih berkembang dalam gelap. Suasana malam yang tenang memberikan ruang bagi seorang night person untuk menyelami pikiran dan memunculkan ide-ide luar biasa atau out of the box.Â
2) Konsentrasi penuh. Gangguan dan distraksi yang minim terjadi di malam hari dapat membantu seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang membutuhkan fokus dan konsentrasi mendalam.Â
3) Fleksibilitas. Seorang night person cenderung memiliki jadwal yang lebih fleksibel, baik dalam hal pekerjaan maupun rutinitas yang perlu dilakukan dalam sehari. Meskipun memulai hari lebih siang, mereka mungkin menukarnya dengan lebih produktif di malam hari.Â
Preferensi dan Kebiasaan
Menjadi seorang morning person atau night person umumnya bermula karena dipengaruhi oleh dua hal, yaitu preferensi atau kebiasaan. Sebagian dari mereka memilih menjadi morning person atau night person karena latar belakang pribadi, seperti kenyamanan dan kesempatan waktu yang dimiliki. Namun, hal ini juga dapat berlaku sebaliknya pada mereka yang seakan dituntut untuk tidak memiliki pilihan di antara keduanya. Sebagai contoh, A adalah seorang tenaga kesehatan di Rumah Sakit yang menyadari bahwa dirinya seorang morning person, tetapi karena tuntutan pekerjaan ia harus beradaptasi dan mengubah siklusnya menjadi night person. Hal ini tentu tidak akan mudah dan dapat menimbulkan berbagai dampak secara langsung maupun tidak langsung.Â
Menurut Jingga Ispriandra, dirinya merasa seorang morning person karena lebih bersemangat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan di pagi hari, dan sulit berkonsentrasi di malam hari karena mudah mengantuk. Ia juga mengaku bahwa hal ini telah menjadi kebiasaan yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Sementara, Lavirda Pricilvia mengatakan dirinya lebih menyukai ambience atau suasana di malam hari untuk melakukan hal-hal yang disenangi. Berawal dari kebiasaan yang membuatnya memiliki jadwal terbalik, hingga akhirnya menjadi rutinitas yang terbiasa ia jalani sehari-hari. Akan tetapi, karena menyadari jadwal tidurnya yang semakin berantakan dan dapat mengganggu aktivitas di sekolah, ia mengatakan telah mencoba mengubah rutinitas dan pola produktivitasnya.Â
Langkah Efektif dan Praktis Mengubah Rutinitas
Apabila Anda ingin mengubah kebiasaan menjadi morning person, maka buku The 5AM Club karya Robin Sharma dapat menjadi salah satu panduan yang memberikan pendekatan komprehensif. Robin Sharma menyarankan tiga tahapan untuk memulai hari, diantaranya:Â
- 20 menit gerakan fisik: Bisa berupa olahraga ringan, yoga, atau peregangan.
- 20 menit pembelajaran pribadi: Membaca buku, mendengarkan podcast, atau mempelajari keterampilan baru.
- 20 menit refleksi dan perencanaan: Menulis jurnal, merencanakan hari, atau bermeditasi.
Selain itu, beberapa langkah lainnya yang bisa Anda terapkan untuk mulai mengubah rutinitas, antara lain:Â
- Atur jadwal tidur secara bertahap. Sesuaikan waktu dan durasi tidur lebih cepat atau lebih lambat sesuai rutinitas yang ingin diperbaiki.Â
- Paparan cahaya. Batasi penggunaan handphone di malam hari, gunakan lampu redup di malam hari untuk memicu produksi melatonin (hormon tidur), dan dapatkan sinar matahari di pagi hari.Â
- Hindari tidur siang yang terlalu lama.Â
- Konsumsi yang seimbang. Hindari makanan berat sebelum tidur, hindari kafein dan nikotin di sore hari dan malam hari, perbanyak makanan ringan yang mengandung tryptophan (misalnya, pisang, kacang-kacangan) di malam hari, dan konsumsi nutrisi yang seimbang bagi tubuh.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk di antara keduanya. Setiap individu memiliki preferensi dan ritme tubuh yang unik. Dengan memahami ritme tubuh masing-masing, kita dapat mengatur jadwal dan aktivitas sehari-hari agar lebih produktif dan seimbang. Baik morning person maupun night person dapat mencapai kesuksesan jika mereka mampu mengoptimalkan waktu produktivitas mereka. Jika ingin beralih dari night person menjadi morning person atau sebaliknya, diperlukan konsistensi dan disiplin diri yang tinggi. Melalui penerapan langkah-langkah yang telah disebutkan, seperti mengatur jadwal tidur, mengatur pola makan, dan menciptakan lingkungan tidur yang kondusif, kita dapat secara bertahap mengubah ritme tubuh dan meningkatkan kualitas hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H