Mohon tunggu...
Delia Salsabila Dwifebriana
Delia Salsabila Dwifebriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Menyalurkan kreatifitas dan manfaat dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tantangan Era Digital, Media dan Demokrasi dalam Dinamika Politik Indonesia

4 Desember 2024   21:07 Diperbarui: 4 Desember 2024   21:40 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada masa digital saat ini, hubungan antara politik, demokrasi, dan media semakin penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai negara demokrasi, Indonesia memberikan kesempatan kepada warganya untuk berpartisipasi dalam pemilu, menyampaikan pendapat, serta mengawasi kebijakan pemerintah. Media baik yang tradisional maupun yang berbasis digital, berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan dunia politik. Namun, dengan berkembangnya teknologi digital, muncul berbagai tantangan baru yang dapat memengaruhi kualitas demokrasi, seperti penyebaran informasi palsu, keberpihakan media, dan polarisasi masyarakat.


Peran hubungan antara politik, demokrasi, dan media sangat penting dalam menjaga kestabilan negara. Namun, tantangan yang muncul pada era digital dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi, sehingga diperlukan upaya bersama untuk memperkuat hubungan ini. Upaya tersebut harus melibatkan pemerintah, masyarakat, dan media dalam menciptakan ekosistem komunikasi yang lebih transparan dan adil.


Peran Media dalam Demokrasi

Media memegang peran penting dalam menyampaikan informasi serta mengawasi jalannya pemerintahan. Di Indonesia, media konvensional seperti televisi dan situs berita masih menjadi sumber utama informasi bagi banyak orang. Namun, masalah kebebasan media seringkali muncul karena beberapa media dimiliki oleh pihak dengan kepentingan politik tertentu. Akibatnya, pemberitaan yang disampaikan cenderung berpihak, yang dapat memengaruhi pandangan publik.

Seiring dengan kemajuan teknologi, media sosial menjadi platform baru yang memungkinkan politisi untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Melalui Instagram, Twitter, dan TikTok, politisi dapat menyampaikan informasi tanpa perantara media konvensional. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak benar. Salah satu contohnya adalah hoaks mengenai kotak suara yang sudah terisi pada Pemilu 2019, yang menyebar luas di media sosial dan menyebabkan kekhawatiran publik, sekaligus menurunkan kepercayaan terhadap proses demokrasi. Selain itu, konten-konten yang bersifat provokatif atau ekstrem cenderung mendapatkan perhatian lebih, yang turut memperburuk kondisi sosial.

Studi Kasus: Hoaks Pemilu 2019

Hoaks mengenai kotak suara yang sudah terisi pada Pemilu 2019 adalah contoh nyata dampak negatif media sosial terhadap demokrasi Indonesia. Berita palsu ini tersebar melalui WhatsApp dan Twitter, yang menyebabkan ketakutan dan kebingungan di kalangan pemilih. Meskipun informasi tersebut akhirnya dibantah oleh pihak berwenang, dampak dari penyebaran hoaks ini tetap berpengaruh terhadap kepercayaan publik terhadap Pemilu. Ini menunjukkan seberapa besar pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik, yang sering kali tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Polarisasi Politik dan Tantangan Demokrasi
Di Indonesia, isu identitas, seperti agama dan etnis, sering dimanfaatkan dalam kontestasi politik. Kampanye yang menggunakan sentimen identitas ini dapat memperburuk perpecahan masyarakat, seperti yang terlihat pada Pemilu 2019. Selain itu, algoritma media sosial turut memperburuk polarisasi, dimana pengguna hanya menerima informasi yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Polarisasi ini tidak hanya terjadi dalam ranah politik, tetapi juga merambah kehidupan sosial, yang membuat masyarakat terpecah dalam kelompok-kelompok yang sulit diajak berdialog.

Sebagai contoh, polarisasi politik selama Pemilu 2019 sangat terasa. Persaingan politik menjadi lebih tajam, dengan masing-masing pihak saling menyerang di media sosial. Konflik ini tidak hanya terjadi dalam dunia politik, tetapi juga merembet ke kehidupan sosial, bahkan dalam interaksi pribadi. Algoritma yang menyaring informasi membuat setiap kelompok semakin terperangkap dalam "gelembung informasi", di mana mereka hanya mendengarkan hal-hal yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Hal ini semakin memperburuk kesulitan dalam mencapai kesepahaman antar kelompok.

Pengaruh Oligarki dalam Politik Indonesia

Selain itu, pengaruh oligarki dalam politik Indonesia juga menjadi tantangan besar. Banyak kebijakan yang cenderung lebih menguntungkan kelompok elite atau pengusaha besar ketimbang masyarakat secara umum. Akibatnya, kesenjangan antara pemerintah dan rakyat semakin melebar, yang dapat mengancam prinsip demokrasi yang seharusnya memperhatikan kepentingan rakyat. Dalam banyak kasus, media juga berperan dalam membentuk opini publik yang lebih mendukung kepentingan kelompok-kelompok tertentu, memperburuk ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, salah satu langkah yang penting dalam memperkuat demokrasi adalah dengan mengurangi dominasi oligarki dalam pembuatan kebijakan.

 

Langkah Menuju Demokrasi yang Lebih Baik

Untuk memastikan hubungan antara politik, demokrasi, dan media dapat berjalan dengan baik, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:

  • Meningkatkan Literasi Digital dan Media

Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang cara menyaring informasi dan mengenali berita palsu agar tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak benar. Pendidikan literasi digital ini harus dilakukan sejak dini, baik di sekolah maupun melalui kampanye yang melibatkan berbagai media.

  • Regulasi Media yang Adil

Pemerintah harus membuat regulasi yang bijaksana untuk mengurangi penyebaran hoaks tanpa membatasi kebebasan pers. Regulasi ini juga perlu mencakup pengawasan terhadap konten di media sosial agar informasi yang beredar tidak merusak stabilitas politik dan sosial.

  • Transparansi dalam Politik

Pemimpin politik harus lebih terbuka dan transparan dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil agar masyarakat dapat lebih mudah mengawasi jalannya pemerintahan. Transparansi ini juga mencakup pengelolaan anggaran negara dan kebijakan publik lainnya yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.

  • Menjaga Independensi Media

Media konvensional harus tetap independen dan objektif dalam menyampaikan informasi tanpa tekanan dari pihak manapun. Media yang independen sangat penting agar tetap berfungsi sebagai pengawas yang kritis terhadap kebijakan pemerintah dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik atau ekonomi.

Pendapat Ahli

Menurut Dr. Yudi Latif, seorang pakar komunikasi politik, media memegang peranan penting dalam memperkuat demokrasi dengan menyajikan informasi yang akurat dan objektif. Namun, dengan munculnya media sosial, tantangan baru muncul, seperti penyebaran berita palsu yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi. Oleh karena itu, pemerintah, masyarakat, dan media harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini agar demokrasi tetap terjaga.

Politik, demokrasi, dan media adalah tiga elemen yang saling terkait dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Meskipun era digital menawarkan banyak peluang, tantangan seperti disinformasi dan polarisasi tetap mengancam kualitas demokrasi. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara media yang independen, masyarakat yang kritis, dan pemerintah yang transparan untuk memperkuat demokrasi di Indonesia. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat membangun sistem demokrasi yang lebih inklusif, transparan, dan adil bagi seluruh rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun