Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hamas dan Harapan Kemenangan

25 Desember 2023   01:47 Diperbarui: 25 Desember 2023   01:47 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila tidak keliru, situasi ini seperti menunjukan sebuah fase perang. Setelah sukses memborbardir Iron Dome, Hamas mundur. Bersiap menghadapi serbuan tentara Israel dan berhasil mengusir mereka. Sekarang Hamas sedang bergerak maju menyerbu mendekati Israel.

Mengenai situasi perang ini, The Guardian dari Inggris pada 21 Desember lalu mempublikasikan tulisan Paul Rogers. Dalam tulisan berjudul "Israel is losing the war against Hamas but Netanyahu and his government will never admit it." Guru besar Peace Studies dari Bradford University itu menyinggung mengenai jumlah korban tentara Israel.

Menurut Roger, lebih dari 2.000 tentara Israel cacat dan 58% diantaranya luka parah di tangan dan kaki. Sementara jumlah tentara yang terbunuh lebih dari 460 personel dan 1.900 luka parah. Selain itu sudah 6.125 polisi dan petugas keamanan Israel yang juga terluka parah. Menurut Rogers, beberapa sumber menulis bahwa angka korban diatas ini.

Israel berhasil menutup informasi mengenai kerugian yang mereka alami karena diantara yang dibunuh pasukan Israel adalah para jurnalis. Tercatat sudah 100 Jurnalis meninggal karena ditembak Israel.  

Pembalikan keadaan ini bukan hanya terjadi di medan perang, tapi juga pertarungan di media.

Selama ini media mainstream Barat praktis secara total mendukung Israel. Media seperti CNN, Fox News, Washington Post, New York Times, dan BBC konstan memojokan Palestina dan Hamas. Memberitakan kekejaman Hamas pada 07 Oktober 2023 dan menutup mata terhadap kekejaman Israel sebelumnya.

Sementara Hamas dan Palestina sepertinya hanya didukung Al-Jazeera dari Qatar. Lainnya adalah media-media dari negara yang selama ini mendukung Palestina. Tapi mereka tidak mempunyai akses langsung ke pusat peperangan di Gaza.

Melawan hegemoni media Barat ini, Hamas melawannya dengan menggunakan saluran media sosial seperti telegram. Video-video yang dibuat dengan cermat dan terencana, diberi tanda Hamas lalu disebarkan dari gawai ke gawai.

Melihat pertarungan media pro-Hamas dan media pro-Israel seperti melihat pertarungan antara David kecil dan raksasa Goliath. Namun ternyata David lah yang menang.

Hasilnya bis akita lihat pada reaksi warga dunia sekarang. Di dunia maya, netizen konstan memberikan komentar negative terhadap media-media Barat yang menyudutkan Palestina dan Hamas. Sementara di dunia nyata, demonstrasi terus berjalan. Kantor media seperti New York Tims dan CNN didatangi pendukung Palestina dan Hamas. Mereka lantang mengatakan bahwa media-media tersebut sebagai pendukung genosida Israel.

Sekilas, perkembangan terakhir pemberitaan media mainstream menunjukan perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun